Happy reading📖
****
"Berhenti! aku mohon berhenti, ini sangat sakit."
"Ini masih kurang, lo nggak pantes sekolah di sini cupu!."
Seorang gadis lemah tampak tak berdaya akibat di keroyok oleh geng pembully, ntah apa kesalahan dirinya.
"Akhhh sakit, aku mohon hentikan."
"Jangan teriak, cupu! gue benci suara lo."
Dengan sekali hentakan, tubuh gadis itu terbaring lemah akibat di benturkan di lantai. Lalu gadis lainnya menginjak tubuh lemah itu.
Rintihan kesakitan menggema dengan keras.
Tak ada satupun orang yang berniat untuk menolong nya, mereka hanya melihat dan menonton nya kesakitan.Pemandangan yang sudah biasa bagi sebagian orang. Namun tidak dengan seorang gadis yang melihat pemandangan itu, ini sungguh pertama kali baginya.
"Apa yang mereka lakukan? membully?." tanya gadis tersebut kepada dirinya sendiri.
Setelahnya ia terkekeh pelan.
Dengan langkah tegas, gadis itupun maju menuju kerumunan di depan sana.
"Apa yang kalian lakukan?." tanya gadis itu heran. Matanya menatap ke arah seorang gadis yang sudah lemah tidak berdaya akibat kekerasan fisik yang di dapat nya.
Lalu ia melihat pelaku kekerasan tersebut.
"Sok keren sekali mereka ini,"
Ungkapan gadis tersebut sontak membuat semua orang tercengang
Mereka pikir gadis tersebut akan datang membantu bak pahlawan kesiangan.
"Apa yang kau katakan,Luna ?"
Salah satu dari pembully itu memberanikan diri untuk bertanya. Mereka segan dengan gadis di depannya ini.
"Apakah kau tuli, cantik? "
Luna bertanya dengan lembut, jangan lupakan senyum anehnya itu.
"Ahh? tidak, aku hanya memastikan." orang itu menjawab dengan sedikit ragu.
Gadis yang di panggil luna itu berjongkok sampai sejajar dengan gadis korban bully itu.
Keadaan nya yang lemah serta kepala yang selalu menunduk membuat Luna kesulitan melihat wajah nya.
Dengan sekali sentakan, Luna mencengkram rahang gadis tersebut. Tidak ada isakan kesakitan dari gadis lemah itu, Luna tersenyum puas melihat nya.
"Mau jadi temen gue nggak? Kalo mau... gue bantuin."
Luna membisikkan kalimat itu tepat di samping telinga kiri gadis tersebut.Gadis itu pun menatap intens wajah Luna yang dianggap nya sebagai penolong.
"...."
"Apa...Lo tuli juga kayak mereka makanya gak jawab gue ?"
Gadis itu tersentak kaget kala mendengar bisikan itu di telinga nya, dengan cepat ia menjawab : "i...iya aku mau"
Luna : "mau apa ?,"
Gadis itu : "iya aku mau jadi temen kamu"
Setelah mendengar jawaban gadis itu, Luna tersenyum bahagia seolah sudah memenagkan lotre berharga.

KAMU SEDANG MEMBACA
MASTER ( Clock )
Teen Fiction"mau jadi temen gue nggak?, kalo mau gue bantuin" tak pernah terpikirkan oleh Nikala bahwa, di tengah kesialan nya ada seorang gadis yang mau menolong nya untuk terlepas dari jeratan para pembully sialan itu. Nikala pikir, setelah terbebas ia akan...