1. Mademoiselle

14.4K 159 1
                                    

Kalau bukan karena paksaan Papa, sebenarnya aku malas datang ke acara makan malam di kapal pesiar ini. Selain diisi orang-orang tua seusia Papa, format acara yang mereka tawarkan juga sangat membosankan. Tipikal acara formal yang membuatku ingin kabur saja ke club malam supaya bisa berjoget dan tidur dengan pria tampan.

"Jess, Papa mau menyapa rekan-rekan bisnis Papa. Kamu ikut atauㅡ"

"Aku keliling saja, Pa," jawabku cepat.

Lagi pula, untuk apa mendengarkan orang tua bicara bisnis? Membosankan.

Bersamaan dengan Papa yang pergi menghampiri rekan bisnisnya, aku pun juga melangkah menaiki tangga menuju lantai dua kapal pesiar ini. Di atas rupanya tidak terlalu ramai. Hanya ada segelintir orang sedang bercengkerama.

Aku lantas berjalan mendekati pagar yang menyuguhkan pemandangan laut lepas. Meski indah, pemandangan itu sama sekali tidak bisa membuat suasana hatiku membaik.

Kuputuskan untuk mengambil ponsel lalu mencari nama seseorang sebelum menghubunginya dengan tidak sabaran.

"Sean, jemput aku," kataku langsung, tanpa mau menunggu wanita di seberang sana menyelesaikan salamnya.

"Bukannya kamu sedang makan malam di kapal pesiar dengan papamu?" tanya Sean, teman sejawatku itu.

"Yes, dan aku bosan. Maksudku, di sini cuma ada pria tua yang aku yakin seratus persen kalau punya mereka sudah loyo dan nggak bisa berdiri. Aku pengin pergi ke club, menari sampai puas, lalu having sexㅡ"

Belum selesai berbicara, aku sudah dibuat tersentak oleh sebuah gelak kecil di samping tubuhku. Begitu memutar badan untuk memastikan sumber suara tersebut, aku bisa melihat sesosok pria tinggi dengan segelas wine di tangannya. Pria itu tidak menatapku. Matanya fokus menatap laut lepas, sedangkan bibirnya sibuk menyesap wine. Senyum yang terlihat seperti sedang mengejek mengembang di wajahnya.

"Sean, aku tutup dulu," ujarku sebelum memutus sambungan teleponku dengan Sean. "Pak Tua, Anda menguping?"

Pertanyaanku berhasil membuat pria itu memutar kepala hingga tatapan kami bertemu. Dan di saat itu pula aku terkesiap hingga mataku nyaris membola jika aku tidak cepat-cepat mengontrol diri.

Siapa pria ini? Maksudku, dia tidak seperti Pak Tua lain yang kulihat di bawah tadi. Well, dia memang tua, but he's aging like fine wine. Maksudku ... ini adalah kali pertama aku melihat pria tua setampan ini secara langsung menggunakan kedua mataku sendiri.

"Kamu bicara terlalu keras. Semua orang yang punya telinga pasti bisa mendengarnya," timpalnya santai.

Astaga, bahkan senyum mengejeknya itu terlihat memesona di mataku.

Wait! Apa yang kamu pikirkan, Jessica?!

Tersadar, aku pun buru-buru berdeham kecil, berusaha menguasai diri yang hampir terjerembap karena pesona pria matang di hadapanku ini.

"You better go, Sir. Berkumpul dengan pria seusiamu untuk membahas bisnis. Jangan ganggu wanita muda sepertikuㅡ"

"Yang ingin cepat-cepat kabur ke club karena pria tua di sini loyo dan tidak bisa berdiri?" sambarnya cepat. Sekakmat.

Pak Tuaㅡyang sialnya tampan dan memesonaㅡitu tertawa lagi.

"I think you need to expand your sex experience, Mademoiselle. Bahkan pria seusiaku, yang kamu sebut tua itu, masih bisa punya anak jika mereka ingin."

Aku tahu dia sedang menyindirku sekarang. Namun, fokusku bukan itu. Maksudku, dengan muka tampan dan senyum yang menimbulkan garis kedewasaan di ujung matanya, aku sama sekali tidak bisa mengalihkan fokusku dari wajahnya.

Jika dia ada di sini bersamaku sendiri, tanpa ditemani seorang wanita seusianya, aku sangsi dia sudah menikah. Atau well, seperti Papa, bisa jadi dia sudah menikah tapi ditinggal mati istri tercintanya.

"Sepertinya kamu yang harus pergi supaya bisa segera bertemu teman kencanmu di club. Perlu saya tunjukkan jalan keluarnya?" tanyanya lagi. Aku refleks menggeleng. "Baiklah. Enjoy your time."

Pria itu hampir berbalik, dan aku tanpa sadar segera meraih tangan besarnya hingga tatapan kami kembali bertemu.

Aku berjalan mendekat. Satu langkah, dua langkah, sampai jarak di antara kami semakin sempit tanpa celah.

Gila. Semakin kutatap, pria ini memang terlihat semakin tampan. Aku bisa merasakan vibes Tom Cruise dengan sedikit campuran darah Asia di wajahnya. Perbedaan paling mencolok antara dia dan Tom Cruise adalah, pria ini tinggi menjulang. Ujung rambutku bahkan hanya menyentuh bahu kokohnya, padahal kakiku sudah dibalut heels 7 senti. Usianya sepertinya baru menginjak pertengahan atau akhir 40, which means dia jauh lebih muda dari aktor favorit mendiang Mama itu.

"You said I need to expand my sex experience," kataku tanpa melepas tatapan kami.

Tanganku yang semula berada di tangannya, perlahan mulai beringsut turun hingga menyentuh tonjolan di pusat tubuhnya yang tertutup celana kain.

"Dan sepertinya aku cuma mau Anda yang kasih saya pengalaman baru itu. Bukannya Anda sangat percaya diri dengan kemampuan Anda?"

Pria itu tak menjawab, tetapi tangannya dengan cepat meraih tanganku yang sedang mengusap lembut miliknya. Tatapannya berubah nyalang. Senyum kecil yang tadi kulihat, kini tenggelam tak bersisa.

"Apa maksudmu?" tanyanya serius. "Kamu mau saya meniduri kamu? Gadis muda yang mungkin lebih cocok jadi anak saya?"

"I'm 26, Sir. Aku memang muda, tapi aku bukan anak kecil. Ah, satu lagi. Perlu kuakui, aku belum pernah tidur dengan pria seusia Anda. Jadi, bagaimana?"

Gigi pria itu bergemeletuk, seolah sedang menahan diri karena ajakanku yang kelewat berani. Melihatnya kaget dan tersiksa membuatku kontan memasang senyum penuh kemenangan.

Sepertinya, aku akan menang malam ini.

***

[FULL BAB DI KARYAKARSA] Sexy Old Man On My Bed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang