04; Kabur

10 2 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 05.49 pagi, dan seorang gadis yang baru saja menyelesaikan lukisannya pada buku soal Biologi saudara tirinya itu tersenyum bangga.

"Mampus lo berdua dimarahin guru"

Julya membiarkan buku soal milik Javiero dan Januar tergeletak begitu saja di meja belajarnya kemudian beralih menatap ranselnya yang sudah penuh dengan baju. Ia juga sudah memasukkan gitar akustiknya pada tas gitar.

"Gue gak bakalan balik ke rumah ini sebelum Ayah dan Bunda pulang dari luar negeri. Di sekolah gue juga bisa terus hindarin mereka, selama ini gue gak pernah gagal dalam menghindar hahaha"

Julya mengambil ransel dan gitarnya kemudian menyampirkannya dibahu. "Hari minggu yang cerah untuk kabur dari kandang buaya. Seperti kata pepatah, you never know if you never try"

Ya semoga saja kali ini kerang ajaib berpihak pada Julya.



11.38 AM

"BOCAH SETAN!" Januar menatap nanar buku soal Biologinya dan Javiero yang telah penuh dengan lukisan di meja belajar Julya.

Sementara Javiero yang sedang sarapan di kitchen bar terkejut mendengar teriakan Januar dari lantai dua. Ia kemudian berniat untuk menyusul Januar ke lantai dua namun sebelum itu ternyata Januar sudah lebih dulu turun sambil membawa dua buku yang penuh dengan lukisan.

"Lo lihat apa yang dia perbuat!"

"Gak usah panik gitu, kita bisa beli baru dan nyuruh orang lain ngerjainnya, bahkan sekalipun gak kita kerjain tuh tugas guru gak bakal berani marah"

"Gue bukannya permasalahin soal buku ini, tapi yang gue permasalahin adalah bocah itu yang ternyata masih berani melawan. Rasanya pengen gue kurung dia di rumah"

"Dari pada lo misuh-misuh gak jelas gitu, mending sekaran lo ke depan tanyain ke satpam soal Julya dan gue bakal coba telepon dia"

"Oke"









"Gimana kata satpam?" Tanya Javiero pada Januar yang baru saja duduk di sofa yang sama dengannya.

"Dia bilang bahwa Julya memang pergi di antar supir tadi, dan gue udah tanyain ke supir kalau dia nganterin Julya ke toko buku dekat perpustakaan kota, tapi setelah itu Julya suruh supir buat balik aja ke rumah"

Javiero mengangguk mengerti mendengar penjelasan Januar. "Sayangnya ponsel milik Julya gak aktif, salah satu maid tadi ngasih tau gue kalau dia liat Julya keluar dari rumah sambil membawa ransel dan tas gitar"

"Gitar?"

Januar terdiam sejenak, seperti memikirkan sesuatu. "Gue rasa gitar yang dibawa Julya itu buat tampil di sebuah cafe sebagai kerja part time"

"Kalau gitu gue cari di cafe sekitaran sekolah, dan lo cari di cafe sekitaran perpustakaan kota"



Sementara itu di sebuah panti asuhan, Julya memetik senar gitarnya sambil menyanyikan lagu  untuk anak-anak panti asuhan.

Laskar pelangi
Takkan terikat waktu
Jangan berhenti mewarnai
Jutaan mimpi di bumi~

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia,

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia
Selamanya
Selamanya

Laskar pelangi
Takkan terikat waktu~

Julya mengakhiri permainan gitarnya setelah lirik lagu yang ia nyayikan telah habis.

"Nah tadi itu lagu terakhir, sekarang kakak harus pergi kerja, okeyy?"

"Yah kak, satu lagu lagi dong" Salah satu anak panti asuhan merengek pada Julya yang kemudian di ikuti oleh semua anak yang tadinya juga mendengarkan permainan gitar Julya.

"Maafin kakak ya, tapi kakak harus pergi sekarang, nanti minggu depan kakak bakal datang lagi"

"YAAAAAHH~" Sorakan kecewe itu hanya bisa dibalas senyuman oleh Julya.

Setelah pamit dengan pemilik panti asuhan, Julya akhirnya beranjak pergi dari panti asuhan tersebut menuju sebuah cafe yang berada di sekitar Neo High School dengan bus umum.

Walaupun sebenarnya masih ada satu jam lebih sebelum kerja part time nya, Julya tetap harus bergegas karena jarak antara panti asuhan dan cafe bisa memakan sekitar 40 menit perjalanan.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang