Rencana PETA

119 9 3
                                    

Gemercik air hujan disertai udara dingin malam ini membuat siapa saja enggan berada diluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemercik air hujan disertai udara dingin malam ini membuat siapa saja enggan berada diluar. Bahkan mungkin sang kelalawar yang terbiasa mencari makan dimalam hari, akan mengurungkan niatnya, rela menahan rasa lapar daripada harus menerjang udara yang dingin ini.

Namun hal itu tak mampu menghalangi kedua gadis pribumi yang diam-diam keluar dari markas Belanda, tempat mereka tinggal juga bekerja.

Dengan dibertudungkan kain panjang  untuk menyamarkan wajah mereka, juga untuk menghangatkan tubuh mereka, meskipun kain yang mereka gunakan tak mampu menutupi rasa kedinginan mereka.

Setelah sampai di perempatan jalan, ternyata sudah ada dokar yang menunggu, mereka langsung naik, begitu juga sang kusir yang langsung beringsut menjalankan dokarnya menjauhi area tersebut.

Kedua gadis itu langsung disambut dengan tatapan berbinar oleh semua orang yang disana.

Terlihat semua orang yang berada disana sudah menunggu kedatangan kedua gadis itu yaitu Ajeng dan Winarti.

"Bagaimana?" Ucap seorang pemuda yang menatap mereka dengan tak sabar.

Ajeng langsung mengeluarkan sebuah kertas yang digulungnya dan membentangkannya disebuah meja.

Semua orang yang ada disana langsung mengeliling meja itu.

"Ini adalah salinan peta yang kudapat. Rencana selanjutnya mereka akan beroperasi di Buitenzorg." Semua yang ada disana memperhatikan setiap kalimat yang di ucapkan oleh Ajeng.

Tak terkecuali pada Winardi, ia memperhatikan Ajeng dengan tatapan berbeda, ia terus mengulum senyum saat Ajeng sedang menjelaskan informasi yang ia dapat.

Wajah cantik serta kecerdikannya membuat ia begitu bangga pada kekasih hatinya, jika tidak ada orang rasanya Winardi ingin segera memeluk Ajeng dan menciuminya membabi buta.

Ajeng yang menyadari dengan tatapan Winardi. Ia membalas dengan menatap tajam Winardi.

"Bagaimana mas Winardi, apakah sudah dimengerti?" Tanya Ajeng dengan sengaja.

Ajeng merasa sedikit kesal dengan Winardi, ia tahu mereka sepasang kekasih, tapi ia harus mengetahui situasi dan kondisi.

Sebagai anggota organisasi PETA (Pembela Tanah Air) mereka harus fokus pada dan tujuan mereka. Dan mereka harus menyampingkan urusan pribadi.

Winardi terkejut saat Ajeng tiba-tiba bertanya padanya sedangkan ia tengah asik memperhatikan kecantikan kekasihnya itu.

"Aaku...Iya aku paham" Jawabnya gelagapan.

"Tolong fokus mas!" Kata Ajeng

Winardi langsung mengangguk dan langsung memperhatikan penjelasan lanjutan dari Agibayu selaku ketua disana.

"Sedikit informasi yang ku dapat, kini para gorombolan akan segera bertidak pada Desa Cisayong yang berada di Tasikamalaya" Ucap Agibayu selaku pemimpin kelompok tersebut.

GADIS PRIBUMI | KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang