Chapter 1

38 1 0
                                    

Apa arti masa SMA bagimu?.

Mungkin kebanyakan orang akan menjawab masa SMA adalah masa-masa yang menyenangkan penuh suka cita, penuh petualangan, dimana ada pertemanan, cinta dan mimpi didalamnya.

Tapi bagi Dio masa SMA itu seperti neraka.

Masa SMA adalah masa-masa yang menakutkan. Lebih menakutkan dari film horor maupun thriller.

Mengapa?.

Karena ia sering jadi bahan bully teman-teman sekelasnya. Ia diremehkan, dicaci, disiksa dan jadi bahan tertawaan mereka. Dio ingin sekali berhenti sekolah karena tak tahan terus menerus dibully. Ia ingin melawan, namun sayangnya setiap kali ia ingin berontak, tiba-tiba detak jantungnya berdetak keras, tubuhnya gemetar dan perlahan keberaniaannya menguap begitu saja. Rasanya ia ingin mati saja, jika tuhan mengabulkannya.

Bagi Dio, sekolah bukanlah tempat yang nyaman. Ketika jam-jam pelajaran kosong atau istirahat adalah momen yang paling ditakutinya, karena saat itulah Kevin dan gengnya seringkali menyerangnya. Mereka, seperti serigala lapar yang selalu siap untuk memburu mangsa mereka.

Seperti hari ini, suasana kelas terasa hening, hanya terdengar bisikan angin lembut yang masuk melalui jendela terbuka. Tapi ketenangan itu hanya tampak di permukaan. Dio tahu bahwa setiap saat, suasana ini bisa berubah menjadi badai ketika Kevin dan gengnya memutuskan untuk bertindak.

Ketika jam pelajaran Bahasa Inggris kosong, suasana kelas semakin tegang. Aturan sekolah menyatakan bahwa selama jam istirahat, semua siswa harus tetap berada di dalam kelas dan membaca buku. Namun, tak ada yang mematuhi aturan itu sepenuhnya. Beberapa siswa lebih memilih untuk berisik, bermain, atau bahkan tidur, menciptakan kekacauan yang biasa terjadi saat jam kosong tiba.

Dio duduk di dalam kelas yang sepi, kursinya berada di sudut ruangan yang paling terpencil. Sinar mentari menyinari kelas dengan lembut melalui jendela berdebu, menciptakan permainan cahaya di lantai. Namun, meskipun sinar matahari mencoba memberikan kehangatan, suasana di dalam kelas terasa dingin. Dio menggenggam buku pelajaran Bahasa Inggrisnya erat-erat, berusaha menembus jauh dalam materi tersebut untuk melupakan kenyataan yang pahit.

Dio terus menerus menggenggam bukunya, mencoba tenggelam dalam kata-kata yang ada di halaman-halamannya. Dia mencoba mengabaikan suasana di sekelilingnya, tetapi dia tahu bahwa Kevin dan gengnya selalu mencari kesempatan untuk mengganggunya.

Kevin, yang menjadi pemimpin gengnya, dan teman-temannya, saling bertukar pandang dengan senyum jahat. Mereka tahu bahwa saat seperti ini adalah waktu yang sempurna untuk bermain-main dengan mainannya.

Kevin melepas sepatunya dengan cepat menuju bangku Dio, perasaan Dio terasa campur aduk. Kedatangan Kevin selalu membawa ancaman, dan Dio tahu bahwa dia harus waspada.

Dio duduk dengan tegang ketika Kevin mendekatinya dengan langkah yang pasti. Tiba-tiba, Dio merasa pukulan keras yang membuat pipinya terasa panas dan pedih.

"Ouch!" jerit Dio, memegang pipinya yang merah dan berdenyut. Dia menatap Kevin dengan pandangan tidak mengerti, mencari alasan di balik tindakan kejam tersebut.

"Hahaha..." gelak tawa Kevin dan gengnya mengisi ruangan. Suasana kelas terasa beku, seisi kelas yang melihatnya hanya kaget tanpa bisa melakukan apa-apa dan cenderung tidak peduli padanya.

Sebagian dari mereka memang benar-benar tidak peduli karena Dio hanyalah anak miskin, kutu buku, dan anti sosial dan sebagian laginya takut akan kekuasaan Kevin dan kawan-kawannya karena mereka merupakan anak orang berpengaruh dan berkuasa disekolah ini dan mereka tahu betul bahwa jika mereka memutuskan untuk ikut campur dalam urusan Kevin dan gengnya hanya akan memperburuk situasi.

Harmony in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang