03. Senjata Makan Tuan ⚔️

143 19 2
                                    

Dilarang menjadi pembaca rahasia, loh!

Tinggalkan jejak kalian untuk author 🌞☘️

_________________________just klik, vote

   "PANGERAN HAECHAN DIBUNUH PANGERAN RENJUN."

   Bagaikan bom yang meledak di jantung. Teriakan dari luar begitu menghentikan jamuan Pangeran Jeno di tempat.

   Teramat kaget sampai sendok yang ada di tangan si tampan jatuh ke lantai. Dengan tak sabar, Pangeran Jeno berjalan cepat meninggalkan Raja dan Putri Katarina.

   Tepat di depan matanya, sebilah pedang menancap di dada kiri Pangeran Haechan. Yang lebih membuatnya tak bisa berkata-kata adalah Pangeran Renjun berdiri dengan napas tersengal, menatap tanpa belas kasih pada mayat Pangeran Haechan.

   Tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Pangeran Jeno mengeluarkan pedang yang disimpan pada tubuh belakangnya.

   "Kau, pengkhianat!" teriaknya menjadi pusat perhatian semua orang di ballroom kerajaan.

   Tawa pecah Pangeran Renjun menjadi jawaban atas kemarahan Pangeran Jeno. "Aku? Tanyakan pada mayat itu!" Menunjuk pada tubuh kaku Pangeran Haechan.

   "RENJUN!" Pangeran Jeno berjalan cepat, hendak menyerang Pangeran Renjun dengan penuh amarah.

   Seolah tidak takut dan tahu maksudnya, Pangeran dari Kerajaan Api pun telah berdiri dengan kuda-kuda kokoh, siap menerima serangan.

   Sebentar lagi duel maut yang melibatkan dua kerjaan besar menjadi pusat perhatian. Semua yang di sana cukup tahu siapa kedua Pangeran yang tengah berdiri saling berhadapan, siap mengibarkan bendera perang.

   Pangeran Renjun berdiri menatap tajam sang lawan--Pangeran Jeno. "Sebelum pedangmu menghunusku, dengarkan perkataanku, Lee Jeno!" Bahkan suaranya tidak terdengar gentar, tapi penuh ketegasan.

   "Dia, Lee Haechan. Pengkhianat yang sebenarnya, musuh dalam selimut. Tanpa sepengetahuan kita, oh, atau kau dan Na Jaemin juga bersekongkol? Lupakan soal itu. Yang kutahu, dia menyelamatkan Putri Eve dan Putri Sian. Heh! Apa pertemanan kita semudah itu dikhianati karena gadis?" ucap Pangeran Renjun dengan menggebu-gebu. Puncak amarahnya juga tak terbendung.

   Sejak semalam, dia merasa ada yang tak beres dengan Pangeran Haechan. Dia mondar-mandir berjalan dari pojok lorong sampai pojok lagi.

   Rahang Pangeran Jeno mengeras. Tidak tahu emosi apa yang tengah menggerogoti tubuhnya. Apakah Pangeran Renjun berbohong? Tidak mungkin Lee Haechan mengkhianatinya.

   Tiba-tiba dari arah depan, Putri Eve berlari dengan tergopoh-gopoh. Menatap tak bersuara pada mayat sang Pangeran Tanah.

   "Pangeran Jeno, kau harus mendengarkanku. Pangeran Renjun yang sebenarnya pengkhianat, dia hendak mengambil singgasana di Kerajaan Tanah!" suara bergetar menahan tangis Putri Eve terdengar.

   "Sialan! Jen--"

   "Kau pendusta, Pangeran Renjun! Kau menjijikkan dan penuh tipu daya. Kau diutus dari China ke mari untuk mengambil Kerajaan Tanah. Di mana letak empatimu? Di saat kerajaan sahabatmu di ujung tanduk, kau justru bersekongkol dengan Kerajaan Barat!" Belum sempat Pangeran Renjun melakukan pembelaan, Putri Katarina lebih dulu memotong dengan kalimat panjangnya.

   "Mereka berbohong, Lee," geraman dari Pangeran Renjun.

   Tawa melengking Putri Sian mengalihkan pandangan semua orang. "Aku mendengar dengan telingaku sendiri. Pagi itu, kau sedang menyusun rencana untuk meracuni semua orang, termasuk sahabat-sahabatmu, 'kan? Kau ingin balas dendam karena dahulu kerajaanmu tak punya tempat!" kata Putri Sian dengan wajah yang mengeras.

   "Huang Renjun?" panggil Pangeran Jeno dengan wajah merah padam akibat menahan marah dan kecewanya.

   Sosok yang telah dianggap sebagai saudaranya justru mengkhianatinya. Memang persahabatan mereka baru berjalan separuh umur mereka, tapi tak sepatutnya ini terjadi. Perihal masa lalu juga benar, sepuluh tahun lalu baru terjalin perdamaian antara Kerajaan Barat─Kerajaan Api dan sekitarnya─ dan Kerajaan Timur─Kerajaan Angin, Tanah, Air dan sekitarnya.

   "Kau termakan fitnah para gadis bodoh ini!"

   "TUTUP MULUTMU, HUANG RENJUN!" Belum sempatkan Pangeran Renjun menghindar, pedang Pangeran Jeno ditodongkan ke depan.

   SRANG

   Serangan melesat, Pangeran Renjun berhasil melompat ke kanan.

   Merasa keadaan tidak kondusif, semua orang segera menjauh dari lingkaran peperangan dua pangeran. Banyak yang memekik ketakutan, bahkan anak-anak dan perempuan berlari meninggalkan ruangan.

   SRANG

   TANG

   TANG

   "Pangeran Jeno!" Putri Katarina berteriak panik kala melihat darah mengalir dari lengan kanan.

   SRANG

   TANG
   TANG

   Suara pedang saling beradu. Bertabrakan dan saling menggesek. Kedua pangeran sudah terbawa suasana yang kian memanas. Pangeran Renjun yang hendak menjelaskan dan meluruskan, kini fokus mempertahankan diri agar tak tumbang.

   SREP

   "Ugh!"

   Sakit, perih, dan panas. Bercampur jadi satu, tapi rasa sakit hati Pangeran Renjun lebih besar. "Sampai aku mati, aku kecewa dan tidak akan mengampunimu, Lee Je ...," ucapnya terhenti karena batuk darah.

   "RENJUN, JENO?"

   Pangeran Jaemin menopang tubuh Pangeran Renjun yang telah tergeletak lemas di lantai. Netranya melotot tak percaya dengan apa yang dia lihat.

   Dua pangeran telah mati.

   Terbunuh karena sahabatnya sendiri.

   "Jen, apa yang kau lakukan? Apa yang terjadi?" tanya Pangeran Jaemin yang masih kebingungan. Terlalu kaget dengan keributan ini. Dia baru dari ruangan lain, lalu mendapat kabar dari salah satu prajuritnya.

   "Na...," lirih Pangeran Jeno setelah sadar apa yang diperbuatnya.

   Pedangnya dijatuhkan ke lantai. Tubuhnya melorot ke bawah sambil menatap kosong mayat Pangeran Haechan dan Pangeran Renjun.

   "Tanganku kotor, penuh dosa, Na. Bunuh aku, Na!" Dengan segera mengambil pedangnya kembali, lalu diberikan pada Pangeran Jaemin agar menebas tangannya.

   Pangeran Jaemin tak bergeming di tempat. Masih tak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Rencana yang telah mereka persiapkan berbulan lalu telah hancur.

   Dengan tatapan kosong, Pangeran Jaemin mengambil pedang yang tergeletak di dekat mayat Pangeran Renjun. Tatapan tajamnya mampu menghunus.

   Orang-orang ketakutan dengan tindakan sang Pangeran Kerajaan Air. Banyak yang meneriaki nama Lee Jeno agar bangun.

   Bukan ini yang direncakan sejak awal. Kenapa mereka malah saling membunuh?

Senjata makan tuan.

Next •••••>

Pangeran dan Nirmala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang