8.

455 78 27
                                    

Why

- HANCUR LEBUR -

⚠️⚠️

"BRENGSEK, LO"

Reva harus kembali menahan nyeri takala punggungnya terbentur ujung meja yang lancip cukup keras. Gracia mendorongnya seperti seekor binatang tak berguna. Menyeretnya dari halaman rumah sampai kamar Reva.

"BANGUN"

Belum usai dengan rasa sakit, kini Reva harus menahan napas saat kerah bajunya ditarik oleh Gracia. Dia menatap mata kakak keduanya dengan sendu, menyiratkan ketakutan terhadap apa yang Gracia lakukan.

"MAU LO APA?"

Teriakan penuh amarah itu menggema didalam ruangan, memasuki rungu Reva begitu menyakitkan.

"JAWAB!"

Jika bisa, Reva akan menjawab dengan lantang bahwa dia hanya ingin semuanya kembali kesemula. Dia hanya ingin rumah mereka benar-benar bisa menjadi tempat pulang yang nyaman seperti dulu.

Sayangnya, bagi Reva itu semua hanya angan yang fana. Karena yang sudah hancur lebur, tidak bisa dikembalikan seperti semula. Iya, sekiranya itu yang Reva tahu.

"S-sakit k-kak..."

Rintihan yang Reva keluarkan justru membuat Gracia semakin menggila dengan tatapan yang seakan siap membunuhnya.

"CHRISTY LEBIH SAKIT DARIPADA LO!"

"SETELAH LO BUNUHAYAH, LO JUGA MAU BUNUH CHRISTY?"

Reva menggeleng pelan. Demi Tuhan, dia tidak ingin Christy pergi. Cukup ayah, jangan Christy.

"TERUS LO KEMANA AJA SIALAN?" Napas Gracia memburu hingga dapat didengar oleh Reva. Rahangnya mengeras, berteriak keras pada Reva yang ketakutan.

Gracia sakit hati melihat Christy, yang begitu dia jaga kini terbaring di ranjang rumah sakit dengan lebam sana sini. Gracia benci pada manusia yang membuat Christy terluka. Dan gracia benci pada Reva.

"M-maaf kak.... maaf... "

Reva tahu jika gracia tidak akan mudah memaafkannya. Reva sadar terlalu banyak kata maaf yang dia ucapkan. Janji Reva, ini yang terakhir.

"MAAF? GUE GAK BUTUH MAAF SAMPAH LO!" Sentak Gracia kesekian kalinya.

"LO INGKAR! LO INGKAR JANJI SAMA AYAH!"

"Dan lo tau apa akibatnya kalau lo ingkar janji?" Suara Gracia menurun namun penuh penekanan setiap katanya.

Reva tak bisa apa-apa selain mengangguk patah-patah. Dalam setiap tarikan napas yang terasa menyakitkan, Reva selalu berharap Christy baik-baik saja.

Christy, sebegitu pentingnya bagi Reva.

Christy, berlian yang harus dia jaga.

Christy, alasan Reva masih tetap dibumi.

Brakkk

"A-aahk"

Setelah diangkat tinggi-tinggi oleh Gracia, tubuh Reva kembali dilemparkan begitu keras seperti binatang. Rasa nyeri merambat dari pinggang sampai punggung atasnya. Napasnya terasa semakin tercekat, sesak, sakit dan takut menjadi satu.

Setelahnya, Gracia mengambil ikat pinggangnya yang terbuat dari kulit lalu memutar paksa tubuh Reva. Dengan perasaan tak karuan, dia akan melukis sesuatu dipunggung adiknya sendiri.

Hari itu, Reva berharap semoga Tuhan masih berbaik hati memberinya napas.

******

ѕєνєη𝗕𝗮𝘁𝘁𝗹𝗲𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang