Semua tentang dia itu indah. Tak pernah bosan aku menatapnya, terutama semenjak ia tinggal di ruang bawah tanahku.
Ekspresinya saat aku datang di hadapannya Minggu lalu, lebih tepatnya ekspresi takutnya. Itu benar-benar Indah.
Saat aku memberinya obat bius dan dia memberiku raut tak berdayanya, perasaanku saat itu adalah perasaan aneh tak bisa kupahami yang kurasakan padanya.
Saat badan mungilnya bergetar sesaat setelah ia menyadari dirinya berada di ruang bawah tanahku itu, saat bibir ranumnya mulai mengeluarkan isakan-isakan kecil juga racauan ketakutan, saat mata cantiknya itu mengedar pandang ke tiap sudut ruangan yang penuh mainan-mainan favoritku dan mengeluarkan air mata, aku tak bisa menahan rasa dalam tubuhku yang terus meneriakkan sebuah kata yang pantas untuk mewakili dirinya saat ini, indah.
Ketika aku mulai membawa satu alatku, sebenarnya hanya lilin dan korek api, tapi mengapa ia menunjukkan ekspresi yang lucu begitu? Mengapa ia menggeleng dan menangis? Kalau ia terlihat ketakutan seperti itu, aku kan jadi tak bisa menahan diri untuk tak melakukan apa yang sudah kurencanakan sebelumnya.
Tenang, aku tak akan secepat itu membuatmu menjadi salah satu koleksi mainan favoritku sekarang, aku tak akan mengubah mu dengan lilin ini sekarang.
Ah... Tanganku bergerak sendiri. Aku langsung menahannya dan menelungkupkannya di matras yang ada di sana. Mengikat kaki dan tangannya pada tiang-tiang yang juga ada di sana. Terasa mudah bagiku melakukannya karena badannya yang memang sudah lemas. INDAH. INI SEMUA SUNGGUH INDAH. Ah... Rasanya ingin kuungkapkan pada dunia betapa aku menyukai semua ini.
Kusingkap baju yang menutupi punggungnya, kuusap punggung halus itu perlahan, lalu kunyalakan lilin yang sedari tadi kubawa, kuposisikan lilin itu tepat di atas punggung indah itu, menunggu tiap lelehan juga panas lilin mengenai kulit putih mulusnya.
Tes...
Satu lelehan, satu jeritan terdengar. Menambah semua kesan indah yang sedari tadi kupikirkan.
Fin...
Credit foto di header: butisitartphoto (Tumblr)