Pemuda berwajah tirus, bermata sipit, dan berambut hitam legam itu bernama Choi Yeonjun. Saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju rumahnya di kawasan padat penduduk Seongdong-Gu.
Penampilannya yang khas anak-anak skena penyuka band bergenre rock, membuat Yeonjun menjadi primadona kaum hawa di lingkungan rumahnya. Rata-rata penggemar Yeonjun adalah gadis-gadis belia hingga para tante-tante muda sosialita.
Yeonjun hanya tinggal bersama saudara tirinya, Choi Soobin. Anak dari ayah tiri Yeonjun yang minggat begitu saja meninggalkan ibunya setelah sebulan lamanya menikah. Usia Yeonjun dan saudara tirinya hanya selisih satu tahun saja.
Pria tidak tau diri itu meninggalkan anak kandungnya, Soobin. Dari sepucuk surat yang ibu temukan di pintu kulkas, pria itu mengatakan akan segera kembali dan mengadakan pesta besar seperti perayaan keluarga.
Namun, itu tidak pernah terjadi. Pria itu tidak pernah kembali dan malah memblokir rekening utama ibu Yeonjun, mengambil seluruh uangnya hingga hanya menyisakan 5 KRW. Bukankan ibu Yeonjun sebenarnya mengalami kasus penipuan?
Tapi ibu kandung Yeonjun berhati malaikat. Ia tetap mengurus Soobin penuh kasih sayang. Ia tidak membeda-bedakan antara anak kandung maupun anak tirinya. Bahkan sampai ajal menjemput, ibu Yeonjun tetap percaya suaminya akan kembali ke rumah.
Sebelum meninggal bahkan ibunya berpesan kepada Yeonjun untuk selalu menjaga Soobin, anak laki-lakinya yang sangat istimewa. Yeonjun tidak mengangguk maupun menggeleng ketika ibunya menyampaikan wasiat.
Bohong kalau Yeonjun bilang tidak membenci Soobin. Ia amat membencinya. Namun sekali lagi ia menyadari bahwa bukan Soobin yang harus disalahkan.
Soobin adalah anak istimewa yang tidak mengetahui apa-apa. Soobin juga korban dalam situasi ini. Namun, Yeonjun lah korban yang merasakan kerugiannya secara langsung.
.
Yeonjun saat ini sedang menatap anak istimewa itu, yang sedang kegirangan sambil membawa papan bertuliskan, Apel Jeju Nenek Shin, Edisi Nataru Beli Per Kilo Diskon 30%.
Keseharian Soobin memang membantu pekerjaan Nenek Shin, pemilik toko buah yang berada di kawasan tersebut. Toko buah Nenek Shin lumayan ramai. Nenek Shin juga sangat baik hati memperbolehkan Soobin menghabiskan waktu di tokonya. Yeonjun tidak bisa selalu menemani Soobin karena harus kuliah dan kerja sampingan.
Lagipula orang-orang yang mengunjungi toko buah Nenek Shin juga menyukai Soobin. Siapa yang tidak menyukainya.
Yeonjun tersenyum tipis kala melihat betapa riang gembiranya Soobin menyambut para pembeli. Sangat berbeda ketika berada di rumah, Soobin lebih banyak diam. Meski sudah hampir dua setengah tahun lamanya tinggal bersama, Yeonjun dan Soobin jarang berkomunikasi. Soobin hanya akan mengobrol dengan Yeonjun bila memang perlu dan penting. Yeonjun juga bukan tipe orang yang pandai mencari topik.
Terkadang Nenek Shin ikut menari bersama Soobin di sampingnya. Kali ini cucu perempuan Nenek Shin juga ikut menari bersama Soobin, namanya Lia. Mereka tampak sangat akrab, Soobin dan Lia. Mungkin karena mereka seumuran.
Yeonjun tampaknya tidak jadi masuk ke dalam rumah. Ia menghampiri Soobin yang sedang asik mempromosikan apel jeju Nenek Shin. Sang nenek adalah orang pertama yang melihat Yeonjun datang.
"Oh, Yeonjunie kau sudah pulang, ya?" imbuhnya.
"Aku ingin melihat apakah Soobin baik-baik saja, Nek." Ucap Yeonjun.
"Seperti yang kau lihat dia baik-baik saja, Yeonjun—astaga barusan dia masih menari dengan penuh semangat bersama Lia, khekhe. Sepertinya ia malu karena kau datang, manis sekali!" Nenek Shin kemudian masuk ke dalam toko.
Soobin memang sedikit canggung semenjak mengetahui kalau kakaknya datang. Lia jadi ikut berhenti menari. Sementara musik masih menyala dengan keras.
"Kak Yeonjun!! Apakah kostum kita kali ini bagus?? Oh, apakah aku cocok dengan riasan natal seperti ini?!" Ucapnya sambil menghampiri Yeonjun.
Lia salah satu penggemar Yeonjun. Gadis itu tidak kalah semangat menyapanya. Sementara Soobin hanya terdiam. Tidak bergeming dengan mata yang terlihat tidak fokus.
"Kau terlihat cantik seperti peri santa, Lia."Hanya dengan kalimat itu wajah Lia menjadi merah seperti kepiting rebus.
"Kak Yeonjun bisa saja!"
Yeonjun tertawa kecil melihat tingkah Lia, mata rubahnya kemudian beralih menatap Soobin yang masih berdiri di belakang sana. Lia menyadarinya.
"Hei, Soobin! Sini, sapalah Hyung-mu!!" Ajak Lia seraya melambaikan tangan.
Soobin mendekat perlahan dan berdiri tepat di belakang Lia. Tangannya meraih pinggiran baju santa milik Lia dan menggenggamnya dengan erat.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini, Soobin?" tanya Yeonjun.
Soobin hanya mengangguk tidak jelas. Matanya tidak bisa fokus, kadang menatap ke samping kadang ke bawah. Wajah Soobin yang sudah pucat semakin pucat, keringat-keringat didahinya berangsur turun.
"Soobin? Kau tidak apa-apa?" Yeonjun kembali bertanya dengan wajah khawatir. Soobin malah semakin menggenggam erat jubah santa yang Lia kenakan.
"Hei, Soobin! Kau bisa membuat kusut baju santaku!!" Tentu saja Lia merasa tidak nyaman. Soobin segera melepasnya. Dan benar jubah santa milik Lia menjadi kusut. Soobin menggenggamnya terlalu erat.
"Kan, jadi kusut, Soobiin!" rengek Lia.
"Astaga, maaf Lia.. Soobinie sepertinya masih marah kepadaku soal tadi pagi," ujar Yeonjun.
Lia hanya menghela napas. Kali ini Soobin selamat karena Yeonjun ada di sini. Gadis itu tidak ingin memperlihatkan kegilaannya di hadapan Yeonjun.
Nenek Shin keluar dari tokonya membawa sebuah amplop dan parsel buah. Wanita tua itu menghampiri tiga anak muda yang entah sedang mengobrol apa. Nenek Shin kemudian memberikan amplop dan parsel buah itu kepada Soobin.
"Soobinie sudah bekerja dengan baik selama ini. Pulanglah lebih awal hari ini Soobinie, nikmati malam natalmu bersama kakakmu," ujar Nenek Shin.
Soobin menggeleng dengan penuh antusias. "Tidak, Nek! Jam kerjaku belum habis. So-soobin tidak akan pulang!"
Soobin akhirnya bersuara. Ngomong-ngomong, ini bukan pertama kali Nenek Shin menyuruh Soobin pulang lebih awal. Waktu Perayaan Chuseok kemarin ia juga meminta Soobin pulang duluan. Soobin tentu saja menolak. Anak istimewa itu memang sangat pekerja keras.
Namun kali ini, Nenek Shin tidak menyerah. "Ini malam natal Soobin, malam yang suci dan penuh suka cita. Ibu kalian pasti sedih melihat anak-anaknya bekerja terlalu keras disaat malam natal, astaga.. benar kan, Yeonjunie?"
"Nenek benar, ayo kita pulang Soobin. Banyak hal yang harus disiapkan, bukan?" ucap Yeonjun disampingnya, sambil mengusap bahu Soobin.
"B-baik, Soobin akan pulang. Selamat natal, Nenek! Selamat natal, Lia!"
Kalimat yang diucap Soobin terdengar sedikit bergetar. Mungkin karena cuaca saat ini sangat dingin. Atau mungkin Soobin sedang menahan diri karena sesuatu.
Soobin melangkah terlebih dulu. Meninggalkan Yeonjun yang masih bersama Nenek Shin dan cucunya. Mereka berdiri termenung menatap kepergian Soobin dengan prihatin.
"Soobin terlihat sedih ketika Nenek menyuruhnya pulang, aku jadi ikut sedih, Nek!" celetuk Lia.
"Soobinie sepertinya mau mendengarkan ucapanmu, Yeonjun! Aku harap kau menjaga anak itu dengan baik! Soobinie begitu bersih dan suci seperti bayi," imbuh nenek.
Yeonjun tertawa renyah. "Soobin sebenarnya anak yang sangat patuh kok, Nek. Nenek dan Lia jangan khawatir! Hubungan kami sangat hangat, aku akan selalu menjaga Soobinie."
Nenek Shin seakan menghela napas lega. Wanita tua dan cucu gadisnya itu kemudian berpamitan kepada Yeonjun. Mereka akan membereskan toko dan segera menutupnya lebih awal.
Sementara Yeonjun meninggalkan tempat itu dan segera menyusul Soobin. Tentu saja Yeonjun tidak sabar ingin merayakan malam natal yang penuh suka cita ini bersama saudara tirinya, Choi Soobin.
Anak laki-laki yang sangat istimewa. Semua orang menyayanginya. Termasuk Yeonjun sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Stepbrother || Yeonbin 🔞
ФанфикSoobin adalah saudara tiri Yeonjun. Pemuda itu sangat istimewa hingga semua orang sangat menyayanginya. Termasuk Yeonjun sendiri.