Rasanya kejutannya terlampau besar untuk Mara terima, dan tiga hari lagi tepatnya Sabtu nanti adalah pertemuan Mara dengan calon keluarga yang akan ia nikahi. Mara tak tau harus bersikap seperti apa.
Asyik dalam pemikirannya tanpa sadar ada seseorang yang mencolek tangan nya.
"Halo,Tante" sapa seseorang di sebelah Mara.
Mara terkesiap dari lamunannya, seorang gadis kecil berdiri di dekatnya dengan senyum yang merekah.
"Oh,hai.."balas Mara.
"Tante masih ingat aku gak?"
Mara mengangguk semangat, "masih dong...kamu Luna kan sayang."
"Hehehe iya Tante, ternyata Tante masih ingat"
Luna ikut duduk di sebelah Mara, mereka tengah berada di toko kue tempat Mara bekerja.
"Kamu kesini sama siapa nak?" Tanya Mara penasaran. Jangan sampai anak kecil ini kabur lagi seperti kasus kemarin.
"Aku habis pulang sekolah Tante, itu yang sekolah di sebelah toko ini, trus sekarang lagi nunggu Abang El dulu, dia biasanya suka lama kalau ke kamar mandi."
Mara mengangguk paham, untung lah Luna tidak kabur lagi.
"Terus pulang nya sama siapa?"
"Nanti di jemput papa kok Tan sama Tante Hira juga"
"Syukurlah kalau begitu " ucap Mara. Ia usap rambut Luna dengan lembut.
Luna terkekeh geli, "Tante suka banget elusin rambut aku"
Mara mengalihkan tangan nya dengan cepat, tanpa sadar ia lagi lagi berbuat lancang.
"Maaf ya lun, kebiasaan Tante nih kalau liat anak kecil suka elus rambutnya mereka"
Luna menggeleng pelan,"aku gak papa kok Tan,malah aku seneng Tante usap kayak gitu, soalnya kalau papa sama Tante Hira gak pernah mau usap kepala aku."
Mara sedikit heran apakah papa nya Luna kurang menyukai anak kecil ini, padahal Luna adalah gadis kecil yang sangat cantik.
"Tante Tante!, sekarang Luna udah gak sedih lagi, ternyata kata Tante betul, kalau Luna minta sama Tuhan, Tuhan pasti bakal ngabulin doa Luna. Sekarang papa udah gak sesibuk dulu lagi Tan, papa juga udah mau nemenin aku main, ajak aku jalan jalan juga" cerita Luna dengan antusias.
Mara pun ikut merasa bahagia dengan keadaan Luna, ternyata Luna saja bisa bahagia dengan meminta kepada Tuhan, lalu kenapa Mara hanya berkeluh kesah tanpa pernah meminta pertolongan pada sang pencipta.
Mara merasa tertampar dengan kata kata nya waktu itu, padahal ia yang menasehati Luna, tapi malah ia yang tak mengamalkan ucapan tersebut.
"Lun!!, Luna... "
"Oh itu Abang El Tante "
Luna menunjuk seorang anak laki-laki yang seumuran dengan nya, anak itu berlari ke arah Luna dengan cepat.
"Lun...om Zayn...udah datang loh dari tadi" ujar anak laki laki itu sedikit ngos-ngosan.
"Kok papa cepet bang?, sama Tante Hira juga?"
Bocah laki laki itu menggeleng, "sendiri kok, gak sama Tante girang itu" balas nya.
"Oke oke, Luna kesana sekarang, Tante...Luna pamit dulu ya" kini eksistensi Luna beralih pada Mara yang sedari tadi hanya mendengarkan obrolan bocah bocah itu.
Mara mengangguk, di usapnya kembali kepala Luna untuk yang terakhir kali nya, mungkin setelah ini ia tidak akan bertemu lagi dengan gadis cantik itu.
Luna pun mengambil tangan Mara dan mencium punggung tangan Mara tanda berpamitan.
![](https://img.wattpad.com/cover/358460777-288-k309835.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Love
ChickLitPikiran manusia itu bagai istana pasir yang dapat di hapus oleh ombak dalam sekejap. Lalu, tanpa sadar kita akan terganggu setiap waktu, dan dalam sesaat itu akan menjadi tsunami yang dapat menghancurkan pertahanan.