"oke, kalau begitu malam ini kamu sudah mulai bekerja" ucap pemilik bar ini kepada Lisa.
"Terimakasih" jawab Lisa mengambil berkas berkas yang dibawanya tadi diatas meja. ia pun berdiri setelah itu pamit untuk keluar ruangan.
Lisa menutup pintu ruangan itu dengan perlahan "huftttt" hembusnya saat sudah dijalan akan keluar dari club ini. Tidak habis pikir kenapa banyak sekali yang menyukai tempat suram dengan lampu yang hanya menyala satu. Itupun kelap kelip dan berwarna pula.
Sudahlah, mungkin ia perlahan akan menerima nya saat sudah bekerja disini mulai nanti malam.
Mungkin menerima.
Bukan berarti menyukai. Camkan itu.
Bruk
"Awsss" sakit Lisa saat jidatnya terbentur sesuatu yang sangat keras. Mata tajam nya langsung melihat orang didepannya dengan tatapan setajam pisau.
"Bisa berjalan pake mata?!" Tajam Lisa
Yang ditanya hanya menatap nya saja dari atas hingga bawah kemudian berlalu pergi tanpa sepatah kata apapun itu.
"Heeh! Dasar buta, minta maaf saja pun tidak" sarkas Lisa lagi yang tidak digubris sama sekali.
"Hhhhh, lihat saja nanti malam jika ia masih ada disini, akan ku balas dia. Haha, belum tau saja dia jika aku barista nya" ucap Lisa menatap punggung yang semakin menjauh itu hingga hilang di pintu masuk club yang gelap dan pengap itu.
Saat ini ia sudah diparkiran depan club yang isinya mobil mewah semua. Tidak ada motor sama sekali selain motor bututnya yang paling mencolok dan mungkin paling buruk diantara yang lain.
Lisa pun menaiki motor kesayangan nya itu. Dan keluar dari parkiran.
Diperjalanan ia berhenti untuk membeli nasi Padang buat ibu dan adiknya yang berada dirumah. Lisa merogoh tasnya dan menemukan satu lembar lima puluh ribuan yang terselip di dompet nya. Ini adalah uang terakhirnya. Semoga saja cukup untuk sampai ia gajian nanti.
Lisa masuk dan memesan dua bungkus nasi Padang. Setelah membayarnya ia keluar.
"Perkiraan gua gajian seminggu lagi. Karna akhir bulan. Semoga aja gua dapet walau seperempat. Setidaknya buat beli makan ada. Hufttt. Rumit jadi orang susah"
Lisa mengendarai motor nya membelah jalanan sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan agar mendapatkan penghasilan untuk makan ia dan keluarga nya. Sesekali ia juga bernyanyi.
"Apa gw ikut sampingan nyanyi dikafe kali yaa? Oke. Gua akan coba walau tau suara gua gak bagus bagus amat"
Sore itu Lisa sampai dirumah dan disambut oleh senyum adiknya yang berumur 14, Galileo Shahjan. Leo membuka pintu dan melebar kan matanya saat melihat kakaknya membawa kresek putih.
"Nihhh, nasi Padang. Bunda mana Le?" Tanya Lisa sambil menyerahkan plastik ditangannya kepada Leo. Lalu masuk setelah menutup pintu.
"Bunda lagi mandi tadi"
"Tunggu bunda makannya, Kaka mau mandi dulu"
"Iyaa"
Setelah mandi Lisa menuju ruang keluarga yang sudah ada bunda dan Leo yang membuka nasi Padang tadi.
"Lisa, ayo makan dulu" panggil bunda lembut.
"Iyaaa, ohh iya Bunda. Malam ini Lisa udah mulai kerja, tadi udah keterima dikantor swalayan gitu"
"Wahhhh, yang benar sayang? Bunda ikut senang semoga berkah ya nak" binar Dimata bunda tak bisa berbohong saat melihat anaknya sudah mendapat kerjaan.
'maaf bunda, Lisa berbohong' ucap Lisa dalam hati. Lisa sangat tidak suka sebenarnya membohongi bundanya. Tapi ia tak mau jika bundanya tau akan khawatir bahkan tidak memperbolehkan Lisa untuk bekerja.
Yang Lisa pikirkan adalah bagaimana ia bisa mendapat uang untuk menghidupi keluarga nya saat ini. Agar ibu dan adiknya tidak merasakan kelaparan.
Lisa yang dipeluk oleh bunda hanya membalasnya. Tanpa sadar air matanya jatuh setitik dan langsung ia hapus agar bubda nya tidak tahu.
Mereka pun makan bersama sama dengan nikmat sore itu. Karna malam nya Lisa sudah pamit akan bekerja.
°°°°
Haiii gaisss
Ketemu cerita ini di mana
Jangan lupa share yaaa
Vote and coment kalau suka
Salam kenal, follow akun aku juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baristaa
Randomaku Lalisa Shalvegasia. kisahku yang diceritakan ini bermula saat aku berumur 18 tahun. dibangku kuliah aku melakukan sesuatu yang akan mengubah jalan hidupku kedepannya. aku tidak banyak memberi sinopsis diceritaku. jangan anggap aku menyedihkan a...