[Chapter 1]

11 5 0
                                    

(Follow sebelum membaca)


Gadis berusia 16 tahun kini menggeliat kala sang mentari menembus ke dalam kamarnya melalui jendela besar yang tadinya tertutup rapat kini terbuka sempurna akibat ulah sang bunda.

"Bangun, sayang! udah mau jam tujuh nih, memangnya kamu tidak sekolah?", Teriak Bunda Linda. Ish, padahal bunda ada di dekatku, mengapa harus pakai teriak coba? batin Zura.

"Hoaaa ya sekolah dong, bundaku yang cantik jelita. Tapi Zura masih ngantuk, bun", Jawab Zura dengan mata yang masih terpejam.

Reflek bunda mengambil tangan Zura dan membawanya ke kamar mandi dengan keadaan mata yang masih terpejam.

"Sekarang kamu mandi, apa perlu bunda suruh kak Renald buat mandiin kamu?"

Huh! kalau bunda sudah berkata seperti itu, Zura tidak bisa lagi membantah. Seketika matanya terbuka lebar setelah bundanya mengucapkan itu.

"Iya bundaku sayang iyaa, aku mandi sekarang nih", Bunda yang tadinya memasang muka seram kini dirinya tersenyum lebar dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

Tidak membutuhkan waktu lama, kini Zura sudah memakai seragam batik tercantik sepanjang sejarah persekolahan itu. Pagi ini ia akan berangkat sekolah bersama kak Renald, kakak laki-lakinya sekaligus saudara satu-satunya. Saat ini kak Renald sudah duduk di bangku perkuliahan, jarak umur Zura dengan kak Renald hanya berbeda 3 tahun saja. Jadi wajar saja jika mereka terlihat sangat akrab. Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, kini mobil kak Renald berhenti tepat di depan gerbang untuk menurunkan Zura sembari berkata..

"Belajar yang pinter Lo tuh, dek! Jangan kecewain Ayah, Bunda, termasuk Gue!", Tutur kak Renald. Selalu hafal, pasti kak Renald akan mengatakan itu saat mengantarkan Zura ke sekolah dan tak lupa sembari mengelus lembut rambut Zura.

"Iya, kak. Siap!", Jawab Zura sumringah.

Setelah kak Renald melenggang pergi menuju kampusnya, Zura pun dengan segera masuk ke dalam sekolah karena jam sudah menunjukkan pukul 06.45 yang artinya kurang 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi.

Alhamdulillah nggak telat, batin Zura.

Disaat Zura memasuki gerbang dengan sedikit menunduk, tak sedikit pasang mata yang memperhatikannya dengan tatapan sulit diartikan, entah itu tatapan kebencian atau kekaguman. Tapi, tatapan itu seolah menandakan arti kebencian yang sangat mendalam.

Zura berusaha mengabaikan tatapan-tatapan maut dari mereka, karena itu sudah menjadi makanan sehari-hari baginya, tanpa berpikir panjang Zura pun kembali berjalan menuju kelasku. Sesampainya dikelas, ia seolah langsung disorot oleh seluruh pasang mata yang ada di kelasnya. Seluruh anggota kelas yang selalu mengamatinya dari ujung kaki sampai ujung rambut setiap kali Zura memasuki kelas. Hal seperti itu sudah dianggap biasa oleh Zura. Namun berbeda dengan temannya yang satu ini, Alea namanya. Alea adalah teman baik Zura sedari masa orientasi sekolah, sampai sekarang. Alea sangat tidak suka jika ada satu orang saja yang mengamati Zura dengan tatapan maut seperti tadi, tapi Zura selalu menegur agar Alea tidak terpancing emosi.

"Pagi Zuraku yang cantik jelita"

"Tumben kamu telat, ra?" Tanya Alea yang heran kepada Zura. Memang, Zura merupakan tipikal siswa yang sangat jarang sekali terlambat. Namun, hari ini berbeda, Zura terlambat karena hari ini adalah hari pertama dirinya sekolah setelah liburan panjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dream And SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang