prolog

4 1 0
                                    

hola!
selamat datang di ceritaku ini, jangan lupa berikan vote & comment untuk mendukung cerita ini biar cepet update! happy reading yall



***

“Baru saja masuk sekolah, kenapa sudah bodoh?” Romi Sian Morae—pria paruh baya berpenampilan sangar dengan badan kekar bertatto di sekujur tubuhnya itu menatap raport sang anak marah. “Bahkan tidak bisa menembus sepuluh besar, memalukan!”

Gavin Sebastian Morae

Anak lelaki berusia sekitar tujuh tahun, kini meringkuk ketakutan di bawah meja dengan air mata mengalir deras. Tangan mungilnya terulur, menyentuh ujung luka cambukan di kedua kaki dan pahanya—bermaksud menghilangkan perih yang terasa.

Untuk pertama kali ia melihat sang ayah marah besar seperti ini. Wajah polosnya mendongak, menatap sang ayah takut-takut seolah bertanya ... 'kenapa?'

Pandangan Gavin beralih, menatap sang kakak tengah duduk dengan kepala tertunduk di sofa. Ah, Ethan Morae—kakak yang hanya berjarak satu tahun darinya itu selalu mendapat nilai bagus. Terbukti hingga saat ini kulit putih milik kakaknya tetap bersih, tidak seperti miliknya.

“Tolol!”

Teriakan bariton milik sang ayah membuat kedua bocah itu terperanjat. Kala melihat ayah nya bangkit sembari meraih gesper di sampingnya, Gavin berlari ke arah Ethan, mencoba berlindung dalam tubuh sang kakak yang sedikit lebih besar darinya.

Ia takut, sangat.

“Ethan! Pilih masuk ke dalam kamar, atau kamu seperti dia?”

Suara tinggi ayahnya tentu membuat nyali Ethan menciut, dengan gerakan cepat ia berusaha menyingkirkan tangan sang adik yang mencengkeramnya erat.

“Jangan pergi, Bang ... takut!” Tanpa sadar air mata Gavin semakin deras, dekapannya pada lengan Ethan menguat. Sungguh, saat ini ia hanya butuh pelindung.

Sedetik kemudian Gavin memekik tertahan kala cekalannya dilepas kasar hingga membuat tubuh kecilnya terhuyung ke depan, sang kakak berlari kencang menuju kamar—meninggalkannya sendiri di sana.

Merasa geram Romi mencengkeram lengan sang anak hingga berdiri sempurna. Diangkatnya gesper tinggi-tinggi, hendak memukul Gavin.

“Ampun, Ayah!” Gavin kembali meringkuk kala merasakan perih kembali menjalar di tubuhnya. Kali ini punggungnya lah yang menjadi sasaran.

Air mata berpadu dengan teriakan nyaring dari mulut kecilnya itu terdengar pedih. Sakit, sakit sekali rasanya, namun sang Ayah seolah tidak berniat untuk berhenti memukulnya.

Cambukan demi cambukan ia terima, tak peduli seberapa kata ampun yang terucap, sang ayah tetap mencambuk punggungnya sembari melontarkan beberapa kata-kata kasar.

Sang ayah tak tanggung-tanggung saat memukul, seolah memiliki dendam terdalam padanya. Entah apa itu.

Hingga saat cambukan terakhir yang membuat Gavin terjatuh lemas, Romi meninggalkannya sendiri di ruang tengah dan berjalan memasuki kamarnya, membanting pintu kamar keras-keras membuat anak kecil itu terperanjat.

Gavin tengkurap, bermaksud agar punggungnya tak menyentuh apapun saat ini. Ia lemas, bahkan kini ia hanya dapat menangis dalam diam. Matanya diam-diam menatap kamar sang kakak yang tertutup rapat, hingga rautnya berubah tajam bersamaan dengan menetesnya air mata. Entah apa yang Gavin pikirkan saat ini, hanya saja, mulai detik ini ... ia akan berdiri seorang diri.

Anak sekecil itu telah memiliki kebencian dalam hatinya yang suci.

Tanpa Gavin sadari, seseorang dalam satu bilik itu juga tengah meringkuk ketakutan di bawah tempat tidur, menutup kedua telinga dengan tangan bermaksud menghilangkan suara rintihan yang sedari tadi ia dengar.

Badannya kini menggigil, pun ujung jari tangan dan kakinya membiru akibat kedinginan, merasa ketakutan amat sangat.

Ia terlahir menjadi pelindung, itu tanggung jawabnya. Namun, ia pun tidak menahu kenapa ia harus terlahir lemah seperti ini jika diberi tanggung jawab sebesar itu?

Maka dengan air mata mengalir, ia perlahan merebahkan diri, membiarkan lantai dingin menembus kulit hingga meresap ke seluruh tulangnya.

"Maaf," ucapnya sebelum memejamkan mata, benar-benar tertidur pulas.

***

waduch, ada apa tuch?

jangan lupa vote & commentnyaaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maybe, Just MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang