1

18 1 0
                                    

Jauh sebelum Audrey Hwang memasuki café itu, ada wanita lain yang telah melakukannya. Hobinya untuk berburu café membawanya ke sebuah tempat dengan nuansa rumah. Terletak di persimpangan jalan Ansburgh, berdekatan dengan Pelabuhan Southtale. Tidak pernah ada selebaran, atau promosi, atau apapun.

"Aleeya Jaeyoon Hwang, 28 tahun." Suaranya nyaris berbisik. Dia tidak suka perkenalan diri, pun tidak mengerti kenapa harus menelpon untuk menjelaskan nama lengkap dan spesifikasi menu favorit. Kalau bukan karena review, Aleeya pasti membatalkan kunjungannya secepat yang ia bisa.

"Apa anda memiliki keluhan?" si pelayan nampaknya berusaha keras menjaga fokus Aleeya, pasalnya, wanita itu tidak henti-hentinya memandangi sebuah foto hitam-putih. Seorang lelaki berbaju stripes dan wanitanya yang tertawa riang dalam pelukan.

"Nona Hwang?"

"A-ah, y-ya ... hanya sedikit lelah." Jawab Aleeya, memperhatikan warna baju si pelayan. Chocolate fondant, seharusnya dia mengenali warna ini sebelumnya. Telinganya menangkap tangis, seorang lelaki yang keluar begitu saja tanpa bicara. Menyusul seorang wanita yang histeris memohon-mohon di meja kasir.

Ada apa sebenarnya? Rasa ingin tahu Aleeya musnah begitu si pelayan menarik tangannya lembut, membawanya ke tempat lain yang lebih sepi. "Saya pikir ini hanya café,"

"Ini hanya café, tidak ada yang perlu anda khawatirkan. Sepanjang anda tidak melanggar aturan tata tertib di sini." Si pelayan merobek kertas dan memberikannya, "Bilik anda."

Nomor 3, tirai lavender frost. Aleeya tersentak ketika melihat warna favoritnya, kejutan muncul tatkala ia memasuki bilik yang membawanya ke masa lampau. Sebuah foto muncul, pasang insan yang berlarian di tepi sungai Han. Lalu kolase foto yang semakin membuat si wanita keheranan. Dia mengenali semua foto itu, ia yang memasangnya, bersama seseorang yang kini telah tiada.

Selain lavender frost, warna hijau mint juga muncul dalam bilik. Aleeya berusaha menahan tangis ketika menyadari bahwa ia tahu betul memori apa yang muncul sekarang.

Hari pernikahannya.

"Permisi, butterscotch coffee dan snowball cookie."

Aleeya mengangguk, mendudukkan dirinya di kursi dengan kening mengeryit. "Saya hanya memesan kopi."

"Itu bonus dari café kami, menu terbaru. Semua orang akan mendapatkannya."

Tidak ... bukan itu.

"Baik, terima kasih."

Menyisikan gaun putih tulang-nya. Aleeya tersenyum tipis ketika si pelayan mengajaknya berbicara, memintanya untuk menjawab beberapa pertanyaan—yang entah kenapa membuat si wanita beberapa kali bergerak tidak nyaman. Wanita itu tidak menyukainya, dia membenci orang-orang yang mencoba mengulik kehidupan pribadinya.

"Aturan kami adalah, memakan kue itu ketika anda siap. Apapun yang terjadi, bahkan hal yang terburuk sekalipun, anda tidak diperbolehkan bangkit dari kursi. Waktu anda satu jam, dimulai ketika saya pergi dari bilik ini." Lantas si pelayan pergi begitu saja. Meninggalkan satu senyuman lembut yang memberitahu si wanita bahwa ia tidak bermaksud jahat.

"Kopi ini sudah manis, kenapa tidak memberiku makanan lain saja. Bisa diabetes kalau begini caranya," monolog si wanita, memandang snowball cookie yang berjumlah 5. Jumlah yang sama dengan bungkusan kue di hari pernikahannya.

"Baiklah, satu saja."

Manik si wanitatahu-tahu basah, dan ia tahu seseorang telah memasuki biliknya sekarang.

Butterscotch Coffee || Lee Know Stray KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang