[3]

83 8 0
                                    


"Dia seperti tau apa yang aku pikirkan."

"Jungwon!" Panggil Sunghoon setengah teriak menyadarkannya dari lamunan.

Ternyata dirinya sudah tertinggal jauh sedangkan Sunghoon dan Suno berdiri di dekat air terjun sambil melambai tangan memanggilnya.

"Kenapa kau diam saja, apa yang kau pikirakan? Kemari, kau tak mau ketinggalan darah dombakan?" Sahut Sunoo tersenyum, kembali seperti membaca pikirannya yang sudah mendambakan darah domba sejak perjalanan tadi.

Jungwon meneguk ludahnya lalu berlari dengan tergesa. "Iya, tunggu aku."

Sesampainya di dekat air terjun ia terkesima ternyata dibalik air terjun ada jarak antar gua yang menjadi tempat singgah Sunoo.

Sunoo dan Sunghoon silih berganti masuk saat giliran dirinya masuk ia kembali terkesima ternyata bajunya tak basah sedikit pun saat terkena derasnya air terjun.

"Wah, ini kah namanya air terjun-"

"Ilusi. Semua yang kau lihat dan kau rasakan di sini semua hanyalah ilusi Won itu semua tak nyata, ini semua hanyalah semata-mata sihir supaya orang-orang dapat tertarik berkunjung kesini sekedar untuk mengalihkan pikiran dari masalah hidupnya sejenak," potong Sunoo untuk ketiga kalinya menjawab isi pikiran Jungwon tanpa diminta dan untuk ketiga kalinya pula Jungwon terheran-heran meskipun pada akhirnya Jungwon hanya mengangguk paham.

Sedangkan Sunoo hanya tersenyum penuh arti karena ia memang bisa mengetahui isi pikiran Jungwon.

Sunghoon yang sadar kelakuan Sunoo memilih diam, sudah terbiasa melihat senyum jail itu.

"Pantas saja aku merasa damai ketika menginjakkan kaki kemari," cicit Jungwon menatap ke sekelilingnya yang disambut gelap dan sunyi.

"Karena terkadang kita hanya butuh ilusi untuk bahagia."

Penuturan Sunoo sambil berlalu di sebelahnya itu membuat ia mendadak beku, membenarkan dalam hati bahwa Jungwon jadi sadar setelah ini kebahagiaanya seperti harta, tahta, dan keluarga sudah direnggut habis hingga kini yang tersisa hanya ilusi dari dirinya sendiri agar tetap menjaga kewarasannya.

Tapi ia seolah menganggap perkataan Sunoo angin lalu enggan sampai hanyut pada isi pikirannya, masih banyak hal yang harus Jungwon pikirkan, bukan saatnya untuk meratapi nasib.

Sedangkan Sunghoon ia sudah lebih dulu mendudukkan diri di sofa berlapis bulu beruang sambil mengselonjorkan kaki jenjangnya, seakan-akan ia sudah lama tinggal di sini melupakan statusnya yang seorang tamu.

Kepala Sunghoon terasa berat sebab menampung banyak pikiran tentang rentetan kejadian yang tak ada habisnya sejak semalam.

Untuk saat ini ia hanya butuhkan ketenangan agar bisa menjernihkan pikirannya lalu merencanakan bagaimana kedepannya.

Di gua itu Jungwon menangkap perabot tua namun antik mengisi tiap sudut gua dengan tertata rapi dan bersih meskipun keadaan remang-remang memandang

Rasa hangat langsung menyelimuti mereka yang sudah semalaman dari luar, nyaman sekali meskipun tinggal di dalam gua, pikirannya berkelana sudah berapa ribu tahun Sunoo menghabiskan kehidupannya hanya berdiam di sini, apa dia seorang diri?

Begitu banyak pertanyaan dalam isi pikiran Jungwon melihat tempat yang asing ini, jarang ia temui meskipun sudah hidup jauh beribu tahun.

Sampai retinanya berakhir di sebuah bingkai yang terpajang di dinding gua, ia tertarik untuk menatatapnya lekat-lekat, di bingkai itu terlukis wajah Sunoo bersama seorang perempuan yang memeluk lehernya dari belakang meski lukisan itu hanyalah sebuah goresan kuas coklat tanpa di isi warna, tapi masih jelas kalau cara senyum mereka sama persis sekali.

FATE [JAYWON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang