" Hey!!" teriak Ara menghampiri gerombolan anak laki-laki seumurnya tengah mengeroyok anak berbadan gemuk.
Anak-anak yang mengeroyok anak berbadan gemuk itu langsung saja menolehkan pandangannya ke arah Ara yang mendekati mereka.
" Kalian kenapa belantem dan kenapa mukulin dia?" tunjuk Ara kepada anak berbadan gemuk yang tengah menangis sambil terduduk menunduk ketakutan.
" Karena dia enggak becus jadi kiper, jadi tim aku kalah karenanya!" ucap anak berambut ikal sambil menunjuk anak gemuk tersebut.
Cuman kalah dalam permainan sampai teganya mereka memukuli temannya sendiri, hanya masalah sepele mereka perbesar. Dasar anak-anak.
Kiper? Pikir Ara, iya hanya kiper sampai bertengkar.
Ara kecil mengangguk paham " Cuman gara-gara kipel, kalian pukulin dia?"
" Bukan kipel aja, dia itu enggak pantas main sama kami. Dia itu jelek dan pembawa sial!" ejek anak yang agak tinggi dari teman-temannya.
" Kata nenek aku, kalau menghina itu enggak baik!" nasehat Ara lalu menghampiri anak berbadan gemuk.
" Terserah kamu, yang penting kami enggak mau main sama dia! Dasar pembawa sial!"
" Uuuuuhhhh!!!" serempak gerombolan tersebut lalu pergi meninggal kan Ara dan si anak gemuk berduaan di lapangan.
Ara mengusap air mata anak lelaki berbadan gemuk itu " Jangan nangis, nama kamu siapa?" tanya Ara kepada anak laki-laki berbadan gemuk yang sudah mereda tangisannya.
" Nama aku, El." Ucap El dan Ara langsung menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat, tentu saja dengan senang hati El menerima tangan Ara.
" Aku Ala."
" Ala?" ulang El mengulang perkataan Ara
" Ala bukan Ala, aihh." El yang tidak mengerti hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Ara hanya pasrah, begini nih kalau dia tidak bisa mengucapkan huruf 'r'. El yang melihat Ara murung ia langsung berpikir sejenak apa yang dimaksud oleh Ara.
Satu ide muncul dalam benak pikiran El. " Maksud kamu Ara?!" tanya El antusias dan diangguki oleh Ara mantap.
" Ya sudah yuk beldili, kita main ke taman dekat lumah ala." El mengangguk patuh, kemudian mereka berdua berdiri dan beranjak pergi meninggal kan lapangan.
.
.
.
.
.
.Setibanya di taman El menggaruk tengkuknya yang tak gatal, mengapa tempat ini tak asing baginya. Bukankah ini daerah tempat tinggalnya berada.
Jadi selama ini Ara dan dirinya berada dikompleks yang sama tapi mengapa dirinya tak tahu jika Ara berada dikompleks yang sama.
" Ara, rumah kamu di mana?"
Ara menunjuk kesalah satu rumah yang berada di dekat taman " Itu..." El terdiam sejenak, ternyata rumah dirinya dan Ara berhadapan." Rumah kita berhadapan Ara! Lihat itu rumah aku.." ucap El antusias sambil menunjuk rumahnya yang berhadapan dengan Ara.
Ara yang melihat arah telunjuk El yang mengarah kan ke rumah yang berada di depan rumahnya.
" Tapi kok aku baru ketemu kamu tadi di lapangan, padahal kita tetanggaan." heran El pasalnya dia baru melihat Ara.
" Aku baru saja pindah El,"
El hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lalu mereka berdua tertawa lepas dan bermain kejar-kejaran.El berhenti berlari begitu pun Ara, El mengelap keringat yang berada di dahi Ara menggunakan tangannya yang gemuk.
" El mau Ara jadi sahabat El, Ara mau?" Ara mengangguk menyetujui
El tersenyum dan didetik itu pula El menggelitiki perut Ara, keduanya tertawa lepas.
.
.
.
.
.
.Hari-hari El dan Ara selalu bahagia diiringi dengan canda dan tawa, satu bulan berlalu persahabatan mereka bertahan sampai saat ini. El kecil berlari menuju rumah Ara yang berada di depan rumahnya, El tidak sabar untuk bertemu dengan Ara.
Ketika berada di depan rumah Ara, El seketika berhenti ketika dia melihat Ara yang keluar dari rumah sambil menarik koper berukuran kecil. Ara yang melihat El berdiri di depan rumah, langsung saja dia berlari dan berhambur ke peluk kan El.
" El, Ala mau pelgi.." lirih Ara lalu melepaskan pelukannya
" A-ara mau pergi ke mana?" tanya El seketika kalut dengan rasa bersedihnya, di mana orang yang ia sayang seperti Ara harus meninggalkannya.
" Ala mau pindah lumah El dan Ala mohon El halus kuat ketika dihina. Oh iya, Ala punya sesuatu untuk El." Ucap Ara lalu berjongkok dan membuka koper mini berwarna pink tersebut, setelah menemukan apa yang dia cari kemudian Ara memberikan kepada El sebuah boneka kingkong berukuran kecil dengan balutan baju pink yang terpasang di badan kingkong.
" Nih untuk El, kalau El kangen Ala. El tinggal peluk saja ini boneka, Ala janji bakal kembali lagi untuk ketemu El." Janji Ara, kemudian Ara menyodorkan jari kelingkingnya dan El menerima. Jari kelingking mereka saling bertautan satu sama lain.
" Janji!" ucap mereka serempak
" Ara ayo masuk ke mobil!" teriak papah Ara yang berada di dalam mobil. Ara yang mendengar teriakkan papahnya langsung berbalik ke arah rumahnya dan menuju mobil, namun ketika melangkah, langkah kecilnya terhenti karena namanya terpanggil oleh El.
" Ara!" Ara pun membalikkan badanya kemudian El melepaskan sesuatu dijari telunjuknya lalu memberikan sebuah cincin kayu berwarna coklat.
" Ini Ara simpan dan jaga baik-baik." Dengan senang hati Ara menerima cincin tersebut, Ara melihat cincin tersebut dan terdapat sebuah ukiran nama R. ElPATIH. Mungkin nama El pikir Ara, ketika ingin bertanya tentang ukiran nama tersebut suara teriakan papahnya kembali terdengar melengking ditelinganya.
" el it-" ucapan Ara terhenti oleh papahnya " Ara! Cepatan!"
" Ala pelgi dulu El, sampai jumpa lain waktu." Ucap Ara lalu berlari menuju mobil dan El hanya mengangguk saja.
El hanya terdiam melamun, ketika mobil sudah berjalan dan Ara menyebul kan kepalanya keluar jendela lalu melambaikan tangannya begitu pun El." Dadah El!!!" teriak Ara
" Dah Araa!!!"
Minggu, 11 april 2021
Holla :)
Selamat datang dicerita baru ku
Jangan lupa vote gak bayar kok cuman klik bintang doang:v
See you next time...🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary El
Teen FictionRadam Elpatih Wijaya atau sering disapa El yang adalah ketua dari komunitas motor dengan nama " Rozen " Mungkin kalian berpikir ketua geng itu bersifat dingin dan bringas tapi sialnya itu bukan sifat Radam. Ini kisahnya yang mengejar wanita pujaan s...