Cahaya lentera kehidupan itu
tak mudah redup namun sekalinya padam
belum tentu bisa membali dihidupkan.*
_
Cahaya matahari pagi menembus jendela kamar Azena. Setelah di opname di rumah sakit selama 3hari akhirnya Azena di perbolehkan pulang.
Pagi-pagi sekali Zarbian sudah keluar setelah menerima telepon, Awalnya Azena ingin ikut tapi Zarbian melarangnya dengan alasan ia butuh istirahat yang cukup.
"Nda, Bian belum pulang?"
"Belum Sayang," jawab bunda.
Azena duduk dengan wajah cemberut. Ia sangat bosan jika harus seharian di rumah tanpa melakukan apapun, apalagi bunda.
Dengan wajah malas Azena membuka ponselnya berharap ada sesuatu yang menyenangkan untuk menghiburnya. Sebuah notifikasi masuk dari nomor yang tidak di kenal. Azena mengerutkan keningnya.
"Dari siapa?" batinnya
Bola mata Azena membulat saat mengetahui apa isi dari pesan tersebut. Bunda yang melihat tingkah aneh calon menantunya. "Ada apa, Nak?"
"Ehh, nggak Nda, gak ada apa-apa," Bohongnya.
"Nda, Zena ke kamar dulu yah," Bunda mengangguk.
Azena berlari menuju kamarnya lalu mengambil buku dan pena dan menuliskan sesuatu di sana. Wajah Azena terlihat panik tangannya bergetar saat menulis sesuatu di bukunya.
Setitik air mata jatuh membasahi tulisannya di bukunya hingga sedikit berantakan tulisan itu akibat ulahnya.
"Je?"
Azena terkejut saat melihat siapa yang memanggilnya. Dengan cepat Azena memasukkan buku yang berwarna biru langit itu ke dalam lacinya.
"Bian?"
"Lo kenapa nangis?" tanya Zarbian setelah berada di depannya.
Azena segera menghapus air matanya."Nggak, siapa yang nangis? A-aku tadi habis bersihin meja belajarku terus ada debu pas kena mataku," Alibinya.
"Ohh, Yasudah. Ayok ikut gue ke markas," ajak Zarbian.
"Ngapain?"
"Main. Emang lo gak sumpek di rumah terus?"
"Tapi kamu habis dari markas tadikan?"
"Nggak, kata siapa? tadi gue habis dari rumahnya Giovano. Ada urusan," Azena hanya mengangguk meng-iyakan jawaban Zarbian.
"Mau gak?" tanya Zarbian.
"Mau,"
Mereka berdua keluar bersama menuju markas setelah berpamitan ke bunda.
🎗️
Kali ini suasana markas terasa sedikit berbeda
karena ntah kemasukan jin yang mana Arkan duduk sendiri di pojokan sambil senyum-senyum sendiri. Hal itu tidak luput dari perhatian para sahabat mereka apa lagi ini moment yang langka melihat seorang Arkan Elfarehza yang jadi seperti itu.Zarbian melirik ke arah teman-temannya menaikkan sebelah alisnya namun hanya di balas gelengan oleh mereka.
"Gila," gumam Zarbian.
"Udah lama, cuma baru sekarang aja setannya beraksi sinting," celetuk Arsel.
Tak mau ambil pusing Zarbian dan Azena langsung duduk di karpet berbulu dan bergabung dengan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zarbian
FantasyDILARANG PLAGIAT ⚠️ Zarbian Rafael. Leader dari Brezlion geng. Zarbian di kenal dengan sifatnya yang angkuh dan keras kepala. Sifatnya yang dingin bermula dari suatu peristiwa yang membuatnya hancur karena 'Kehilangan' Hingga hadirnya kembali gadis...