1

1 0 0
                                    

Selamat berkelana tuan, aku mungkin tak lagi ada di sampingmu pada sepanjang jalan yang kau tempuh. Mungkin pula aku tak lagi mendapatkan kabar untuk segala sesuatu yang berhasil kau tuai. Namun doa-doa baik tak pernah putus kusemogakan untukmu.

Beberapa waktu mendatang semesta mungkin tak mempertemukan kita lagi. Seperti tuturmu di pagi itu, setiap orang punya masa dan setiap masa punya orangnya.

Hari itu aku meratapi kepergian mu. Rasa tak ikhlas memenuhi ruang hati. Menangis, meraung hingga menyakiti diri sendiri. Namun di hari-hari selanjutnya aku belajar menerima diriku yang tidak lagi ada kamu di dalamnya. Aku belajar ikhlas pada setiap hal yang hilang. Sesekali aku masih meratapi kepergian mu.

Memandang hina pantulan diri sendiri di cermin. Tak jarang merasa tak pantas untuk di cintai. Melawan ketakutan-ketakutan yang tak mampu ku kendalikan. Aku mencintaimu, sungguh. Tak ada benci yang hadir setelah hidupku hancur berantakan karena sebuah pengkhianatan. Aku masih menyemogakan keselamatan juga kebahagiaanmu. Semoga tuhan selalu menggenggam erat jemarimu.

Aku paham sekarang jika bentuk cinta begitu beragam. Dan memutuskan untuk menghargai kepergian mu juga salah satu bentuk cinta yang aku miliki.

Memang tak mudah untukku berdamai dengan diri sendiri selepas kehilangan. Namun aku tak ingin berlarut dalam kesedihan. Aku tak mau jika sedihku menjadi sebab langkahmu dipersulit oleh tuhan. Itu sebabnya mengapa aku terus berusaha sembuh dan tak berlarut dalam duka ini.

Berbahagia selalu, aku sudah menerima diriku sendiri. Aku juga sudah memaafkan dirimu bahkan tanpa kau meminta untukku maafkan. Aku tak pernah membencimu. Dan kuharap aku bisa segera berhenti menyudahi cinta yang ada ini.

Selamat Berkelana Tuan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang