Nostalgia

0 0 0
                                    

Satu kelas gempar karena berita bakal ada murid baru. Mereka semua ngeributin siapa yang berhak buat duduk satu bangku sama anak itu.

Anak-anak cewek histeris sehabis ngeliat ponsel Lola, si biang gosip. Mereka teriak kalau anak baru itu tampan dan bakal jadi primadona di sekolah. Murid cowok yang lain cuma ngeliat gerombolan itu kayak nyamuk.

Tapi, ada juga beberapa yang khawatir kalau ketenarannya akan berkurang karena kehadiran si anak baru itu.

Aku yang duduk di bangku paling pojok sebelah kiri cuma diam. Mungkin karena gak tertarik, atau juga karena gak ada satupun yang ngajak aku bicara. Lagipula, itu bukan sesuatu yang besar banget, 'kan?

Kring. Kring. Kring.

Bel masuk bikin semuanya bubar. Mereka balik lagi ke tempat duduk masing-masing. Beberapa cewek berkali-kali ngebenerin letak bandonya, kuncirannya, ada juga yang ngaca sambil pakai lip balm di kolong meja.

Mereka semua antusias banget.

"Selamat pagi, Anak-anak," Pak Bubu nyapa kami seceria biasanya.

"Pagi, Pak."

"Kalian pasti sudah tahu, 'kan, kalau hari ini kelas kita kedatangan murid baru." Pak Bubu kemudian manggil seseorang yang masih di luar kelas.

"Ayo, perkenalkan diri kamu."

Seketika kelas sepi banget. Aku yang memang biasa menunduk sepanjang pelajaran, untuk pertama kalinya ikutan memandang lurus ke depan dengan tubuh tegak.

Ternyata, di depan sana, ada seorang pangeran. Sumpah! Tingkat kegantengannya setara sama aktor-aktor barat yang sering aku lihat di film. Tapi, dia ganteng dengan versi berbeda.

"Nama saya, Arjun Balabulan. Mohon bimbingan untuk kedepannya, Teman-teman."

Tiba-tiba semuanya gaduh. Cewek-cewek histeris sambil megangin dada masing-masing, seolah-olah yang dikatain anak baru tadi adalah peluru tembakan.

Pak Bubu tepuk tangan berkali-kali, upaya buat kembali nenangin satu kelas. Guru satu ini memang favorit banget. Cara beliau ngajar selalu mudah dipahami dan jarang membentak.

"Cukup-cukup. Bapak juga gak kalah ganteng sama Arjun."

Krik, krik. Jokesnya Pak Bubu benar-benar bikin satu kelas diam. Setelah batuk jaim, Pak Bubu nyuruh Arjun duduk di salah satu bangku kosong karena pelajaran akan segera dimulai.

Ini mungkin jadi bagian paling mendebarkan buat satu kelas. Tapi, aku cuek aja. Lagian, masih banyak bangku kosong selain di sampingku.

Krieeet

Suara kursi ditarik bikin aku kaget banget. Pas menoleh, ternyata si anak baru itu udah duduk santai sambil ngeluarin buku.

"K-kenapa duduk di sini?" Aku melongo.

"Emangnya kursi ini gak kosong, ya?"

"Kosong, sih, tapikan masih banyak tempat lain."

"Emangnya ada peraturan khusus, ya? Bukannya tadi Pak Bubu nyuruh duduk di tempat kosong?"

Aku akhirnya diam aja. Tapi, bisa dipastikan kalau Lola sama komplotannya gak akan ngebiarin waktu istirahatku luang. Hiks.

Arjun, si anak baru ternyata bukan tipe orang pendiam. Dia lumayan banyak tanya tentang hal yang gak dia pahami selama pelajaran ke aku. Tentu aja sebagai teman sebangku, aku usahain ngasih tahu. Sebisaku.

"Eh, namamu siapa?"

"Badra Fabula."

"Namamu unik dan cantik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KARENAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang