....

786 68 9
                                    



Note: 'sebuah cerita lain dari Hidden Place, namun beberapa alur cerita yang sedikit berbeda. semoga kalian menikmati satu cerita pendek ini, hitung-hitung untuk menemani nungguin ending yang belum jelas wkwkw. jangan lupa komen ya, saya suka bacain komentar kalian. makasih yang udah mau vote juga'




Happy reading!




Senin pagi,

Semua orang pasti membenci hari ini, awal mula dari rutinitas sesudah menjalani libur singkat di hari minggu. Tidak ada weekend untuk seorang wanita berumur 27 an berambut hitam panjang sepinggang yang bernama Irene Bae, hampir empat tahun dalam hidupnya ia habiskan bekerja dari pagi hingga malam. Bak orang paling ambisius di muka bumi ini, Irene begitu workaholic sebagai wanita independen. 

Pukul tujuh, masih terlalu pagi untuk sekedar menikmati secangkir kopi, apalagi jika harus bertandang ke kedai-kedai modern ala sekarang. Tak ada jaminan kalau sudah ada yang buka, mungkin para pekerjanya masih pada molor di temani mimpi indah. Tapi bukan Irene namanya kalau gak ambisius, udah hampir setengah jam mobil sedan nya ini mengintari separuh kota hanya untuk mencari kedai mana yang sudah buka, untungnya di sebrang jalan terdapat sebuah bangunan tua bergaya semi industrial, yang ia yakini pasti bangunan tersebut juga menjajakan sesuatu.

Sedan putih itu sudah berhasil ia parkirkan di sebrang jalan, karena area bangunan ini tak punya lahan lebih untuk tempat parkir. Dengan berat hati ia pun berusaha menyebrangi jalan dengan hati-hati tak lupa dengan tas laptop dan sebuah pouch makeup di kedua tangannya. Meski agak tergesa-gesa ia pun sampai juga di ujung pintu gedung itu.

'welcome' - sapaan dari sebuah tulisan yang bertengger pada tengah pintu kayu bercat abu-abu, ia dorong pintu itu dengan penuh harapan. 

"selamat pagi nona" sebuah sapaan ramah dari seorang pekerja yang biasa mereka sebut barista, di iringi harum kopi yang menyeruak di seluruh penjuru ruangan. 

"pagi mba" sapa nya kembali, tak lupa dengan senyuman canggung di bibir manisnya, dengan gelagat agak bingung akhirnya ia melanjutkan perkataannya.

"apakah sudah buka?" tanya nya agak setengah berharap, sementara si barista muda itu hanya menggaruk kepala yang tak gatal.

"umm, sebenernya belum sih. tapi seperti nya nona sudah menempuh perjalanan jauh untuk datang kesini, saya siap menampung pesanan nona sekarang"

'gotcha!' riang nya dalam hati, kini dia buru-buru meletakan barangnya di sebuah meja secara acak, lalu sedikit berlalari ke depan kashir untuk memesan kopinya.

"silahkan, ini menu nya nona. mau pesan apa?" tanyanya riang.

"ah, aku mau satu flatwhite, dan satu slice redvelvet cake ini. silahkan, ini kartu saya" 

"baiklah, nona. ini kartunya, terimakasih, nanti saya antar pesanan anda ke meja"

Irene hanya mengangguk, dan sedikit berlari ke mejanya.

Dengan buru-buru ia menyalakan laptop nya, tak lupa memasang kedua earphone wireless di telinga mungilnya. Tak sampai lima belas menit, si barista sudah mengantarkan pesanannya di meja.

"ah, mba! boleh saya minta password wifi nya?" 

"tentu, 'levelup17'. itu passwordnya. silahkan nikmati hidangan anda" 

She Loves Me Not (One shot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang