Kembali ke Al-multazam

16 1 0
                                    

"Dulu.Rasanya sangat ingin ku putar ulang saat-saat indah bersamanya yang hanya mampu ku bayangkan bahagianya dan senyumnya yang diperuntukkan padaku"
-Raichanasya

"Raichana Syahira!lama banget kamu ,nak.Ummi sudah nunggu di luar"
"Nggih Ummi,Aina medal"Gadis cantik dengan senyum cerahnya menuruni tangga menghampiri kedua orangtua-Kyai Nuh dan Nyai Faiza,dan kedua adiknya-Hasan dan Ubaid di teras depan rumah
"Lama banget siap-siape anak perawan mah"Kata sang Ummi membuatnya meringis.
"Sudah,Ummi.Lagian Ummi juga pernah ngerasain jadi Aina kok.Iya kan?"
"Iya Abi,Ya sudah ayo berangkat"
Lamanya perjalanan menuju Ponpes. Al-Multazam yang berada di jakarta selatan,membuat Aina merasa bosan terlebih cuaca hari ini yang tidak terlalu cerah.
"Kalau ngantuk tidur,Mba Aina.Jangan cemberut.kayak ubaid yang masih kecil aja sukanya ngambek"
"Diem,hasan.Mba nggak ngantuk tapi bosen."
"Lah itu handphone Mba nganggur.Biasanya tik tok an"
"Di bilang diem ya diem,Hasan.Astaghfirullah,"
"Hasan,jangan ngganggu Mba Aina"Sang Abi mengangkat suara.
"Nggih,Abi"

###

Raichana Syahira.Satu-satunya putri pengasuh ponpes.Al-Furqon dari empat bersaudara,satu kakak-Gus Alif dan kedua adiknya-Hasan dan Ubaid.Setelah kepulangannya dari pesantren pertamanya-selama delapan tahun,Kedua orangtuanya kembali mengirimnya ke pesantren milik saudara di Jakarta Selatan-Al-Multazam.
"Alhamdulillah sampai"
Saat melihat ke kursi belakang,senyum Kyai Nuh dan Nyai Faiza mengembang menatap Aina dan Hasan terlelap saling memeluk.
"Tadi berantem,Sekarang pelukan"
"Hasan itu sering iseng sama Aina karena dia kangen tapi gengsi.Iya kan Bi?"
"Iya.Abi kira juga kayak gitu ,Mi"
Perlahan mata indah itu terbuka dan segera melepas pelukannya dengan sang adik membuat Hasan terbangun dari tidurnya.
"Ayo cepet turun,Nak.Jangan lupa adikmu di ajak"
"Nggih,Ummi"
Saat menuruni mobil,tidak sedikit santri yang menjadikannya pusat perhatian terlebih pada Hasan-yang memang memiliki wajah yang tampan,yang berjalan di belakangnya .
Langkah kakinya perlahan memasuki rumah berlantai dua yang dulu tidak pernah absen dari list tempat bermainnya tiga belas tahun lalu.
"Assalamu'alaikum"
Serempak,seluruh orang di dalam ruangan menatapnya.Hasan yang berjalan di belakang nya menerobos masuk terlebih dahulu dan langsung menyalami punggung tangan setiap orang yang ada di sana.
"Aina?"Ummi Aisyah-Istri pengasuh pesantren Al-Multazam yang dikenal sebagai Abah Bilal,Memeluknya erat.
"Akhirnya kamu kesini lagi.Tega banget Abimu mengirim anakku jauh banget dan lama"Semua orang tertawa menanggapi perkataan Ummi Aisyah yang seperti orang merajuk.
"Kalo Aina nggak Aku kirim jauh-jauh dari sini ,Dia mungkin akan lupa sama Orangtuanya sendiri dan rumah aslinya"
"Abi berlebihan,"Katanya sangat lirih hingga tak ada satupun orang yang mendengarnya.
Percakapan hangat kedua keluarga itu membuat Aina memutuskan untuk berkeliling pesantren yang sepertinya memiliki banyak perubahan.
"Permisi,Mba?"Sapanya pada seorang santri yang memejamkan mata melantunkan setiap ayat dengan merdu.
"Ganggu nggak,mba?"
"Nggak,kok.Baru daftar ya?"
"Iya.Boleh nggak Aku kenalan sama sampean,mba?"
"Boleh-boleh,"
Perkenalannya dengan salah seorang santri bernama Shafia Almahira begitu menyenangkan karena keramahan dan kesantunan Shafia.
"...,Mau keliling pesantren?"
"Boleh,mba"
Aina memang memutuskan menyembunyikan identitasnya sebagai kerabat dekat sang pengasuh karena tidak ingin di istimewakan seperti di pesantrennya yang dulu .
"Ngomong-ngomong,masuk kamu masuk kamar mana?"
"Belum tau,mba.Soalnya orangtuaku masih di ndalem kyai"
"Kalo gitu masuk kamar Khadijah aja.kamarku,disana cuman ada tiga orang"
"Memangnya yang lain nggak papa mba?"
"Nggak papa.justru kita seneng ada yang masuk ke kamar itu lagi.Kamar kita itu sepi banget.Pengasuh kita terlalu baik jadi hampir setiap tahun di bangun komplek baru"
Mereka menulusuri setiap jengkal pesantren bersama.membuat ingatan kembali membawanya pada masa kecilnya bersama Gus Ghilman Syarif Azizi (Azizi)
"Aina,Kok ngelamun?"
"Nggak,mba"
"Capek ya? Ya sudah ayo tak anterin ke ndalem.habis itu kamu bisa langsung ke kamar kita.ya?"
"Iya mba.Matur suwun"

dia pilihan-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang