Pedang sudah terbebaskan dari sarungnya, bilah tajam itu berkilat-kilat dan diarahkan ke hadapanku oleh si pemilik. Nobunaga Hazama, si keras kepala satu ini benar-benar tidak mau mendengar rupanya. Waktu penggunaan kekuatanku belum terhitung satu hari sehingga masih ada kesempatan menggunakannya lagi tanpa mengurangi jatah penggunaan kekuatan tersebut. Bersamaan dengan Nobunaga yang sudah menyelimuti diri dengan kemampuan nen, aku juga melakukan hal yang sama.
"Hahaha! Nobu memang suka seperti itu, ya, kalau menyambut anggota baru." Shalnark memecah ketegangan di antara kami berdua. Baik Nobunaga maupun aku menoleh ke arah Shalnark yang berbicara.
Aku tidak berniat untuk menanggapi itu tetapi Nobunaga kemudian membalas, "Ha? Apa maksudmu? Saat ini aku sedang amat serius!"
"Hahaha! Sudah, sudah, Nobu. Jangan terlalu keras padanya yang masih anak-anak." Shalnark menanggapi.
Nobunaga kemudian melirik ke arahku sebentar sebelum atensinya kembali diberikan kepada Shalnark. "Aku hanya memikirkan kemungkinan yang lebih baik."
"Kalau itu bukankah lebih baik kita serahkan kepada Danchou?" Shalnark membuat Nobunaga terdiam. Setelah itu Shalnark membalik arah badannya menghadap pada Chrollo. "Bukan begitu, Danchou?"
Chrollo yang sedari tadi hanya diam di antara pertengkaran kecil ini pun akhirnya berdiri dari duduknya. Senyum ramah di wajahnya itu masih seperti biasa terlihat. Ia menatap ke arah kami yang posisi berpijaknya lebih rendah dibandingnya yang berdiri di atas undakan. Lantas, Chrollo berucap, "Tidak apa. Bebaskan saja temannya yang bernama Deefy itu."
"Yey!" Aku berteriak kegirangan sambil melompat, membusungkan dada bangga dengan senyum kuukir selebar mungkin. "Danchou memang baik hati."
Aku tidak tahu di mana letak kesalahan dari ucapan terakhirku. Yang jelas secara spontan setelah aku mengutarakan kalimat itu, beberapa member Genei Ryodan menatapku bersamaan dengan pandangan yang sulit kuartikan. Namun, tidak ada tanggapan apapun dari yang lain dan kami hanya saling diam. Aku jadi menggaruk leherku kikuk, tidak mengerti dan suasana di antara diriku menjadi sedikit ... canggung? Entahlah. Aku tidak mau memusingkan. Yang terpenting, Nobunaga pada akhirnya menyimpan kembali pedang miliknya. Aura nen yang menyelimuti tubuhnya juga perlahan menghilang. Melihat Nobunaga yang sudah tidak berniat bertarung itu membuatku juga menghilangkan kewaspadaan dengan mengakhiri aliran nen yang menguar di tubuhku sendiri.
"Baiklah, jika itu perintah Danchou." Nobunaga membalas.
"Reist." Chrollo memanggil membuat aku mengalihkan atensi terfokus padanya. Lelaki penuh wibawa itu lanjut berkata, "Jika ternyata perkiraan Nobunaga tentang temanmu yang bisa saja menjadi musuh, kau harus bertanggung jawab."
"Aku bersedia." Aku membalas mantap.
"Kalau begitu, aku akan membebaskan Deefy setelah rencana rampung sempurna. Jadi kita lanjutkan pembahasan tadi dengan pembagian kelompok. Besok kita harus sudah kembali bergerak untuk melakukan pengintaian pada mereka." Chrollo menjelaskan.
"Uvogin dan Bonolenov tidak diperlukan di misi kali ini jadi mereka bisa bersantai." Pakunoda memberikan tanggapan.
Shalnark, seperti biasa, terlihat ceria dan jenaka sehingga ketika ia hendak memulai percakapan masih ada sedikit tawa darinya. Ia ikut menanggapi, "Uvo akan mengacaukan pengintaian jika diterjunkan."
"Hei, hei, hei! Aku ini bisa menghancurkan mereka jika bertemu." Uvogin menatap Shalnark dengan cengiran lebar.
"Karena itu kukatakan kau akan mengacaukan." Shalnark membalas. Interaksi kedua orang itu terlihat akrab, meski terkesan memberi ejekan tetapi Uvogin tidak memusingkan itu. Seakan hal begitu sudah biasa terjadi di antara keduanya.
Chrollo lantas membagi beberapa anggota, lalu ia juga berucap, "Pakunoda masih satu tim dengan Feitan, lalu bawa Reist bersama kalian."
"Cih." Decakan lidah terdengar dari seberang. Aku tanpa menoleh sebenarnya sudah tahu itu siapa. Namun, aku menatap ke samping untuk memastikan. Benar saja, Feitan memandangku dengan ekspresi seperti tidak suka.
"Apaan, sih?" Aku berucap dalam suara yang pelan.
"Abaikan saja. Dia memang selalu begitu. Nanti kau juga terbiasa," ucap Pakunoda yang posisinya tidak jauh dariku.
"Mohon bimbingannya, senpai!" seruku bersemangat sampai secara spontan menyebut Pakunoda dengan sebutan senior.
Selanjutnya yang dibahas adalah wilayah-wilayah yang akan dilakukan pengintaian. Organisasi besar yang saat ini menjadi musuh bagi Genei Ryodan lumayan berbahaya dan terpecah ke dalam beberapa bagian di setiap sudut daerah. Masing-masing daerah memiliki markas cabang yang para anggotanya selalu menambah anggota baru untuk menambal kekurangan kekuatan. Bahkan mereka secara diam-diam melalui koneksi dunia bawah melakukan pencucian uang yang kemudian dijadikan bahan untuk mengiming-imingi penjahat-penjahat agar tergabung ke organisasi mereka.
Organisasi tersebut bernamakan Kuro Onii dengan pemimpinnya yaitu Greigh McKennie. Belum diketahui seberapa banyak eksekutif yang mereka miliki tetapi yang jelas, mereka juga menargetkan untuk menghancurkan Genei Ryodan. Kepopuleran Genei Ryodan di kalangan penjahat kelas kakap merambah pada rasa penasaran penjahat lain apakah organisasi Genei Ryodan benar-benar seberbahaya itu atau hanyalah kabar angin yang dibesar-besarkan. Sehingga tidak heran jika organisasi dari penjahat lain mengincar Genei Ryodan sebagai target pembunuhan.
Selain itu, Genei Ryodan juga adalah penjahat yang tercatat sebagai incaran dari Asosiasi Hunter sehingga siapapun yang bisa melakukan pembunuhan atau penangkapan terhadap anggota Genei Ryodan, bisa saja mereka menjualnya demi mendapatkan upah setimpal.
Lokasi markas sudah diketahui posisinya meskipun belum ada kepastian apakah itu markas asli mereka atau bukan. Maka dari itu, pembagian tim untuk melakukan pengintaian lebih jauh dilakukan. Selain memeriksa, kami juga diminta untuk menilai jumlah orang di organisasi cabang serta menimang kekuatan mereka agar bisa menyerang dengan efisien. Setelah segala hal yang diperlukan di dalam rapat Genei Ryodan ini, Chrollo menutup dan membubarkan anggota.
"Kortopi, kau temani Reist ke ruang penyekapan temannya dan bebaskan dia," perintah Chrollo.
"Ikuti aku." Kortopi mengucapkan itu padaku.
Kortopi melangkah mendahuluiku dan aku mengikutinya dari belakang. Dalam hati, aku berharap semoga saja Deefy tidak disiksa sebagaimana aku disiksa oleh Feitan.
.
.
T B C ~
Bab 11 : Rabu, 03 Januari 2024, 19:32 WIB.
.
A/N : Uyey! Udah dispill soal organisasi musuh dikit-dikit, aku mau rampungin masing-masing judul menjadi nama-nama member-member Genei Ryodan, baru deh masuk ke konflik utama untuk arc satu.
Nama organisasi sekaligus nama tokoh tambahan di organisasi tersebut murni karangan aku alias OC, karena seperti yang kujelaskan di Author Note bab-bab sebelumnya bahwa cerita ini mengambil timeline jauh sebelum timeline asli Anime HXH.
So, semoga suka ~
See you ✨
🌹Resti Queen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Listen To Me, Fei! (Hunter X Hunter FF | Feitan X OC)
FanficSemua orang berpikir bahwa aku sudah gila ketika aku dengan percaya dirinya mengatakan bahwa aku mencintai Feitan Portor, tokoh penjahat yang ada di dunia Hunter X Hunter dan bermimpi untuk menjadi kekasihnya. Lucu sekali, bukan? Itu adalah mimpi da...