Permusuhan

677 66 25
                                    

"Anda tidak bisa melakukan ini, Yang Mulia! Putra Mahkota jelas-jelas berupaya untuk membiarkan iblis bernama Falcon yang merasuki tubuh Putri Leviza pergi begitu saja. Putra Mahkota bertanggung jawab atas operasi kegagalan ini."

"Ada hal yang lebih penting daripada mencari Leviza yang lebih bisa ditangani oleh penyihir agung."

Kedua mata Duke Axton Lectuzen menyipit curiga. "Anda tidak berpikir mengutus saya ke medan perang, 'kan?"

Raja Devian Xavier, tahu jelas jika itu adalah hal yang paling tidak diinginkan Duke Axton Lectuzen. Pun militer di sana tidak sedang membutuhkan bantuan militer karena cukup mampu mengimbangi invasi klan barbar. Namun, Raja Devian yang sudah memikirkan matang-matang tak punya pilihan lain selain menjauhkan Axton dari Leviza.

"Bagaimana, ya? Aku tidak sabar untuk membiarkan para prajurit kesulitan di daerah perbatasan. Jadi, aku akan mengirimmu ke sana."

Putra Mahkota Leonard yang sejak tadi bersimpuh dengan tangan digendong karena cedera hanya bisa menatap iba pada Axton sembari menepuk pundaknya ringan. Sang putra mahkota yang penuh welas asih itu bisa merasakan kedongkolan Axton karena sedang dibully keluarganya. Tapi bagaimana pun juga, yang paling mengerti tentang Leviza dan Lenora tetaplah keluarganya sendiri. Terlebih ...

"Putri Lenora memasuki ruangan!"

Wajah Axton menegang, ia langsung membalikkan badan saat mendapati gadis yang ia cintai berjalan masuk dengan wajah pucat. Refleks, ia langsung berdiri dan mendekat.

"Apa yang Anda lakukan di sini? Anda masih sakit."

Tangan Axton hendak menyentuh lengan Lenora. Namun, sang tuan putri langsung menepisnya kasar. Jantung Axton nyaris meloncat keluar saat mendapati tatapan tajam Lenora, sorot yang tak pernah wanita itu tunjukkan kepadanya.

Lenora menghadap Devian, sang ayahanda, dengan berlutut dibantu Leonard.

"Ada apa putriku jauh-jauh kemari?"

Lenora menatap lurus pada sang ayahanda. "Saya ingin mengajukan pembatalan pertunangan dengan Duke Axton Lectuzen."

Deg!

Axton langsung berjalan mendekat, ikut berlutut menatap lurus pada Lenora dengan wajah tak percaya.

"Putri, apa yang Anda katakan? Anda masih sakit." Axton menatap Tajam Devian. "Yang Mulia, jangan hiraukan perkataan Putri Lenora. Dia masih belum sepenuhnya pulih. Putri Lenora, saya bersumpah akan menemukan orang yang telah-"

Tiba-tiba Lenora menatap tajam pada Axton. Matanya berair, tampak sedih sekaligus marah.

"Duke, saya tidak sudi menikah dengan orang yang mencoba membunuh kakak saya."

"Apa?" Axton membelalakkan mata. "Aku tidak mencoba membunuh kakakmu. Dia dirasuki-"

"DIA KAKAK SAYA!!!"

Air mata Lenora jatuh, menetes satu persatu hingga membasahi bajunya.

"Jika Anda sudah mengerti ada sesuatu di tubuh Kakak saya, mengapa Anda masih berpikir apa yang dia lakukan adalah murni karena keinginannya? Jika Anda merasa gagal melindungi saya, maka tidak perlu menyalahkan orang lain! Bahkan, seandainya kakak saya benar-benar bersalah, tidak sedikit pun pernah terbesit di benak saya untuk membalas perbuatan kakak saya, baik itu secara peradilan atau tidak."

Lenora membuang muka dari Axton.

"Anda tidak pernah tahu bagaimana usaha keras kami agar mempertahankan nyawa kakak sekaligus mampu mengusir jiwa iblis itu dari tubuhnya. Jika Anda hanya menghambat usaha kami, lebih baik Anda pergi dan mati saja di Medan perang! Pernikahan kita tidak lebih berharga dari nyawa kakak saya!"

Dengan napas tersengal-sengal, Lenora mendelik tajam pada Axton. Berhasil membuat pria itu terperanjat di tempat.

"Putri Lenora, aku ..."

"Saya tahu Anda orang yang berani dan jujur, tapi jika itu adalah saya yang berbuat kejahatan, apakah Anda juga mampu memenggal kepala saya dengan mudah? Anda memburu kakak saya karena merasa dia orang asing untuk Anda. Tapi, kami, tidak pernah menganggap Putri Leviza sebagai orang asing."

Pada akhirnya, pertemuan hari itu membuat Duke Axton Lectuzen benar-benar berangkat ke medan perang. Namun, Raja Devian tidak memutus pertunangan mereka karena permohonan Duke Axton sekaligus mempertimbangkan kondisi saat ini. Bagaimana pun juga, Raja Devian masih bisa melihat sisa perasaan yang ditinggalkan Lenora. Jadi, bagaimana mungkin dia abai pada kebahagiaan putrinya sendiri meski ia tampak kecewa pada pria yang dicintainya.

"Saya akan menerima perintah Anda, Yang Mulia."

Pada akhirnya, Duke Axton Lectuzen berhasil mempertahankan pertunangannya. Namun, tidak ada lagi wanita yang mengantarnya pergi dari gerbang istana. Wanita itu langsung melenggang begitu saja dan menolak pertemuan pribadi dengannya. Sebelum benar-benar pergi, tampak Leonard mendekat.

Tangan dan bahunya masih tampak dibalut dengan kain. Wajah cerah dan senyum lebarnya begitu kontras dengan hatinya yang terasa kelabu.

"Lenora sangat mencintai kakaknya, Leviza." Tanpa permisi, Leonard langsung naik begitu saja di kereta kuda milik Axton.

Sang Duke juga membiarkan, memilih ikut naik. Toh, tidak mungkin Leonard mengekor sampai ke kediamannya.

"Aku mengatakan ini karena berpikir kau adalah ancaman sekaligus calon keluarga kami. Ingat ini baik-baik, selama 20 tahun orang tuaku selalu membuatkan ramuan dan sihir baru untuk mengeluarkan Raja Iblis Falcon dari tubuh Kakak. Seharusnya, kakak sudah mati sejak bayi. Namun, Raja Iblis berkata bahwa kakak adalah reinkarnasi pengantinnya yang telah lama dinanti, makanya sampai rela membelah inti jiwanya dan membiarkan separuhnya membangkitkan nyawa kakak."

"Awalnya, ayah dan ibu merasa lega. Namun, ternyata karena separuh inti jiwa Raja Iblis ada di dalam tubuh kakak, banyak monster dan iblis bawahan yang membelot berusaha menyerang dan mencuri inti jiwa sang Raja Iblis. Alhasil, lebih baik ayahanda dan ibunda memalsukan kematian kakak dan menjaganya di kastil dengan portal sihir kuat sehingga tidak satu pun monster yang mampu mendeteksinya."

"Sejak kecil juga, kami sering ikut ayahanda dan ibunda melakukan penelitian medis, alkimia, hingga sihir untuk menyembuhkan Kakak. Dan saat ini, selain khawatir kakak akan dideteksi oleh monster, kami khawatir jika kau akan terus-menerus memburu kakak. Kami berusaha melindunginya selama bertahun-tahun. Jadi, pikirkanlah bagaimana perasaan Lenora jika kau ingin membunuh sesuatu yang dicintainya."

"Tapi dia kejam, memberikan racun pada Putri Lenora hingga nyaris mati." Duke Axton masih berusaha menunjukkan fakta yang membuatkan heran mengapa semua abai.

"Itu adalah salah satu efek dari pengobatan sihir yang kami lakukan. Kakak, terkadang tidak bisa mengontrol dirinya karena ada 2 inti jiwa dalam dirinya. Oh, separuh inti jiwa pemberian Raja Iblis itu berhasil membelah diri. Separuh inti jiwa itu memiliki kekuatan yang mampu membuat seluruh iblis di dataran tunduk padanya. Makanya, terkadang antara baik dan buruk, kakak tidak bisa membedakannya. Ada banyak hal tentang kakak yang sebenarnya ingin aku ceritakan. Tapi sepertinya aku juga cukup sibuk. Jadi, selamat berperang, kawan!"

Leonard keluar dari kereta kuda, meninggalkan Duke Axton yang termenung sejenak. Bagi seorang yang menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran, beban batinnya cukup berat. Ia tidak bisa melihat pelaku pembunuhan kejahatan pada kerajaan pergi begitu saja. Namun, di sisi lain ia akan kehilangan Lenora jika mengungkap itu.

"Aku ... argh ...! Kondisi macam apa ini?!"

***

Aku sudah berusaha mengatur mood untuk menulis di Wattpad lagi. Maaf sedikit ya. Tapi aku akan mencoba mempelajari beberapa novelku yang lain. Sejujurnya, lama tidak di Wattpad membuatku kaku. Hehe ... 😄

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antagonist Lady And The Villain DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang