Esok-nya, rasanya Jati tak punya muka saat bertemu dengan Gema. Mengingat perlakuan nya kepada laki laki itu yang selalu menunjukan penolakan.
Rani merasa aneh dengan sikap temannya yang tak biasa itu. Gadis itu seperti orang stres, geleng geleng kepala sendiri, memukul kepalanya sendiri, kadang mendesah sembari menyembunyikan kepalanya di bawah tas.
"Jati, kamu kenapa? Aku liat kamu kaya orang stres beneran." Rani bertanya, matanya memandang heran ke arah temannya itu.
"Hehe, engga kok. Aku sehat." Jati menunjukan deretan giginya.
Bohong, sebenarnya ciuman kemarin berefek besar untuk kewarasannya. Laki laki itu benar benar mengacaukan nya. Harusnya kemarin Jati langsung menampar wajah Gema, tak usah menerima ciuman itu.
"A-hhh.." Gadis itu mendesah, lalu menelungkupkan kepalanya kedalam lipatan tangannya.
"Tuh, tuh kan aneh. Please deh kamu kenapa." Jati bimbang apakah ia harus menceritakannya kepada Rani? Atau tidak. Jika ia ceritakan, pasti gadis itu akan heboh. Dan jika tidak, maka temannya itu akan selalu bertanya tanpa lelah.
Jati akhirnya menceritakannya kepada Rani, dengan hati hati tentunya.
"Hah? Beneran? Bejir bibir kamu udah ngga perawan dong." Rani terkejut hingga suara yang di keluarkannya sangat keras, membuat atensi murid murid di kelasnya memandang mereka.
Jati meringis meminta maaf, lalu segera menggeplak kepala Rani dengan keras. Rani mengaduh. Mulut temannya benar benar tak bisa di kendalikan. Selalu saja seperti toa, sangat berisik.
"Jangan keras keras, bodoh." Jati mendelik kesal.
"Ya aku kan kaget." Jati menunjukan raut wajah bersalahnya.
"Halo, my princess." Suara itu datang dari Kevin, teman mereka yang sudah lama diketahui naksir Jati. Laki laki itu merangkul bahu Jati.
"Ngapain kamu disini? Kelas kamu kan ada di sebelah." Rani berseru sinis, matanya merasa terganggu dengan kehadiran Kevin.
"Ya, serah gua lah. Orang gua mau ketemu bebeb gua. Yakan beb?" Matanya beralih memandang Jati.
"Engga, sana pergi kamu." Jati mengusir Kevin dengan kasar. Meskipun sering mendapat kata kata pedas dari Jati, Kevin tak pernah menyerah untuk mendekati gadis itu.
"Mampus, sana hus hus. Habitat kamu bukan disini." Rani menunjukan gesture mengusir, rasanya sangat mual melihat wajah Kevin.
Jika di ingat ingat rasa bencinya kepada laki laki itu dimulai saat mereka MOS di awal masuk sekolah ini.
Saat itu kakak pembina menyuruh murid murid baru untuk membawa gelas kaca. Entah apa yang akan mereka lakukan. Nah, Kevin yang memang dari dulu terkenal sifat nya yang usil dan nakal dengan sengaja menendang gelas kaca Rani yang berada di lantai, gelas kaca itu pecah berserakan. Membuat Rani harus mendapatkan hukuman saat MOS."Bacot lu, monyet." Kevin mendelik.
"Kamu dibilangin malah nyolot, babu mending patuh sama majikannya." Rani berdiri dari duduknya.
"Sejak kapan lu jadi majikan gua." Rani yang hendak membuka mulut terhenti ketika mendengar suara tidak mengenakan dari Jati.
"Udah deh Vin, mending kamu balik aja." Jati sekarang benar benar tak mood untuk menghadapi Kevin. Pikirannya benar benar sedang kacau sekarang.
Ya, lagipula siapa yang tidak kepikiran saat ciuman pertamanya baru hilang kemarin. Di ambil oleh Gema, teman kakaknya. Laki laki yang bahkan tidak ada hubungan sama sekali dengannya.
Meskipun tak rela, tak ayal laki laki itu menuruti ucapan Jati untuk pergi. Meskipun hatinya sedikit dongkol karena Rani. Gadis berisik yang selalu mengelilingi Jati, gebetannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HAGEMA
Teen Fiction[Don't copy my story] Menurut Jati, Gema adalah lelaki aneh yang tiba tiba mendekatinya, laki laki yang selalu tersenyum meskipun mendapatkan penolakan dari gadis itu. Sedangkan menurut Gema, Jati adalah perempuan paling cantik yang pernah ia lihat...