barudak ngampus

104 8 0
                                    

S

"Ce, lo cape gasi?" Yamato mengusap wajahnya

"Kalo gua bilang engga, lo bakal gimana?" Jawab Ace mantab tanpa mengalihkan fokusnya

"Sumpah, bangsat, bangsat, bangsatt banget gue nemuin orang modelan sampah masyarakat kayak lo." Umpat Law di sela-sela pembicaraan mereka

"Apa sih, bang? Salah gua dimana?" -Ace

Ace kembali menyedot minuman di meja nya, dilanjutkan dengan helaan nafas dari Law.

"Dia adek lo sendiri loh?" Lanjut Law menatap tidak percaya pada adik tingkat nya ini.

"Ya mang napa dah bang, kalo gua bilang suka. Perasaan juga ga bakal bisa disalahin." Ace memoyongkan bibirnya.

"Lagian siapa coba yang ga bakal naksir ama kegantengan gua yang sangat amat melimpah ini?" Ucapnya dengan percaya diri.

"Ternyata ada ya, orang se-pd ini." Yamato menahan muntahnya. Jujur saja geli mendengar ucapan Ace, Pundaknya bergidik ngeri.

Sabo berjalan di koridor kampusnya, alih-alih mencari seseorang. Ia sekarang malah fokus kepada dua secarik kertas di tangan kanan dan kiri-nya.

Sebagai dekan sekaligus salah satu anggota pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa, tentu saja mampu membuat Sabo cukup terkenal.

Beberapa adik tingkat, kakak tingkat serta teman-nya bergantian menyapa Sabo.

"Aaaa kak sabo, lihat aku kak."

"Sumpah kak, anu ku butuh di anu kakak aw.. Aku kuliah disini demi lihat kakak"

"Kamu adek tingkatku, tapi ganteng banget. Btw 08 berapa Sab?"

Sabo hanya tersenyum canggung mendengar teriakan wanita dan pria dalam kampus itu.

"Yo Sab"

"Ee.. Selamat siang, Kid." Sabo menghentikan langkah ketika melihat Kid and The GANG di hadapannya.

Tatapan Sabo berubah menjadi tatapan tidak nyaman dengan orang di depannya.

Tidak, Sabo bukan predikat orang yang menilai secara fisik. . Lagipula dia sudah kenal lama dengan Kid. Tetapi jika boleh jujur, tampang teman seangkatannya ini sedikit cabul.

Sabo menghela nafas berat..

"Apaan tuh Sab di tangan lo? Alah daripada ngurusin itu mending main sama gua. Coba lah Sab. Hidup ini gausah dibawa serius-serius banget" Kid menggigit sebuah barang dewasa di giginya. Barang yang berbentuk seperti permen karet, Kid dengan sengaja memperlihatkan itu kepada Sabo

"Ga, makasih. Gabutuh" Sabo mendorong dada bidang Kid dari sana dan menerobos melewati sekelompok geng Kid.

"Sabo, lain hari gua masih nunggu loh. Semoga pikiran lu cepet berubah ya" Sebuah teriakan ketua geng mereka a.k.a eustaa kid dan di temani oleh tawa satu geng.

"Mereka adalah yang paling terburuk." Batin Sabo.

Sabo menggelengkan kepalanya, sial sekali, padahal ia sedang mencari orang lain malah bertemu orang cabul di perjalanan.

Dia kembali menatap dua secarik kertas, isinya hanya tentang studi kasus yang di laporkan oleh beberapa anggota.

Sabo mengangkat wajahnya ke atas untuk melihat nama ruangan, sepertinya tidak salah tempat. Ia ingin segera membuka pintu.

Lebih dalam. - SaboAce Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang