Minggu Pagi yang Menyebalkan

91 7 0
                                    

[3/7]

But she wear short skirt, I wear T-shirt,
She's cheer captain, and I'm on the bleachers,
Dreaming about the day when you wake up,
And find what you're looking for has been here the whole time,
***

Hari ini adalah hari paling membetekan. Bagaimana tidak, Vero tiba-tiba datang kerumahku untuk mengajakku -atau lebih tepatnya memaksaku- ikut menonton tim basket sekolah bertanding dengan tim basket sekolah lain.

Alibi.

Vero nggak pernah perduli dengan pertandingan basket sekolah yang menurutnya payah itu. Karena salah satu kriteria masuk tim basket sekolah adalah harus ganteng. Minimal, enak diliatlah.

Bukan karena Vero nggak ganteng, Vero ganteng. Ganteng banget malah. Kadang-kadang aku juga suka nemenin Vero main basket di lapangan dekat rumah dan permainannya bagus. Atau bagus banget karena aku sendiri juga ngerti-ngerti amat. Plus, yang main Vero. Oke, lupakan.

Lagipula, bukannya Vero nggak dapet tawaran buat ikut gabung, semua tawaran itu malah sudah ditolaknya mentah-mentah.

Dia bilang, dia mau jadi musisi, bukan jadi atelit apalagi jadi bintang sekolah yang sok populer. Bukan juga bintang sinetron atau bintang film. Kalau bintang iklan, nggak tau deh.

Jadi, satu-satunya alasan Vero saat ini adalah ingin melihat Prissy. Prissy si pemandu sorak. Atau, ya, Prissy kekasihnya.

Sudah bisa dibayangkan pakaian jenis apa yang sedang melekat ditubuhnya sekarang. Yang jadi pertanyaannya, ngapain mesti ngajak-ngajak dirinya segala?

Tapi aku segera tau alasannya saat tiba-tiba Vero menghentikan motornya di depan sebuah toko pernak pernik cewek disalah satu pusat perbelanjaan di Jakarta yang lumayan lengkap dan bermerek.

"Bagusan tas atau sepatu nih, De?" tanya Vero untuk yang kesekian kalinya.

"Verooo, ya ampuun," ucapku geregetan, "Kita udah hampir sejam di sini. Bosen tau. Kalo emang dua-duanya bagus yaudah beli aja dua-duanya," lanjutku lagi bête seraya melipat kedua tanganku di depan dada.

"Oke deh, bentar ya, gue bayar ini dulu. Abis itu gue traktir lo makan deh sebelum pergi ke stadion," ucap Vero dengan senyum manisnya yang bisa meluluhkan hati siapa pun. Especially me.

Vero berdiri dihadapanku dengan pandangan yang seperti menelitiku dari atas sampai bawah, membuatku jengah, "Lo yakin mau pergi ke stadion dengan pakaian lo yang kayak gini?" ucap Vero.

Ya, pakaian yang kayak gini, yang dimaksud Vero itu adalah celana batik gombrong yang sudah mengusam, dan kaus putih bertuliskan “I Love Bali” yang sudah tipis dan lentur seperti lap dapur ditambah jaket jeans yang sempat kusambar di detik-detik terakhir Vero menyeretku keluar, tapi nampaknya itu juga tidak membantu sama sekali.

"Ya, biar semua orang tau. Kalo lo gue masih sangat amat butuh tidur!" sahutku sambil mencak-mencak pada Vero.

"Yah, De, jangan ngambek dong. Eh, nyokap gue abis pulang dari lombok, kayaknya dia beli kaus banyak deh. Ntar gue bagi deh satu buat lo. Tapi, lo harus mau temenin gue dulu ya ke stadion. Pleaseeee,"

Aku menghela napas lagi, dan perjalanan menuju stadion pun dimulai.

If you could see that,
I'm the one who understand you,
Been here all along so why can't you see,
You belong with me,

***

You Belong With Me [7/7]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang