Two.

155 17 12
                                    

Aku bergegas bangkit dan mengambil semua barang ku yang tercecer. Walaupun sudah dalam keadaan yang terpepet, aku tidak boleh meninggalkan jejak sedikit pun. Dalam hati aku memuji diri ku sendiri karena sudah cukup pintar untuk memasang kamera itu di dekat pintu, memudahkan akses ku untuk keluar. Aku buru buru keluar sebelum sosok itu dapat melihat ku dan mengenali ku.

Tepat setelah aku berhasil menapakkan kaki ku di luar ruang ganti, kurasa orang itu -yang aku tidak tau pasti siapa- sudah menangkap sosok ku.

"What are you doing here, Evelyn Fross?"

Harry.

Aku menambah kecepatan berlari ku ke luar dan menggeret Liam untuk segera pergi menjauh dari sana. Aku buru buru menuju tempat parkir dan masuk ke tempat duduk pengemudi. Liam tanpa banyak omong mengikuti ku duduk di kursi penumpang depan.

Aku menghela napas dalam dalam, berusaha menetralkan adrenalin ku yang baru saja berpacu. Satu kali hembusan napas tidak cukup untuk menenangkan degup jantung ku yang rasa nya hampir copot. Aku meneguk air mineral yang memang selalu tersedia di mobil ku dengan cepat, dan akhir nya aku bisa bernapas sedikit lega.

"I told you right; this is a bit too risky" Kata Liam, napas nya juga belum teratur karena dia juga berlari tanpa persiapan.

"Yes, but I didn't think I would get caught-" aku memberikan minum ku ke Liam, memberikan nya kesempatan untuk mengatur napas nya. "-by Harry Styles"

Aku menyalakan mesin mobil ku dan Liam langsung tersedak saat aku menyebutkan nama itu. "What the hell." Aku mulai menyetir keluar dari gerbang sekolah.

"Calm down, Liam. At least, he only saw me. So, you're not going to get in trouble with him" kata ku sambil tetap fokus menyetir menuju rumah Liam. Aku mengeluarkan handphone ku dan memberikan nya pada Liam. "Please, open the application and see what's going on when I was 'nearly' got caught. And see if Harry found out about the gum"

"Okay" kata Liam dan melakukan apa yang kukatakan. Aku tidak bisa melihat apa yang terjadi saat itu karena aku fokus menyetir.

"So, what?" Liam fokus mengawasi gerak gerik Harry dari handphone ku.

"He didn't really see your face, but he did realize it was you. We had a class together today so obviously he knows it was you by your outfit. And no, he didn't find out about the gum" Aku bernapas lega. Meskipun Harry akan tau kalau aku adalah otak dari keanehan yang akan terjadi besok, setidak nya dia tidak menggagalkan rencana ku.

"What is he doing, now?"

"Nothing, you are all safe." Sekali lagi aku menghembuskan napas lega. Ini tentu bukan pertama kalinya aku hampir tertangkap. Bahkan, aku pernah tertangkap beberapa kali -di rencana yang lebih besar dari sekedar menempelkan permen karet di loker pemain football. Aku hanya overreacting, sungguh.

"What the heck was he even doing at the changing room? He's not even in the football team." Yes. Kalau dia tidak muncul secara tiba tiba dari ruang ganti itu, rencana ku akan berjalan mulus.

"I don't know. But it fully makes sense because he's friend with almost the entire team" kata Liam sambil mengangkat pundak nya. "And he hangs out with them" Aku mengangguk. Teori Liam benar benar masuk akal. "Do you still want to go to the match tomorrow?"

"Yes, of course. It would still be fun, tho"

"See you tomorrow. Don't forget ask Jess, too"

Aku memberhentikan mobil ku di depan rumah Liam. Dia turun dari mobilku. "Do you want to come and have a drink?"

"No, thank you. See you tomorrow"

Aku melanjutkan perjalanan, menyusuri jalan menuju rumah ku. Aku sengaja membuka jendela mobil, karena udara nya cukup dingin untuk aku tidak menyalakan AC, dan belum terlalu dingin untuk aku menyalakan pemanas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

5.00 am (h.s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang