Bad day?

44 4 0
                                    


Sudah lewat satu tahun setelah kejadian dimana Luna memutuskan untuk tidak bersama Bintang lagi, kini gadis itu sudah memasuki bangku perkuliahan. Menjadi mahasiswa baru membuat Luna mulai disibukkan dengan hal-hal yang baru, bahkan ada beberapa hal belum pernah Luna alami sebelumnya. Banyak hal yang dilewati, banyak orang yang datang dan pergi, dan banyak hal baru yang Luna temukan sampai ia ada di titik seperti sekarang.

Kali ini Luna sedang duduk santai di sebuah coffee shop sembari tangannya sibuk menari-nari di atas keyboard laptop nya, menyusun kata demi kata yang entah tujuannya untuk apa. Mungkin sudah menjadi kebiasaan Luna yang selalu mencurahkan isi hatinya kedalam sebuah tulisan.

"Lo apa kabar? mungkin itu saja yang ingin gua sampaikan jika waktu masih memberi kesempatan untuk mempertemukan kita. Gua yakin sejauh apapun gua dan lo sekarang kita pasti pernah memikirkan satu sama lain, bagaimanapun sebelum sejauh ini kita pernah saling tolong menolong, saling mendengarkan, saling butuh. Dan walaupun gua sedih, gua gabisa menutup mata banyak senengnya juga ko saat bersama lo. Gua pernah hampir putus asa, menarik ulur antara bantin dan ego yang bikin gua begitu lelah. Dan hari ini, gua akan membayangkan lo ada di depan gua dan menyapa lagi, apa kabar? bagaimana dengan hidup akhir-akhir ini? apa mereka lebih baik dengan lo? atau mungkin lebih gila? kemarin kita masih saling tertawa dan menyapa, sekarang? untuk mulai menyapa lagi ngerasa berat kaya ngelakuin dosa. Sampai sekarang lo masih jadi history yang paling menyenangkan saat gua kenang. Bukan hal mudah bagi gua saat menerima fakta yang nyatanya sekarang kita udah jalan sendiri-sendiri, awalnya mungkin rasa sakit dan marah itu masih mendominasi jadi rasanya gak sakit sama sekali, namun hari ini membuat gua merenung bahwa waktu adalah sesuatu hal yang memang tidak bisa kita beli. Untuk lo, gua harap lo lebih bahagia lagi ya? begitupun dengan gua, mari berbahagia dengan jalan kita masing-masing."

Terlebih itulah yang Luna tuliskan sedari tadi. Setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya, Luna mematikan laptopnya kemudian menghembuskan nafas berat sambil tersenyum. Ternyata melepaskan dan mengikhlaskan tidak seburuk itu, meskipun berkali-kali Luna hampir gagal dan ingin kembali tapi ia sadar bahwa kaca yang hancur tidak akan sempurna untuk kembali disusun ulang.

Luna mengemas barang-barangnya bergegas untuk pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 sudah lumayan sore, Luna membuka aplikasi ojek online untuk pulang. Tak lama ojek yang Luna pesan pun datang, dan Luna langsung saja pulang.

"Neng Luna ya?" ucap tukang ojek itu memastikan takut-takut ia salah orang.

"Iya pak, ayo berangkat!" ucap Luna sambil menunjukkan senyum ramahnya.

"Helm nya neng!" bapak-bapak tukang ojek itu menyodorkan helm untuk Luna pakai, Luna mengangguk dan segera memakainya.

Membelah jalanan kota Bandung, Luna memejamkan matanya sekejap menikmati hembusan angin sore dihiasi suara-suara berisiknya kendaraan membuat Luna merasa nyaman. Bandung dengan segala cerita di dalamnya, Luna menyukai kota itu. Selain tempat dimana ia dilahirkan Bandung merupakan kota yang nyaman untuknya.

Namun tiba-tiba motor yang Luna tumpangi berhenti. Luna sontak terheran-heran mengapa bapak ojek itu tiba-tiba menghentikan motornya. Lantas ia bertanya "Kenapa berhenti pak"

"Aduh maaf neng, kayaknya motornya mogok" ucap si bapak tukang ojek itu sambil terus berusaha menyalakan motonya namun ternyata nihil.

"Yaah, gimana dong pak?" tidak beruntung sekali hari ini ada-ada saja, ucap Luna dalam hatinya.

"Gimana ya neng? ini gabisa nyala, kalo dibenerin juga pasti lama. Neng mending pesen ojek lagi aja ya? maaf banget neng, saya gatau motornya bakal mogok" ucap bapak itu merasa tidak enak.

"Yasudah pak gapapa, makasi ya? bapak gak apa-apa saya tinggal? nanti pulangnya gimana" ucap Luna mengiyakan, lagian mau gimana lagi? nunggu bapaknya selesai benerin motornya juga pasti bakalan lama.

"Gak apa-apa atuh neng, nanti saya minta jemput temen saya. Neng sok pesen lagi sekarang kasian nanti keburu sore"

"Yasudah makasih ya pak, saya duluan!"

Setelah itu Luna berjalan ke arah halte berniat untuk memesan lagi ojek online disana. Untung tempatnya berhenti tadi bersebrangan dengan halte, jadi Luna tidak kebingungan untuk menunggu dimana nantinya. Namun, saat Luna ingin menyebrang jalan menuju halte terlihat seseorang dengan motornya yang melaju cepat hampir saja menabrak Luna.

"WOYY! BAWA MOTOR YANG BENER DONG!" umpat Luna merasa kesal, bagaimana tidak? ia hampir saja tertabrak oleh orang itu. Untung saja tidak, bagaimana jika ia tertabrak beneran?

Motor itu berhenti lalu memutar arah menghampiri Luna. Seorang lelaki berperawakan tinggi dengan helm fullface nya terlihat sangat menawan, namun tetap saja tidak mengalihkan perhatian Luna, ia tetap merasa kesal pada orang itu. Laki-laki itu membuka helm nya lalu terpaku sebentar menatap Luna, tatapan yang sulit Luna artikan.

"Heh! malah bengong lo! bawa motor tuh ati-ati! kalo tadi gua ketabrak lo mau tanggung jawab?" Luna terus saja misuh-misuh karena kesal, meskipun tidak tertabrak tetap saja Luna kaget.

"Sorry, gua buru-buru. Tapi lo gak kenapa-kenapa kan?"

"Menurut lo?"

Luna memasang wajah kesal, sangat terlihat jelas bahwa ia jengkel pada laki-laki itu. Rasa-rasanya hari ini Luna sangat apes, mulai dari tukang ojek yang mogok, dan sekarang hampir tertabrak, belum lagi suasana hatinya yang sedang tidak baik.

Laki-laki itu merogoh saku celananya mengeluarkan dompet lalu mengambil beberapa lembar uang berwarna merah kemudian menyodorkannya ke arah Luna.

"Nih, buat lo berobat kalo kenapa-kenapa"

Alih-alih menerima uang tersebut luna hanya tersenyum meremehkan. Bisa-bisanya laki-laki dihadapannya ini malah memberinya uang? dalam hatinya Luna menggerutu "emang gua cewe apaan?" Luna tidak habis pikir jaman sekarang orang-orang menyelesaikan masalah dengan uang.

"Gua gak perlu uang lo!"

Sudah merasa sangat kesal, rasanya Luna tidak bisa berlama-lama lagi ada disana bersama laki-laki sombong itu, ia memilih pergi meninggalkan laki-laki itu dengan perasaan yang masih kesal. Bagaimana tidak? ia hampir saja tertabrak dan laki-laki itu malah menawarkan uang sebagai permintaan maaf. Memangnya semua hal bisa diselesaikan dengan uang? mungkin bagi sebagian orang bisa, tapi bagi Luna? hal itu seperti lelucon.

Laki-laki itu masih terpaku sambil menatap punggung Luna yang perlahan menjauh. Lalu menatap uang yang ada di tangannya dan tersenyum simpul. Hari gini masih ada orang yang menolak uang? begitulah kira-kira yang terbesit dalam otaknya sekarang. Namun, tanpa disadari ekspresi Luna yang sedang marah-marah tadi muncul di pikirannya, terlihat gadis itu sangat kesal dan tidak henti-hentinya mengeluarkan sumpah-serapahnya padanya.

"Lucu" ucap laki-laki itu sambil tersenyum membayangkan ekspresi kesal Luna.

Setelahnya ia kembali memakai helm dan mengendarai motor sport nya membelah jalanan kota Bandung yang ramai. Sedangkan Luna? dengan perasaan kesalnya gadis itu kembali memesan ojek online untuk segera pulang.

ALTALUNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang