00

371 47 3
                                    

Zeano Alfansyah. Seorang pemuda yang baru saja menyelesaikan masa SMA-nya satu tahun yang lalu, kini berusia 19 tahun. Ayahnya seorang pengusaha terpandang, sementara ibunya sudah lama meninggal di saat usia Zean masih 10 tahun. Zean adalah anak tunggal, berarti ialah harapan satu satunya yang dimiliki sang ayah.

Karena itu, sejak kecil ia dididik cukup keras oleh ayahnya, dan satu tahun ini ia sudah cukup menguasai ilmu dalam mengurus perusahaan. Ayahnya memang seniat itu, sampai sampai Zean harus merelakan masa remajanya hanya untuk membuat ayahnya puas dan bangga memilikinya.

.
.

Malam ini Zean berniat untuk berjalan jalan di taman kota setelah terbebas dari tumpukan kertas memuakkan yang sering membuatnya sibuk itu. Untungnya sang ayah mengizinkan dengan syarat tidak boleh pulang terlalu larut.

Kini kaki jenjangnya sudah sampai di tempat yang ia tuju, langit indah ditemani ribuan bintang dan satu bulan, juga suasana taman yang cukup ramai membuat Zean menampilkan senyumnya. Ia jarang merasakan suasana ini, apalagi setelah ayahnya menyuruh dirinya untuk mulai fokus pada dunia pembisnis.

Didudukannya tubuh itu pada sebuah kursi taman yang tersedia. Zean mengamati sekitar, hingga matanya tertuju pada seorang anak laki laki yang sedang berjualan di seberang tempatnya duduk.

Terlalu fokus memperhatikan hingga netranya menangkap sebuah mobil melaju cukup kencang dari arah kiri, Zean merasa was-was saat melihat anak laki laki itu melangkahkan kakinya hendak menyebrang jalan dan hanya melirik ke arah kananya saja.

"Kenapa gak ngeliat ke kiri juga, kocak!" umpatnya lalu berlari kencang untuk menyelamatkan anak itu.

Baru saja ingin mendorong anak laki laki itu, namun sepertinya Zean terlambat. Karena sekarang tubuhnya sudah ambruk tertabrak oleh mobil tersebut.

BRAK!!

"ASTAGAA, ADA YANG TERTABRAK!" pekikan salah satu orang yang kebetulan berada di sekitar situ membuat atensi orang orang tertuju pada satu arah.

Zean, dengan nafas mulai memberat dan pandangan tertuju pada tubuh anak laki laki yang ternyata ikut tertabrak.

'Ah, sepertinya ini sudah saatnya aku pergi.' setelah mengatakan itu dalam hatinya, kedua matanya mulai menutup perlahan, dan nafasnya pun berhentik di detik berikutnya.








Jum'at, 18 Oktober 2024

Become A Father [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang