Chapter 7

36 3 5
                                    

Jam beker terus saja berbunyi. Tapi tak ada satupun yang terbangun karenanya.

"Ya ampun... Rain, Rei... Bangun dong... Ini lagi, Rei kok disini? Pantesan dikamarnya gak ada... Sayang, bangun dong... Ayo..." Bunda menarik keduanya dari alam mimpi.

"Ahh..." Rain bangun dari tidurnya, meskipun masih belum sepenuh nyawanya kembali.

"Rei, ayo bangun... Kok kamu disini sih?" Giliran Rei yang susah untuk dibangunkan.

"Iya bun, Rei bangun..." Jawab Rei, tapi ia malah memalingkan badannya ke sisi lain.

"Jam berapa ini bun?" Tanya Rain dengan suara khas orang bangun tidur. Ia mulai sepenuhnya sadar, meski sesekali masih menguap.

"Jam setangah 6 ..." Jawab bunda dengan menekanan disetiap katanya.

"HAH??!?" Seketika Rain panik dan dengan cepat ia berlari ke kamar mandi.

Bunda yang melihatnya hanya menggeleng. "Rei... Ayo dong, bunda tau kamu udah bangun... Ayo dong sayang..." Kata bunda lagi.

"Ehm iya bun... Rei udah bangun kok..." Jawabnya lagi, tapi ia tak merubah posisi sama sekali.

"Yaudah, terserah kamu ajalah Rei... Bunda sama Rain tunggu kamu di meja makan..." Perlahan bunda keluar dari kamar Rain.

***

Setelah memanaskan mobilnya, ia kembali ke meja makan. Belum sempat sarapan karena ia bangun terlambat.

Di meja makan, hanya ada roti dan beberapa selai. Dengan malas, ia mengolesi roti dan memakannya.

Seketika teringat kejadian tadi malam. Rain begitu cantik, tak ia sadari senyum mengembang disudut bibirnya.

Mungkin lo belum terbiasa...

"Sweetheart?..." Gumam Tan pelan. Ia menggelengkan kepala sambil tersenyum jahil lalu bangkit dari duduknya.

Setelah memakai seatbelt, mobil yang membawanya, pergi dari pekarangan rumah.

***

Terlambat. Itu yang ada dipikiran Rei saat ini. Koridor sekolah sudah mulai sepi. Untung saja tadi, pa satpam menjaga pintu gerbang-mungkin-sedang pergi ke kamar mandi.

Decitan sepatu terdengar kalau Rei berbelok arah. Lumayan ngilu didengarnya, tapi Rei tak mempedulikan itu, ia hanya mempedulikan dirinya yang masuk kelas sebelum guru pertama masuk.

Kakinya berhenti melangkah saat sudah didepan pintu kelas. Semua mata tertuju padanya, juga guru biologi kelasnya. Rei berjalan perlahan, menghampiri bu Shelvi yang sedang ada di meja nya.

"Ma-maaf bu, saya telat..." Suara Rei begitu pelan tapi sang guru masih bisa mendengarnya.

"Kamu itu kan ketua Osis sekolah kita, ketua tim basket kebanggaan sekolah ini juga, tapi bisa-bisa kamu telat seperti ini..." Jelasnya. Para siswa yang sedang duduk melihat Rei dan bu Shelvi bergantian.

"Ya maaf bu, saya bangun kesiangan..." Jawab Rei.

"Jam berapa ini?" Rei mengangkat kepalanya, melihat jam di kelas.

Jam setengah delapan lewat empat menit.

Rei menahan mulutnya yang agar tidak terbuka, karena kaget. Ia menelan air liurnya menutupi ketakutannya saat ini.

Sandy yang duduk di bangku nya hanya bisa terkekeh pelan melihat Rei akan dihukum. Rei menatap horror sahabatnya itu.

"Sandy, ke depan..." Ucap bu Shelvi mengagetkan Sandy yang tengah meledek Rei.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang