What if? Kata Tuhan, mereka dijalan yang benar.
Rasa lelah menggerogotinya. Ana berjalan lunglai menuju unit apartemen nya. Sedikit melirik ke arah ruangan sebelah, terlihat banyak sekali orang yang keluar masuk dari sana. Ah, masa bodo, pikirnya.
Brak!
Menutup pintu sekuat tenaga, lalu Ana kembali berdiri setelah menunduk untuk melepaskan sepatu nya.
Deg!
Pandangan mata Ana mengedar ke segala arah, ruangan di unitnya ini selalu saja terasa sepi. Seperti merindukan sesuatu.
Dirinya pun melangkah masuk dengan perlahan, dan itu mulai terjadi lagi. Dikepalanya seakan akan semua kenangan bersama dengan Gina di unit ini terputar kembali. Setiap sudut nya, selalu mengingatkan Ana kepada perempuan itu.
Perempuan yang telah dengan tega meninggalkannya sendiri menorehkan luka basah di hati. Perempuan yang entah bagaimana kabarnya setelah 5 tahun tak Ana temui. Sialnya, Ana begitu merindukannya sampai kerongkongannya tak mampu lagi untuk menyerukan tangisan untuk Gina.
"Miaww! Miaww…"
Sigh.
Ana menghela nafasnya, begitu dirinya mendapati Abu, si kucing yang sangat mengingtkannya pada Gina.
"Miaww, nggg" Abu melompat pada pangkuan hangat Ana
Terpaksa tersenyum saat dirinya kembali teringat kala kebiasaan ini juga sering Abu lakukan pada Gina dulu.
Ana mengusap bulu Abu dengan pelan, ia lalu bersandar dan menutup kedua matanya sejenak.
Tes. Tes. Tes.
Kembali pula Ana menangis, tentang Gina, mantan satu satunya. Gina, pemilik hatinya. Gina, cintanya, hidup dan matinya, pasien favoritnya, dunianya.
Tok tok tok!
"Permisi"
Tok tok tok!
Ana membelakan kedua matanya lalu menggeleng perlahan saat mendengar suara itu. Ana lagi lagi berhalusinasi jika dirinya mendengar suara dari Gina. Ia lalu menurunkan Abu, dan segera menepuk kedua pipinya dengan tangannya bertujuan agar "Sadar Ana! Itu bukan dia! Pasti halusinasi lagi nih gue!"
"Gila aja suara semua orang kedengeran kaya suara Gina. Makin gila nih gue…" gumam Ana sembari beranjak dari duduknya
Tok tok tok!
"Permisi!"
Suara dari depan pintu itu Ana hampiri, ia lalu membuka pintu dengan wajah malasnya dan berucap "Ya. Ada apa- loh heh! G-gina?!"
Benar. Yang di depan nya adalah Gina. Yang mengetuk pintu adalah Gina.
Gina tersenyum menampilkan sederet gigi pitih nan bersihnya itu. Lalu ia pun memberikan sekantong buah pada Ana sembari berucap "Loh jadi unit ini masih Dokter yang tempati?"
Ana masih mematung, maka Gina menarik lembut tangan Ana agar mau menerima pemberian darinya "Dokter. Ini ada buah, sebagai perkenalan dari saya sebagai tetangga baru. Hehe"
Brak!
Dengan cepat Ana menutup pintu dan segera bersandar dibaliknya. Dengan degupan dan nafas yang terengah, Ana merogoh saku celananya dan segera ingin menghubungi Mila sang sahabatnya.
Mengenai tentang halusinasinya yang semakin menjadi ini "Halo, Mil! Gak mungkin! Mil! Kayaknya gue beneran gila deh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙍𝙚𝙖𝙡𝙞𝙯𝙖𝙩𝙞𝙤𝙣 𝙤𝙛 𝙎𝙞𝙣𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙮 : Fate, is not that bad (GXG)
FanfictionSeason 2 dari Emotion of Love. Tidak akan sepanjang cerita biasanya, beberapa part sedih dan juga manis yang akan terasa tragis terjadi diantara Ana dan Gina, mereka yang memiliki kesempatan bertemu kembali, untuk membenarkan beberapa hal yang diras...