Jingga POV
"Kamu yakin sama pilihan kamu Jing?" Tanya Rasya yang duduk berhadapan denganku.
Aku terdiam sesaat memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Rasya. Aku benar-benar mencintai dia. Entah apa yang menarik dalam dirinya, sehingga aku bisa jatuh cinta pada laki-laki sederhana itu. Tak perduli apa kata orang tentang dirinya dan diriku. Toh yang menjalani hubungan kedepannya kami berdua.
"Iya, aku yakin dengan pilihan ku. Lingga laki-laki yang baik, sepertinya ia jodoh yang di turunkan Tuhan untukku," jawabku sambil tersenyum manis.
"Tapi, kasta kalian sangat berbeda. Kau putri dari pengusaha kaya, dan kau satu-satunya ahli waris dari Rampson Company," ucap Rasya sedikit kaget mendengar jawaban ku.
"Tapi yang menjalani hubungan ini aku, jadi orang lain tidak boleh ikut campur. Lagian keluarga ku pasti mengijinkan." Aku melangkahkan kaki pergi meninggalkan cafe milik Rasya. Kalau berlama-lama disana, bisa-bisa ia terus menceramahi ku.
Aku bingung ingin pergi kemana setelah ini. Pulang kerumah pasti sangat membosankan, karena Mami sama Papi pasti masih sibuk di kantor. Dan aku tidak punya alasan untuk pergi ke kampus, karena hari ini aku libur.
Tapi rasa kangen ku terhadap Lingga seolah mengoyak jantungku. Agak lebay memang, tapi ini tak bisa di pungkiri lagi, bahwa aku benar-benar telah jatuh cinta padanya. Lelaki sederhana yang selalu tersenyum manis kepadaku.
"Apa aku nekat saja ya kesana? Aku kan bisa beralasan membeli ayam bakarnya!" Gumam ku sambil senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Bukankah cinta memang membuat orang gila?
Sesampainya disana, aku bingung harus bagaimana. Antara nyamperin atau enggak. Alhasil, aku hanya mondar-mandir di taman kampus yang bersebelahan dengan tempat Lingga berjualan.
"Aaarrrggghhh ... pulang sajalah," pekik ku pelan sambil melangkahkan kaki kearah mobil sport biru kesayangan ku.
Lama aku memerhatikan gerak-gerik Lingga dari dalam mobil. Bahkan, sesekali ia melirik mobil ku. Mungkin ia tidak tau bahwa aku sedang berada didalamnya. Oh Tuhan! Aku sangat ingin memeluknya, ingin sekali memiliki dia dalam hidupku. Tapi, apa dia mau menjalin hubungan dengan gadis manja seperti ku?
"Baiklah Jingga, itu urusan belakangan. Sekarang, kau harus pulang dan menenangkan dirimu. Jodoh takkan lari kemana. Karena cinta, tau kemana dia akan pulang."
***
Author POV
Lingga terus menatap mobil jazz mungil berwarna biru yang terparkir di sebrang taman. Seolah-olah ia mengharapkan seseorang turun dari mobil itu, dan berjalan menghampirinya. Atau, seandainya ia mempunyai keberanian sedikit saja untuk menghampiri gadis pemilik mobil itu.
Jantungnya berdegup kencang ketika memikirkan jika suatu saat ia bisa menyunting seorang gadis yang selama ini ia impi-impikan. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Jika Tuhan sudah berkehendak, kodok pun bisa berubah menjadi seorang pangeran. Hahaha!!!
"Kalau cinta ya di kejar, jangan di diemin. Ntar di comot orang baru tau rasa lo," ucap Ari, sahabat Lingga yang entah sejak kapan duduk disampingnya.
"Ngagetin lo, gua cuma lagi mikir, gimana caranya dapetin tuh cewek tanpa di tolak mentah-mentah."
"Bilang aja lo minder gara-gara lo jelek, iya kan?" Tawa Ari menggelegar bagai tawa genderuwo yang sedang pesta miras.
"Gua bukan minder gara-gara jelek. Gua ma elu tuh masih jelekan elu," bantah Lingga sambil melemparkan kain lap tepat ke wajah jelek Ari.
Mata Lingga masih menatap lekat ke arah mobil Jingga. Tanpa ia sadari, sepasang bola mata indah memerhatikannya sedari tadi dengan tersipu malu dari dalam mobil.
Ddrrttt .... dddrrttt ....
"Hallo Mi! Iya Jingga kesana sekarang," ucap Jingga sambil menutup panggilan di handphone miliknya.
Ia memacu mobilnya pelan ketika melewati lapak jualan Lingga. Lingga baru menyadari bahwa, Jingga berada di dalam mobil sedari tadi. Mungkin saja ia memerhatikan aksi konyolnya yang terang-terangan memerhatikan mobil Jingga bagai maling.
"Bodohnya gua," ucap Lingga terduduk lemas.
Ari dan pamannya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Lingga yang pengecut. Padahal semua mahasiswa yang ada di universitas itu juga tau bahwa, Jingga juga menaruh hati padanya.
***
"Ada apa Mi? Tumben ngajakin Jingga makan siang!" Tanya Jingga kepada maminya yang baru datang di cafe tempat mereka janjian makan siang.
"Ada yang ingin Mami kenalkan sama kamu. Pasti kamu senang ketemu sama dia," ucap Mami sambil memesan makanan.
"Siapa sih Mi?"
"Hai gadis kecil," sapa seseorang bertubuh kekar, yang memakai kemeja hitam lengan panjang.
Jingga menatap tajam ke arah laki-laki itu. Ia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Laki-laki itu, ia tidak akan pernah melupakan bau parfum maskulin yang selalu di pakainya.
YOU ARE READING
My Perfect Girl
RandomKisah cinta beda kasta antara dua insan yang daling mencintai. Jingga, putri tunggal dari pengusaha terkaya Rampson Company. Dan Lingga Dimitri, seorang penjual ayam bakar di pinggir jalan, tempat dimana Jingga kuliah. Tapi, bukan kastalah yang memb...