PENJAHAT - 02

133 9 0
                                    

Sosok itu menatap datar sebuah pintu kamar, tatkala secuil ingatan tiba-tiba masuk ke kepalanya tanpa diminta.

Dia, Kriminal. Sosok anak kecil penuh luka itu, kini sudah tumbuh dewasa.

Kriminal memejamkan mata, menarik nafas dan membuangnya perlahan. Membuka matanya kembali, lalu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB.

Laki-laki itu mengambil tas ransel di sofa, kemudian berangkat menuju sekolah dengan berjalan kaki. Beruntungnya sekolahnya itu tidak terlalu jauh dari rumah, jadi tidak perlu naik angkutan umum.

Disepanjang jalan, banyak pasang mata yang menatap sinis, jijik, takut, dan lainnya. Hal itu sudah menjadi makanan sehari-hari. Tidak menutup kemungkinan jika para warga di daerah nya sangat membenci Kriminal.

Mereka menganggap jika laki-laki itu adalah sumber dari kesialan. Meski beberapa dari mereka tetap menggunakan kewarasannya, dengan tidak membenci Kriminal.

Beberapa menit terlewati. Akhirnya Kriminal sampai di sekolahnya, saat memasuki gerbang sekolah, dia pun menjadi pusat perhatian. Tak ayal bisik-bisik terdengar jelas di telinganya, namun tak dia tanggapi.

Saat sudah sampai di kelas, Kriminal berjalan kearah meja yang terletak di pojok, tanpa teman sebangku.

Lalu duduk dan memakai headset, dengan mata terpejam.

Menit demi menit berlalu, satu persatu para siswa mulai berdatangan. Keadaan kelas menjadi lebih berisik.

Sampai guru datang dan memulai pembelajaran.

Bel istirahat telah berbunyi, semua siswa pergi ke kantin untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.

Alih-alih ke kantin seperti siswa lain, Kriminal memilih pergi ke taman belakang sekolah yang terkenal angker.

Namun pemuda itu tidak takut sama sekali, malah dia bersyukur dengan rumor bahwa taman ini angker, jadi banyak siswa yang tidak berani datang kesini.

"Eh, udah update."gumam Kriminal saat mendapati notifikasi jika cerita Wattpad berjudul Menjadi Kupu-kupu sudah update.

Tanpa berlama-lama Kriminal segera membacanya, terhanyut dalam bacaannya sampai tidak sadar ada seseorang yang berdiri di belakang.

"Pftt, laki-laki kok baca Wattpad?."suara cempreng itu mengangetkan Kriminal.

Menengok kebelakang, ternyata itu Dahlia Dilani si mantan teman masa kecil Kriminal.

Memilih mengacuhkan, Kriminal lanjut membaca. Dia tau jika meladeni perempuan itu akan membuang waktu.

Merasa diacuhkan, Dahlia menggeram marah. Perempuan itu merebut paksa handphone Kriminal.

"Dahlia, balikin handphone gue."ucap Kriminal dengan tangan terulur.

Dahlia mengangkat handphone ditangannya dan tersenyum remeh. "Mau ini? Cium sepatu gue."

Pupil mata Kriminal membesar, dalam hati mengucapkan kata sabar agar tidak lepas kendali. "Jangan bercanda, gue gak mau ngelakuin itu."

"Oh? Lo nolak gue?."Dahlia maju dan menarik dasi yang dipakai Kriminal, membuat wajah mereka sangat dekat.

"Berani-beraninya cowok miskin kayak lo nolak perkataan gue, emangnya lo siapa? Dasar cowok miskin iuh."mata Dahlia memancarkan kebencian yang sangat kentara.

"Gue? Manusia."ucap Kriminal enteng, tak terusik dengan tatapan itu sedikitpun.

Dahlia mendorong tubuh Kriminal, lalu melemparkan handphone tersebut dengan keras ke pohon.

KRIMINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang