Chapter 2

23 0 0
                                    

Dio melangkah pulang dengan hati yang hancur, tubuh yang lelah, dan pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Dengan langkah lesu, Dio memutuskan untuk beristirahat sejenak di depan minimarket terdekat. Suasana di sana terasa lebih tenang dan damai, seolah-olah dunia luar hanya tinggal di balik pintu minimarket. Dio duduk di kursi dekat pintu keluar minimarket, mencoba menghilangkan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang melanda tubuhnya. Hidupnya yang keras dan penuh penderitaan selalu terasa seperti badai yang tak pernah berhenti.

Di dalam minimarket yang tenang, Dio duduk sendirian, merenungkan kehidupannya yang sulit. Dalam ketenangan itu, ia merenungkan betapa sulitnya menjalani hari-hari sekolah yang penuh dengan pelecehan dan perlakuan tidak adil dari Kevin dan gengnya. Hidupnya selalu terasa seperti badai yang tak pernah berhenti.

Dio merasa sepi, tetapi juga menemukan kenyamanan dalam ketenangan itu. Ia mendengarkan pelan-pelan suara langkah orang-orang yang berlalu di depan minimarket, sementara sinar matahari masih menghangatkan dunia di luar.

Namun, ketenangan itu tiba-tiba terpecah oleh pemandangan di luar jendela minimarket. Dio melihat seorang gadis berjalan dengan tenang, rambut panjangnya berkibar lembut ditiup angin. Wajahnya tersembunyi di balik masker yang ia kenakan, tetapi Dio bisa melihat ekspresi kalmannya.

Gadis itu tampak seolah-olah tidak terpengaruh oleh hiruk-pikuk di sekitarnya. Dia sibuk dengan ponselnya, sepertinya terlalu asik untuk memperhatikan apa pun di sekitarnya. Dio tiba-tiba merasa penasaran tentang gadis ini, tentang dunianya yang mungkin sangat berbeda dari dunianya sendiri yang penuh penderitaan.

Tetapi tiba-tiba, Dio melihat sebuah mobil yang mendekati gadis itu dengan kecepatan tinggi. Mobil itu datang dari samping kiri gadis itu dan tampaknya tidak akan bisa berhenti tepat waktu. Insting Dio langsung bergerak.

Tanpa berpikir panjang, Dio melompat dari kursinya, meninggalkan tempatnya, dan berlari keluar minimarket. Tubuhnya yang lemah ia paksa untuk berdiri, dan dia berusaha dengan segala kekuatannya untuk mencapai gadis itu sebelum terlambat.

Ketika waktu tampaknya berhenti, Dio mencapai gadis itu dalam detik terakhir. Dia menggandeng lengan gadis itu dengan satu dorongan, mereka berhasil menjauh dari lajur mobil yang berbahaya. Mobil itu melewatinya dengan kencang, dengan suara klakson yang membahayakan.

Tubuh Dio dan gadis itu tersungkur ke aspal, dan Dio merasa rasa sakit di sekujur tubuhnya.Mereka berdua jatuh tertidur di sisi jalan dengan nafas terengah-engah.

Gadis yang hampir menjadi korban kecelakaan itu akhirnya sadar dari keadaan gemetar. Ia melihat sosok Dio yang tergeletak di bawahnya, luka-luka di sekujur tubuhnya.

Gadis itu, merasa bersalah karena orang yang telah menyelamatkannya harus menderita akibat perbuatannya. Gadis itu bangkit dan dengan panik memeriksa Dio.

Gadis itu, yang wajahnya tertutup masker, tampak sangat terkejut. Dia menatap Dio dengan mata yang penuh terima kasih.Terlepas dari kejadian yang hampir fatal itu, Dio masih berdebar-debar dan cemas. "Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Dio dengan suara yang gemetar.

Gadis itu mengangguk, rambut panjangnya bergerak lembut . "Ya, aku baik-baik saja. Terima kasih karena sudah menolongku tadi. Aku hampir saja..."

Tidak ada waktu untuk mendengarkan akhir kalimatnya. Dio tiba-tiba merasa sangat lemah, tubuhnya terasa lebam. Dia berusaha untuk tetap sadar, tetapi akhirnya tubuhnya menyerah. Dio jatuh pingsan di samping gadis itu.

Gadis itu merasa panik ketika melihat bahwa Dio tak sadarkan diri dan mungkin terluka parah, gadis itu merasa sangat khawatir, tidak tahu harus berbuat apa. Dia melihat ke sekitarnya, mencari pertolongan. Di sekitar mereka, beberapa orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, bahkan tidak menyadari kejadian yang hampir saja mengakibatkan kecelakaan serius.

Harmony in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang