Ajeng dituntun ke ruangan belakang, oleh Winardi.
"Mas pelan-pelan!" Ucap Ajeng
Winardi malah terkekeh kemudian menyandarkan Ajeng di dinding, ia menatap Ajeng lekat dan memegang kedua bahu Ajeng.
Ajeng membalas tatapan Winardi, kedipan demi kedipan tatapan matanya benar-benar membuat Winardi merindukan Ajeng kekasihnya.
Winardi langsung memeluk erat Ajeng dan membawanya kedekapannya.
Ajeng sadar ia pun sama merindukannya, namun terkadang sikap Winardi yang terang-terangan juga gerasak-gerusuk membuat ia kesal pada Winardi.
"Aku merindukanmu" tutur Winardi sambil mengeratkan pelukannya.
Ajeng menghela nafasnya, kemudian ia membalas juga pelukan Winardi.
Cukup lama mereka berdekapan, hingga kini mereka terduduk dikursi rotan teras ruangan belakang tersebut. Penerangan cukup minim disertai pemandangan gelap gulita.Mungkin jika seorang diri, pemandangan dengan cuaca gerimis justru terlihat menakutkan, namun bagi pasangan yang sedang dimabuk asmara bukankah itu kesempatan emas untuk mereka?
Namun Winardi teralih dengan raut wajah Ajeng yang terlihat murung.
"Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggumu?" Tanya Winardi.
Pandangan Ajeng masih tertuju pada satu titik didepannya, yaitu pada tanah yang cekung akibat tertimpa cucuran air hujan.
Tak lama dari pandangan Ajeng ia alihkan menatap Winardi.
"Mas aku jadi teringat dengan perkataan Danajaya tadi" Kata Ajeng.
Winardi mengerutkan keningnya. "Perkataan yang mana?"
Ajeng menghela nafasnya. "Desaku berdekatan dengan Desa Cisayong, aku jadi takut jika Desaku juga akan jadi incaran para gorombolan. Lalu bagaimana nanti dengan nasib keluargaku?"
Winardi memegang tangan Ajeng. Menatap lekat gadis itu, gadis yang begitu ia cintai, gadis yang ia harapkan untuk menjadi istrinya, dan ibu untuk anak-anaknya kelak.
"Ajeng kau tadi dengar sendiri kan perkataan Agibayu, bahwa anggota PETA akan membujuk para gorombolan untuk tidak melakukan pemberontakan. Lagipula para gorombolan hanya akan mengincar Desa Cisayong saja bukan pada Desamu"
Ajeng tahu dan dia juga paham, para gorombolan tidak akan mengincar kampung halamannya. Namun fakta yang ia khawatikan ialah, karena para warga di Desanya banyak yang bekerja pada orang Belanda.
Hal itu yang membuat Ajeng khawatir jika para gorombolan akan menganggap jika Desanya juga lebih mendukung terharap orang Belanda.
Winardi mendekatkan tubuhnya pada Ajeng, ia mengerti kegelisahan Ajeng, namun Winardi yakin, rencana anggota PETA akan berhasil, pertumpahan darah antar sesama pribumi tidak akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS PRIBUMI | KARINA
Historical FictionKisah Berlatar tahun 1942 masa peralihan kekuasaan Hindia Belanda dari Belanda ke Jepang. Cast NCT~AESPA