3

6 0 0
                                    

Langkah si wanita benar-benar lamban ketika pergi dari café. Tidak ada penjelasan apapun soal apa yang terjadi, pikiran Aleeya terlalu kacau. Sebagian darinya mual sehingga opsi teraman sekarang adalah pulang.

"Aleeya Hwang!"

Si wanita masih menahan mual ketika ia berbalik. Seorang pria di balik kemudi yang tergesa keluar, "Kamu darimana?!"

"A-ah? Kak Donghyun?"

"Kamu darimana sih?! Satu jam hilang gitu aja, ditelpon enggak diangkat, Minho nyariin nih!"

"Hah?"

"Udah buruan!" Donghyun menarik kuat tangan Aleeya, memasukkan si wanita ke dalam mobil dan tergesa mengemudi. "Kamu kebiasaan, suka nge-silent handphone. Taehyun sama Minho enggak ada yang bisa ngehubungin kamu juga."

"Mau kemana sih? Hari ini aku enggak punya janji, kita pulang aja. Enggak ada rapat segala macam juga kan."

Donghyun menoleh, memandangi si wanita dengan wajah heran. "Kamu nangis kenapa lagi sekarang?"

"Kakak ngapain sih? Ini mau kemana?"

"Aleeya?"

"Kenapaaaa—udah ini mau kemana, rumah aku belok kanan—kak!" Aleeya memukul lengan Donghyun, "Ngapain sih, aku enggak mau dipaksa ya!"

"Apanya—heh kamu amnesia atau gimana?" Donghyun menempelkan punggung tangannya di kening Aleeya, "Minho sudah nungguin loh, kamu beneran lupa kalau hari ini kalian ada gladi bersih?"

Aleeya mengeryit, "Kak, sudah cukup Kak Minho aja yang jahil. Enggak lucu banget bercandanya,"

"Bercanda apanya, tuh! Tuh lihat ada Minho di depan!"

Si wanita terdiam. Menatap pria yang menghampiri mereka dengan raut khawatir. "Kamu kemana aja?" tanya Minho, membukakan pintu untuk wanita-nya.

"T-tadi ... Kak Minho ngapain disini?"

Satu yang Aleeya tangkap, senyuman hangat Minho. Pria itu membawanya pergi setelah mengucapkan terima kasih pada Donghyun.

"K-kak Minho kenapa ... ini sudah 8 tahun. Umurku 28, kan?" Aleeya tidak mempercayai penglihatannya, dia hanya ingat keluar dari café dengan wajah lesu dan mata bengkak. Mendadak merasa mual lalu Donghyun datang dan membawanya paksa.

"Iya, umurku juga 30 tahun. Semuanya masih sama, Aleeya." Minho mengusap pipi Aleeya, "Bengkak banget, kamu sesedih itu ya ketemu aku di café?"

Satu pukulan, rasanya Aleeya ingin meneriaki pria itu karena membuatnya jantungan di saat seperti ini. "Kita ... nikah? Tiba-tiba? Aku belum siapin gaun, aku belum kepikiran dekorasinya."

"Kesempatannya sekali, aku enggak mau buang waktu." Minho tertawa kecil, "Semuanya sudah kurencanain, besok sudah hari pernikahan. Semua akan baik-baik aja."

Aleeya mulai terisak, memeluk Minho yang hari itu mengenakan sweater favoritnya. Wangi favoritnya menyeruak, pelukan yang hari itu bisa terbalas. Setelah 8 tahun berlalu.

"Kangen Kak Minho," cicit Aleeya, "jangan pergi lagi, aku enggak suka sendirian."

"Iya, kitten. Aku disini," Minho mengecup pipi Aleeya, menatap langit yang mendadak cerah. "Bahkan semesta tahu itu."

Ya, semesta mengerti. Sebab setelah 8 tahun pula, ia bersukacita atas kembalinya senyuman si wanita Hwang. Juga tawa yang telah lama menghilang. Semesta mengembalikan setengah kisah yang belum usai kepada penulisnya, memberikan kesempatan bagi hati untuk bersatu, belahan jiwa pada pasangannya.

"Taehyun sudah nikah, kamu sebentar lagi, terus aku kapan?" gerutu Donghyun, buat mereka tertawa.


🎉 Kamu telah selesai membaca Butterscotch Coffee || Lee Know Stray Kids 🎉
Butterscotch Coffee || Lee Know Stray KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang