BAGIAN 01

17 1 0
                                    

Rasa sesak menyeruak di dalam dada. Ayu sedang menyaksikan pemakaman. Ia menyaksikan sahabatnya yang tengah terisak.

"Haruskah secepat ini ran?", ucapnya.

Ia tidak begitu paham seberapa sakit perasaan sahabatnya. Hanya saja ia ikut bersedih melihat sahabatnya bersedih tiada henti. Hatinya bersimpati, akan tetapi tangannya kaku untuk memberikan ketenangan. Sekian waktu ia menunggu, hingga akhirnya Ayu memberanikan diri untuk menenangkan sahabatnya.

"Rangga yang sabar ya, semua di dunia gak ada yang abadi".

Rangga hanya menoleh sambil mengucapkan terima kasih. Mendengarnya, Ayu agak tenang. Setidaknya ia dapat sedikit membantu meredakan rasa sakit sahabatnya.

***

Ayu, Rangga dan Kirana sudah bersahabat sejak SMA. Awalnya mereka berdua, Ayu dan Kirana. Di sekolah, Kirana sangat populer. Kirana merupakan siswi yang cantik dan berprestasi. Ia juga ramah kepada semua orang. Banyak siswa laki-laki yang menyukai sosok Kirana. Termasuk Rangga. Kirana pun tidak menggubris berbagai perhatian lelaki yang didapatnya. Karena itu, Rangga hanya menyukai Kirana dalam diam. Kecuali Ayu, hanya Ayu yang mengetahui bahwa Rangga menyukai Kirana. Rangga memilih cara menjadi teman Kirana agar ia bisa lebih dekat dengan gadis yang disukainya. Tidak lupa, Ayu adalah sahabat Kirana. Begitulah awal mula persahabatan mereka terbentuk.

***

Rangga termenung menatap langit-langit. Ia masih berduka ditinggalkan oleh Kirana. Kirana meninggal dunia dikarenakan penyakit yang dialaminya. Kirana mengidap penyakit Tifus. Ketika Rangga mengetahui Kirana mengidap penyakit tersebut, hati Rangga begitu hancur. Mungkin terlihat respon Rangga sungguh berlebihan. Hal itu dikarenakan rasa sayang Rangga terhadap Kirana yang teramat besar.

Kirana, kamu tega... Kamu bukan cuma ninggalin Ayu, tapi aku juga!

Rangga masih belum ikhlas dengan kepergian Kirana. Pilu yang mendalam membuat Rangga tidak bersemangat dalam menjalani hari-harinya. Ayu yang sedari tadi melihat Rangga ikut bersedih. Selain berduka atas kepergian Kirana, sahabatnya yang tersayang, ia juga sedih melihat Rangga yang begitu tersiksa. Dari dulu, ia menjadi saksi bagaimana perasaan Rangga terhadap Kirana. Ia tidak tahu harus apa.

Hari ini sudah hari ketujuh sejak peristiwa meninggalnya Kirana. Tiba-tiba Ayu teringat suatu momen masa kecil dirinya bersama sang Ibu. Saat itu Ayu tengah berusia 9 tahun. Kemudian neneknya meninggal. Ayu terus menangis tersedu-sedu. Sang ibu menjadi kekuatan Ayu saat itu. Hingga Ayu bertanya kepada sang Ibu.

"Ibu, kenapa nenek enggak balik ke rumah aja? Bukannya nenek tau alamat rumah ini?"

Mendengar pertanyaan polos dari Ayu kecil, Ibu yang sedang bersedih seketika tertawa mendengar pertanyaan anak perempuannya. Ibu pun hanya memberikan senyuman sambil memikirkan jawaban yang tepat agar anaknya dapat mengerti bahwa orang yang telah meninggal benar-benar meninggalkan dunia untuk selamanya.

"Ayu sayang, nenek bukan enggak mau balik kesini, tapi nenek dipanggil tuhan, jadi akan pergi selamanya. Kalau Ayu mau nenek selamat selama perjalanan, Ayu harus rajin berdo'a untuk nenek ya sayang", jawaban sang Ibu yang sungguh manis. Masih terekam jelas di memori Ayu.

Ayu kembali menatap Rangga. Hatinya masih getir. Tidak lama kemudian Rangga beranjak dari tempatnya.

"Rangga mau kemana?"

Ruang RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang