Bagian 4

3 1 0
                                    

"Senin telat, Selasa telat, Rabu telat, kamu kapan gak telat nya Del? Telat kamu hampir setiap hari. Kalaupun gak telat itu pasti mepet jam masuk. Kamu niat sekolah apa engga?." Ucap pak Arif.

Delia terdiam merenung di depan papan tulis. Ia lalu mengarahkan pandangannya ke depan. "Kalau saya gak niat sekolah saya milih bolos pak timbang di hukum." Jawab Delia.

"Kamu jangan membantah saya. Saya dan guru-guru lain sudah sabar sama sifat kamu. Bahkan wali kelas kamu saja sudah muak sama kebiasaan telat kamu itu Del." Ucap pak Arif sedikit emosi kepada Delia.

"Besok saya gak telat lagi pak." Ujar Delia.

Pak Arif berdiri mendekati Delia. "Sudah berapa kali kamu ngomong seperti itu? Dan hasilnya kamu tetap saja telat. Apa kamu tidak kapok di hukum terus? Hukuman apa yang buat kamu jera Del?." Ucap pak Arif.

Delia terdiam saja tak menjawab pertanyaan dari pak Arif. Delia merasa hari sial nya tak ada habis-habisnya.

"Jawab pertanyaan saya Delia. Kamu minta di hukum seperti apa lagi?." Tegas pak Arif.

Delia tiba-tiba saja merasa takut oleh 1 kalimat pak Arif itu. "Kata bapak jangan ngebantah." Delia hanya bisa membalas itu.

"Silahkan duduk. Besok kalau kamu telat siap siap aja hukuman nya bakal gak keduga Delia." Ucap pak Arif.

Delia bergegas duduk ke kursinya. Mood nya benar-benar langsung berantakan sekarang.

Nayla melihat sahabat nya yang memurungkan wajahnya itu. "Mending gausah berangkat sama Laura deh Del. Telat mulu kan." Saran Nayla.

Delia memutar bola matanya malas. "Lo gaakan paham nay." Jawabnya.

....

Delia dan Nayla keduanya tengah memakan bekal bersama di meja. Nayla melirik Delia yang diam saja. Nayla paham jika kondisi seperti ini pasti sahabatnya sedang badmood.

Tiba tiba saja ada notifikasi dari handphone Nayla yang membuatnya refleks memberitahukan kepada Delia.

"Del ni Lo di cariin Mifta ni. Katanya kok Lo gak bales bales pesan dia." Ucap Nayla.

Delia hanya melihat sekilas chat dari Mifta. "Okelah nanti aja." Jawabnya.

"Eh mau nanya deh, Lo sama Mifta pacaran?." Tanya Nayla.

"Engga." Jawab Delia.

"Tapi kok.. kemarin gue liat dia manggil sayang ke Lo? Dan kata agas nomor Lo di save ada love nya gitu." Ucap Nayla.

Delia kaget mendengar kalimat itu. Bahkan Delia sendiri tak tau Mifta save nomornya gimana. "Masa? Gue gatau." Ucapnya.

"Gimana sih Lo, kok gatau." Ucap Nayla.

Beberapa menit diam saja. Delia memikirkan apa yang di katakan Nayla tadi. "Tapi gue emang ada sedikit rasa sama dia Del. Tapi gue gatau kenapa gue bisa ada rasa itu. Bukan, ini bukan soal typing nya dan wajahnya lagi. Gue juga bingung sama perasaan gue. Tapi kalo boleh jujur gue gamau pacaran Del. Gue mau nya pacaran sekali seumur hidup dan itu sama jodoh gue ntar. Sedangkan Mifta belum tentu jadi jodoh gue. Apalagi umur segini, pasti labil-labilnya. Gue belajar dari yang dulu ajasih nay." Curhat Delia.

Nayla senyum-senyum sendiri mendengarkan curhatan sahabat nya itu. Sepertinya sahabatnya sedang fall in love. "Dell.. itu mah Lo lagi jatuh cinta sama dia. Lo suka dia tapi Lo gatau kan karena apa? Ya Lo cinta sama dia." Ucap Nayla.

"Gak, gak mungkin gue cinta sama dia. Gue cuma gabut doang nay. Gue sayang kali sama dia. Jadi gue gini." Jawab Delia.

"Lo jangan bohongi diri Lo sendiri Del." Ucap Nayla.

....

Delia membaringkan tubuhnya di kasur empuknya. kepalanya kini memikirkan apa yang dikatakan Nayla tadi.

"Apa gue suka sama Mifta?." Gumamnya.

"Ah tapi apa mungkin? Gue gak yakin sama perasaan gue. Mifta jelas lebih muda dari gue. Tipe gue yang lebih tua dari gue. Jadinya dia kaya adek gue." Lanjutnya.

Ting!

Bunyi notifikasi dari handphone Delia membuatnya berkutik mengecek handphone nya.

Satu pesan suara dari Mifta. Pesan suara itu sekitar 40 detik. "Ga biasanya dia nge vn." Bingung Delia.

"Kenapa perasaan gue jadi gak karuan gini ya." Ucap Delia lagi.

Delia membuka pesan itu dan menekan tombol play vn itu.

"Ehm, Delia. Kamu sibuk ya akhir-akhir ini? Aku mau bilang sesuatu ke kamu. Sebenarnya aku udah mau bilang ini dari lama, cuma baru berani sekarang. Delia, aku suka kamu. Aku gatau kenapa tiba-tiba aku bisa suka sama kamu. Tapi sama kamu buat aku nyaman walau kita cuma sebatas virtual."

Kalimat yang di lontarkan Mifta lewat vn itu berhasil membuat Delia panas dingin mendengarnya. "Ngga, ngga.. ngga mungkin. Ini pasti prank." Ucapnya.

Delia melihat Mifta mengirim vn lagi. Rasanya badannya kali ini gemetaran gak karuan. Delia yang penasaran lanjut menekan tombol play vn itu.

"Delia, kamu mau gak jadi pacar aku? Hehehe."

Deg!

Delia menjatuhkan handphone nya refleks ketika mendengar satu kalimat itu. Delia bingung sekarang. Apa yang harus ia jawab. Ia sama sekali hanya gabut awalnya.

Delia terdiam membeku 5 menit. Mifta pun mengirim spamchat kepada Delia karena pesannya tak kunjung di balas. Delia masih tak bisa berkutik.

Delia bukan tipikal yang suka terikat hubungan. Ini baru pertama kalinya ia di tembak oleh cowok yang awalnya ia hanya gabut saja.

"Apa gue terima aja? Atau gue ajak hts aja kaya Nayla sama agas." Bingung Delia.

Dering handphone Delia membubarkan pikiran Delia. Mifta menelfonnya. Delia menarik nafasnya dalam dalam dan mengangkat telfon itu.

"Del? Kok pesan ku gak di bales? Gimana? Kamu mau gak jadi pacar aku?." Tanya Mifta lagi.

Delia bergeming di hatinya. Baru saja mengangkat telfon, langsung di beri pertanyaan itu lagi. Minimal salam dulu kek. Begitulah batin Delia.

"Eh.. em.. gini mi.. gimana.. kalo.. kita..h...em.....gimanakalokitahtsaja." ucap Delia.

"Loh? Kenapa?." Tanya Mifta.

"Ya biar kaya Nayla sama agas." Terang Delia.

"Ngapain ngikutin mereka. Lagian dari pda hts hts tapi manggil nya sayang sayang.. kaya orang pacaran.. mending sekalian aja pacaran. Paling tidak ada statusnya. Dan kalo hts itu cemburu kaya gaada hak gitu. Aku kan pengen milikin kamu." Ucap Mifta.

'what? Apa katanya? Milikin? Gila sumpah gue jijik banget denger kata milikin. Aaaa Mifta.. Gue mau nya hts an aja gitu.' batin Delia.

"Em.."

"Jadi gimana? Kamu mau kan jadi pacar aku?." Tanya Mifta lagi.

"Yasudah iya." Jawab Delia.

"Iya apa?." Tanya Mifta memastikan.

"Iya, aku mau jadi pacar kamu miftaa." Ucap Delia lagi.

Terdengar suara kegirangan dari sebrang sana. Delia hanya bisa nyengir-nyengir tak jelas.

Mereka melanjutkan telfon hingga larut malam. Telfon mereka berhenti kala Delia yang pamit ingin tidur.

Delia melihat langit-langit kamarnya. Mulai saat ini Delia harus belajar cinta tulus ke Mifta. Mau bagaimana pun sekarang ia adalah pacarnya. Prinsip untuk tidak pacaran sebelum nikah telah sirna karena awal kegabutannya. Ada rasa senang dan kesal di hati Delia.

Delia memejamkan matanya seraya memeluk gulingnya. Langit malam kini di hiasi banyak bintang. Bintang menjadi saksi. 08 Desember 2022. Dari sini kisah kami yang sesungguhnya di mulai.

Promise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang