Vermilion

304 27 13
                                    

As a request dari @ryu18_ sorry yaa kalau tidak sesuai ekspetasi. Enjoy reading!




Wendy selalu benci bersosialisasi. Bahkan semenjak pindah di komplek ini, bisa di hitung jari berapa kali dia menampakan batang hidung di antara para tetangga.

Kalau gak lagi acara musyawarah dari Pak RT, paling mentok juga ikut ngumpul buat pemilu.

Selama tujuh tahun menempati hunian satu lantai itu, kegiatannya hanya kerja dan pulang untuk istirahat. Bahkan, Wendy jarang banget keluar rumah, beberapa tetangga berpikir kalau wanita muda ini gak punya teman di semasa hidupnya, miris!

Dia bahkan gak perduli sama gunjingan ibu-ibu di depan gerobak tukang sayur tiap pagi, yang natap dia dengan lirikan kematian. Bahkan dia gak segan-segan buat nyalain motor nya dan melenggang gitu aja tanpa sapaan terlebih dahulu.

Di sepanjang perjalanan menuju kantor, dia cuma diem, melamun memandang padatnya jalanan ibukota di pukul sembilan. Hidupnya terlalu kosong untuk sekedar mikiran nyinyiran tetangga, toh dia pernah dapetin sindiran dan hinaan lebih keras dari ini bertahun-tahun lalu. Dia cukup muak sama hidupnya, ibarat orang lain benci dirinya, bisa di pastikan kalau Wendy jauh lebih benci diri sendiri jutaan kali.

"Pagi Kak, Wen. Tumben bawa motor?" Sapa Yeri dengan riang, setelah mereka tak sengaja berpapasan di parkiran khusus roda dua.

"Lagi pengen cepet nyampe, mager kejebak macet juga kalo bawa mobil" ucapnya cuek bebek sembari berjalan cepat menuju ruangan, rada males juga papasan sama karyawan lain.

Sementara Yeri masih setia ngekorin dia di belakang, sambil senyum manis bales sapaan karyawan lain.

Begitulah, kehidupan di kantor dan area komplek gak jauh beda. Tetep aja suram.

...

Wendy baru balik setelah pukul tujuh malam, maklum senin kayak gini agenda wajib kejebak macet tiap jam pulang kantor. Setelah berhasil masukin motornya ke garasi, dia hendak mengunci pagar seperti biasanya, tapi rasanya niat itu dia urungkan karena ada seorang wanita yang menghampiri nya dengan wajah sungkan.

"Maaf, sebelumnya aku baru pindah didepan kamu, boleh minta tolong gak? Aku gak kuat ngangkat kardus gede di bagasi mobil, kalau gak keberatan.."

Ucap seorang perempuan yang tingginya gak jauh beda sama dia, beda nya perempuan ini berparas cantik dan berambut panjang tanpa poni.

"Boleh, dimana mobil nya?" Balas Wendy tanpa pikir panjang, dan langsung mengekori tubuh perempuan yang butuh bantuannya.

Kedua perempuan dewasa ini, kini mengangkut beberapa barang yang ada di bagasi mobil, dan membawanya ke dalam rumah. Ada kali, lima kali bolak-balik dari halaman depan kedalam rumah. Sampai-sampai keringat itu mengucur deras dari dahi Wendy.

Ia mengelap wajahnya dengan kemeja hitam yang ia gunakan untuk ke kantor tadi pagi, walau sedikit bau keringat bercampur asap kendaraan, paling enggak wajahnya gak terlalu berminyak.

"Kenalin, namaku Irene. Makasih ya udah mau bantuin aku" ucap perempuan berambut panjang itu sembari mengulurkan tangan.

"Wendy" ujarnya sembari membalas uluran tangan itu meski singkat. Masih tetap sama seperti sebelumnya, tanpa senyuman yang menghiasi wajahnya.

She Loves Me Not (One shot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang