Gundukan tanah itu masih tampak merah, bahkan nisan nya pun masih jelas terasa sangat baru, aroma bunga mawar semerbak tercium harum di sekitarnya.
Hanya ada satu manusia di sana yang masih duduk termenung, matanya memerah tanda sudah banyak sekali menangis, bahkan kini hanya lirihan kecil yang terdengar, suaranya memanggil manggil sang pemilik nisan.
"Mama...maafin Luna maa.."
Di gigitannya bibir bagian bawahnya seakan menahan isakan nya keluar.
"Mama... Luna gak bisa tidur ma...kenapa ninggalin Luna sendirian?, kenapa ma?, Luna janji gak bakal jadi anak nakal lagi ma.."
Dari tadi, hanya perkataan itu yang selalu terucap oleh bibir mungil tersebut, sarat akan penyesalan yang tak berujung, jika ada yang melihat gadis kecil tersebut tentu hatinya akan teriris perih dengan kondisi gadis kecil tersebut.
Seorang gadis kecil yang mungkin usianya masih sekitar lima tahun itu menelungkup kan wajah nya pada kedua lutut kakinya, ia lelah namun entah mengapa ia tak bisa tertidur, seakan jiwanya meronta di biarkan lepas untuk menangis.
"Ekhm"
Suara seseorang mengalihkan eksistensi sang gadis tersebut, di lihatnya seorang wanita berpakaian hitam tengah berdiri di sebelahnya.
Wanita tersebut tersenyum manis sekali, dua lesung pipinya bahkan tampak jelas oleh gadis kecil tersebut, tangan nya mengusap pelan rambut gadis tersebut, sungguh sentuhan yang sarat akan kelembutan, bahkan gadis tersebut memejamkan matanya kala wanita itu membelai nya.
"Mama..."gumamnya.
Wanita tersebut ikut berjongkok dengan sang gadis kecil, di usap nya pipi yang mengeluarkan buliran air mata itu dengan pelan.
Wanita itu nampaknya paham sekali apa yang di rasakan oleh gadis tersebut. Di tinggal oleh orang yang di cintai pasti memberikan luka yang teramat dalam pada hatinya, apalagi gadis kecil ini masih terlalu dini untuk merasakan perasaan tersebut.
"Sudah baikan, cantik?" Tanya wanita tersebut.
Gadis kecil itu mengangguk pelan, hampir lima menit ia merasakan usapan lembut dari wanita yang tak di kenal nya sama sekali ini.
"Maaf Tante, Luna jadi anak cengeng gini" ucap nya malu. Sudah sadar dengan tingkah nya yang dari tadi terus menangis.
Wanita tersebut tersenyum, "udah di maafin kok cantik...lagian gak ada yang larang kamu buat jadi cengeng kok."
Luna, gadis kecil tersebut lagi lagi di buat terharu oleh perkataan wanita asing tersebut.
"Tapi kata papa sama nenek, Luna gak boleh jadi anak cengeng, katanya anak perempuan itu harus kuat, makanya Luna gak berani nangis kalau lagi di rumah" tutur nya sendu.
Wanita tersebut terkejut mendengar perkataan Luna, sungguh kenapa anak sekecil dan secantik ini harus di paksa tangguh oleh orang dewasa.
"Gak kok nak, Tante aja yang udah besar gini masih suka nangis sendiri, kamu kalau sedih gak usah di Pendem Pendem sendiri, nanti di sininya makin sakit loh" ujar wanita tersebut, ia letakkan tangan nya di dada kiri Luna.
Luna pun ikut meletakkan tangan nya di atas tangan wanita tersebut, "ini...apa Tan?"
Wanita tersebut terkekeh ringan, "ini hati kamu nak, pusat segala macam perasaan kamu."
"Ooh gitu y Tan.."
"Nanti kalau kamu sedih lagi, coba pegang dada kamu, terus berdoa gini sama Tuhan 'ya Allah....hati aku sedih lagi,bantu aku obatin ya ya Allah... jangan tinggalin aku sendiri', nah nanti pasti Tuhan bakal bantu kamu buat bisa pergi dari kesedihan kamu, Tuhan bakal ngirim tentara nya buat ngilangin kesedihan anak cantik ini."
Mata Luna berbinar senang, tak ada yang pernah memberitahu nya tentang cara tersebut, wanita yang ada di hadapannya sungguh hebat.
"Tante keren!, berarti sekarang Tuhan nya lagi ngirim Tante buat jadi obat kesedihan Luna ya?, soalnya waktu Tante usap kepala Luna, Luna ngerasa kayak di usap mama, Luna gak jadi sedih lagi."
Wanita tersebut terkekeh ringan mendengar perkataan Luna, sungguh anak kecil yang sangat polos sekali, wanita itu memeluk Luna sebentar, ia merasa malu. Malu pada dirinya sendiri karena tak sekuat anak kecil yang ada di depannya.
"Iya...kamu juga jadi obat Tante yang di kasih sama Tuhan, padahal tadi Tante masih sedih, terus pas lihat kamu...Tante malah gak jadi sedih nya hehehe."
Luna pun ikut tertawa dengan wanita tersebut, padahal wanita itu sama sekali tak ia kenali, namun efek keberadaan wanita tersebut mampu mengubah suasana hati Luna.
"Tante...nama Tante siapa?" Tanya Luna penasaran. Pasalnya ia dari tadi tak pernah dengan benar memanggil wanita tersebut.
"Luna...!, ya ampun...kok kamu bisa sampai ke sini?", perkataan panik itu terdengar dari wanita yang lain lagi, ia terburu buru berjalan ke arah Luna.
Di tariknya Luna agar segera berdiri, wajah nya sangat panik sekaligus cemas, sudah pasti wanita tersebut adalah keluarga nya Luna.
Luna menatap wanita tersebut dengan sedih, "maaf Tante Hira... Luna kangen banget sama Mama" ujar nya sendu.
Wanita yang di panggil Luna dengan Tante Hira itu memeluk Luna dengan erat, "ya udah sekarang kita balik lagi yok, papah kamu udah nungguin di depan sana."
Luna mengangguk setuju, ia merasa bersalah pada sang papa karena sudah pergi terlalu lama.
"Emm... Mbak, makasih ya udah bantu jagain Luna, kami pamit duluan ya mbak" ujar Tante Hira.
Wanita asing tersebut tersenyum ringan, "sama sama mbak" balasnya.
Kemudian Luna dan Tante nya berpamitan kepada wanita asing tersebut, tak lupa di kecup nya tangan wanita tersebut oleh Luna.
Setelah kepergian Luna, wanita asing tersebut melanjutkan perjalanan nya ke arah makam yang lain, melihat kembali sosok wanita yang belum lama ini pergi meninggalkan nya untuk selamanya.
"Assalamualaikum ibu...hari ini Mara datang lagi", lirihnya sambil mengusap air yang sudah menggenang di pelupuk mata nya.
Nyatanya,beberapa kali pun ia mencoba sabar dan tabah, hati kecilnya masih tetap merindukan sosok tersebut. Ia pun tak kalah lemah nya di banding Luna.
***
Halo teman teman semua 👋.
Salam kenal ya..Kalian bisa panggil aku Enn, dan ini adalah cerita pertama aku, so...silahkan vote dan komen ya.
Bantu aku koreksi jika ada yang salah.
Dan semoga suka dengan cerita aku.
Seeyou di nexchapter. 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Love
ChickLitPikiran manusia itu bagai istana pasir yang dapat di hapus oleh ombak dalam sekejap. Lalu, tanpa sadar kita akan terganggu setiap waktu, dan dalam sesaat itu akan menjadi tsunami yang dapat menghancurkan pertahanan.