“Terlihat sempurna belum tentu tak cacat.”
(S.A)* * *
Dazed Studio,
Eonju-ro, Gangnam-gu, SeoulSUARA tepuk tangan terdengar nyaring dari dalam studio. Beberapa lampu sorot masih menyala terang, begitu silau dan menyakitkan mata.
Seorang wanita muda tampak membungkuk dalam dan tersenyum manis ke arah para kru yang telah bekerja keras bersamanya sejak tadi pagi."Gomawo," katanya lembut bak angin musim semi.
"Kerja bagus, Nona Lisa!" seruan sang fotograper mengakhiri sesi pemotretan mereka siang ini.
"Terima kasih untuk kesempatan yang berharga ini," ujar wanita muda bernama Lisa itu, dia masih membungkuk ke arah kru, bahkan juga ke beberapa petugas kebersihan. Membuat mereka merasa tersanjung karena Lisa menghargai kehadiran mereka di sana.
"Harusnya saya yang berterima kasih pada Anda, Nona," sang fotografer berkata sembari menatap wajah wanita muda itu. "Andalah yang membuat pemotretan ini terasa lebih mudah. Bekerja denganmu sungguh pengalaman yang berkesan bagi kami."
"Saya akan besar kepala, jika Anda terus memujiku seperti itu, Tuan Kim," ujarnya, pipinya yang bulat tampak bersemu merah membuat orang-orang memekik gemas di dalam hati.
Keduanya bergerak sembari mengobrol ringan, melangkah dengan pasti ke arah kursi santai yang sudah disediakan oleh pihak majalah Dazed.
"Apakah Anda ada waktu luang, Nona?" tanya sang fotografer. Seorang pria tua yang namanya cukup di segani di dunia fotografi Korea Selatan. "Saya berencana mentraktir para kru makan siang. Ikutlah bersama kami," ajaknya terdengar ramah.
Wajah Lisa berubah sendu, "Sejujurnya saya ingin sekali ikut serta, Tuan Kim. Namun, saya sudah harus kembali ke agensi, karena ada beberapa pekerjaan yang harus segera saya selesaikan."
Tuan Kim mengangguk pelan, "Saya mengerti," katanya. Dia tampak memaklumi kesibukan wanita muda itu. Menurut informasi yang pria itu dapatkan, selain menjadi model, Lisa pun ikut serta dalam mementori murid-murid pelatihan di Cube Entertainment. Wanita pekerja keras, pikirnya.
"Sebagai permintaan maaf, bagaimana jika siang ini saya yang mentraktir Anda dan juga para kru?" katanya seraya menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga.
"Mworago?"
"Sebenarnya saya sudah memesan food truck, dan mereka sudah tiba sejak beberapa menit lalu," sambung Lisa.
Sang fotografer tercengang, dia tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. "Mengapa Anda harus repot-repot begini, Nona Lisa?"
"Saya tidak merasa direpotkan, Tuan Kim," balasnya. Seandainya Anda tahu saja Tuan Kim, aku terpaksa melakukan ini demi untuk terlihat murah hati dihadapanmu. Huh, uang-uangku yang malang, batin Lisa nelangsa.
"Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena Anda bersedia untuk menjadi fotografer di projek saya hari ini," ujar Lisa lagi, kali ini suaranya terdengar tulus, lalu satu senyum terpatri di wajah ayu wanita muda itu. Satu senyum yang Lisa tahu benar bahwa itu hanya berupa kepalsuan belaka.
"Sepertinya food trucknya sudah bersiap, mari saya antar ke sana, Tuan Kim."
"Baiklah, Nona Lisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance (JILICE) Sad Ending Version
FanfictionBagi Lisa, si bungsu dari keluarga Kwon adalah sebuah kebahagiaan sekaligus kesedihan. Pria itu dapat membuatnya terus tersenyum sepanjang hari, tapi juga dapat membuatnya menangis sepanjang malam. Di lain waktu, pria itu bagaikan mentari yang mengh...