Halo, Selamat Pagi/Siang/Sore
Apa kabar? Lama tidak bertegur sapa. Lebih tepatnya aku yang menghilang sekian tahun. Gak cuman menghilang, ditambah tulisan hiatus seolah menjelaskan Tujuh Pelukis sedang ditinggalkan. Baik, aku tidak melakukan pembelaan, memang pernah aku tinggalkan untuk beberapa tahun.
Tapi, tunggu dulu. Kali ini aku kembali dengan kabar baik. Yup, seperti judulnya, Tujuh Pelukis sudah terbit di Cabaca dengan judul "Our Sketch on Your Canvas". Yeay!!! Ada yang nungguin gak? Semoga masih ada ya. Kali ini beneran no gantung-gantung club. Insyaallah bulan depan (Februari 2024) tamat di aplikasinya.
Untuk lebih lengkapnya bisa langsung klik di link berikut ini https://cabaca.id/share_book.php?title=our-sketch-on-your-canvas&book=1905 atau dengan tautan eksternal di bagian akhir.
Mungkin dari kalian ada yang bertanya-tanya. Kenapa aku menulis terbit bukan publish? Sama seperti wattpad, cabaca juga berupa platform. Bedanya adalah Tujuh Pelukis berhasil menjadi novel premium. Gak hanya itu, aku juga diperkenalkan menjadi penulis official di instgramnya dong. Pastinya dengan perbedaan itu, ada harga yang harus dibayar. Misalnya 4 bulan menunggu jawaban seleksi, terbantai editor, sampai harus mengumpulkan naskah sesuai tenggat ditengah kesibukan realita yang sudah terbilang hectic. Lha, kok jadi curhat begini, wkwk.
Jadi, karena pembantaian editor cukup banyak, ada perubahan mayor. Tenang-tenang, aku tidak meninggakan satu pun karakter asli naskah Tujuh Pelukis itu sendiri. Aku hanya mempertajamnya agar semakin nyaman (eh emosional) bacanya.
Apa sih bedanya "Tujuh Pelukis" dengan versi remakenya "Our Sketch on Your Canvas"?
1. Tokoh utama. Aku lebih memfokuskan pada Aurin, Adhira, Finno, dan Rifan. Kenapa enggak bahas Syihan atau yang lainnya? Balik lagi ke fokus utama novelet ini sebenarnya adalah perebutan tempat ekskul di ruang seni. Kalian pasti terbagi jadi dua tim. Tim lukis (Aurin) dan tim musik (Adhira).
2. Penokohan. Karena sudah fokus ke beberapa karakter, aku berusaha membuat tokohnya benar-benar hidup. Misal kenapa dia bersikap begini? Bagaimana kisah masa lalunya? Terus bagaimana dia menyikapi konflik yang ada. Sampai perubahan karakter yang logis seiring jalannya cerita. Tokohnya aku buat sedekat mungkin dengan realita. Gak ada yang benar-benar hitam atau putih. Semua punya porsinya masing-masing dan malah itu yang bikin aku baper sama tokohku sendiri. Jujur aku jadi sayang banget sama Finno setelah baca ulang.
3. Konflik. Oke, seperti yang udah aku spoiler sebelumnya jika perubahan mayornya fokus ke perebutan ekskul. Ada tambahan lagi yang bikin kehidupan tokoh utama di sana jadi makin pelik. Sebenarnya kisah Tujuh Pelukis terinspirasi dari kisah nyataku. Kalau teman se-SMPku baca pasti paham siapa sih tokoh-tokoh 7 pelukis aslinya. Nah, kalau versi Our Sketch on Your Canvas (OSYC) aku pastikan tidak akan ada yang mengenalinya. Jadi, jangan berpikir memang kisah nyatanya sebar-bar itu.
4. Genre. Aku mengenalkan naskah ini sebagai kisah anak-anak remaja yang isinya kalau enggak belajar, bermain, cinta-cintaan, dan kompetisi. Nah, versi OSYC akan ada genre minor tentang parenting. Salah satu yang jadi pertimbangan adalah aku ingin memberikan gambaran bahwa peranan orangtua (ayah dan ibu) sangat berpengaruh pada karakter anak. Semoga bisa relate berapapun usia kalian.
Intinya, dari keseluruhan perbedaan yang kubahas, aku ingin OSYC lebih dekat dengan kalian dan bisa mengambil amanat dari kisah mereka. Semoga dengan tamatnya Tujuh Pelukis, akan menyusul tamat naskah-naskahku yang lain terutama novel pertamaku yang saat ini sedang menunggu inspirasi untuk lanjut.
Salam literasi,
Masfiya
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Pelukis [Terbit]
Teen Fiction"Tidak ada kata salah pada seni. Karena setiap seni mencerminkan perasaan penciptanya," kata seorang pelukis pada putrinya yang baru saja memegang kuas. Kalimat itu pula yang diucapkan pada siswa-siswinya pada suatu ekstrakurikuler. Kalimat yang men...