BAB 1 - Keluarga Mafia?

6.6K 184 1
                                    

Tok tok tok...

Cklekk....

Sebuah pintu terbuka dengan perlahan.

Terlihat, wanita cantik, berpostur tinggi memasuki sebuah ruangan yang terdapat seseorang yang sedang tertidur pulas—membelakangi dirinya.

Kemudiann....

"Hmm... Iya, iya, aku bangun kok, Mah!" Seseorang itu terusik, mencoba membuka matanya.

"Buruan!" Ia berkata dengan singkat dan datar, lalu ia keluar, kembali turun.

Ketika selesai mengumpulkan nyawa, seseorang yang tertidur tadi, turun dengan jalan yang agak terhuyung.

Saat menuruni tangga, ia merasakan kegelapan dan rasa dingin yang menusuk kulit telanjangnya.

Ia sampai di ruang makan. Terlihat, satu orang yang paling menonjol—duduk di ujung tengah meja panjang seraya menyalakan lilin menggunakan korek kayu. Cahaya kekuningan mewarnai wajahnya dengan samar.

Di atas meja, banyak kepala yang bertumpuk dengan rapih. Di dinding, banyak kepala binatang buruan yang dipajang dengan apik. Tatapan matanya seolah mengintai—mengikuti pergerakan orang-orang di sana.

Dentuman petir terus bersahutan dengan cempreng. Kesunyian yang mendalam ini sungguh mencekam di antara ketiga orang ini.

Kemudian, seseorang bersuara.

"Kamu, duduk. Makan," titah seseorang yang duduk di ujung—bagai seorang raja yang duduk di singgasana.

"I...Iya, Pah." Sang empu berjalan dengan ragu. Menarik kursi, lalu duduk di samping orang tersebut.

Kemudian, dari arah belakang berjalan seorang yang di panggil Mah mengitari meja, mengarah ke bangku yang ada di seberangnya.

"Adel sayang, makan yang banyak, ya." Sang Mamah tersenyum, menyodorkan sebilah pisau yang memantulkan cahaya lilin.

Dan kemudian...














"STOOOPPP!!"

"Eh, ayam, ayam!"

"Ini kenapa suasananya jadi suram begini, sih?!" Adel menatap kedua orang itu dengan heran. Gebrakan meja tadi, membuat kedua orang tua itu mengelus dada, kaget.

"Ini juga." Ia beralih, menatap sang Papah. "Kenapa peke lilin segala, sih?!" Sang Papah cengengesan, menggaruk kepalanya.

"Hehe, lampunya rusak." Adel memutar bola matanya, malas. Lalu ia beralih ke seseorang di sampingnya.

"Mamah juga! Mamah kenapa? Sakit?" tanyanya.

"Hu'um.... Gigi mamah sakit, huhu." Mamah mengangguk. Memegang pipinya yang terasa sakit.

"Bentar, Adel cariin obatnya dulu!"

Adel mengambil obat di lantai dua.

Setelah beberapa menit, ia datang, membawa obat sakit gigi yang terletak di kotak p3k keluarganya.

"Nih, Mah..." Adel memberikan obatnya ke Mamahnya. "Makan dulu, baru diminum obatnya!" Mamah mengangguk, menerimanya.

"Hehe, terima kasih Adel sayang." Senyuman itu sungguh manis—membuat siapapun diabetes saat melihatnya—untung, tertutupi oleh gelapnya ruangan.

"Sekarang Papah!" Aktivitas sang Papah terhenti. "Kenapa lampunya gak dibenerin!?" tanya sang anak yang sudah menyilangkan tangan di dada.

"Hehe, Papah lagi gak mood, sayang." Ia menggaruk tengkuknya, cengengesan.

Mafia Gaje 『GxG』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang