2.

531 76 11
                                    

Why

-SUDUT PANDANG-

Reva menatap menatap pantulan dirinya di cermin. Pahatan cantik yang hampir mirip sang Bunda -Veranda alena ginanta.
Menyinggung soal sang Bunda, sudah hampir dua tahun mereka hidup dirumah tanpa pengawasan Veranda. Terlebih semenjak Ayah pergi. Bunda jadi sering kerja di luar kota. Reva kangen Bunda.

"Cantik banget gw" Puji Reva pada diri sendiri. Ya iyalah, orang visual Bunda sama Ayah aja ngak main-main. Pahatan Tuhan tercantik bagi Reva itu Bunda dan Ayah.

Reva keluar dari kamar dan langsung turun ke meja makan. Sudah ada yang lain dan mereka sudah sarapan duluan. Jika Christy yang telat akan mereka tunggu sampai datang.

Chika yang menyadari kehadiran Reva langsung bertanya. "Mau kemana lo?"

"Mau dagang"

"Kalau di tanya itu jawab yang bener" Kata Ara seakan tidak suka dengan jawaban Reva yang terkesan kurang sopan.

"Lah, emang mau dagang. Di sekolah mau ada ujian praktek dagang" Chika langsung menyenggol pundak Ara. Seolah mentertawai Ara yang menahan malu.

"Awas aja lo, kalau buat masalah di sekolah atau bolos sama antek-antek lo itu. Inget Rev, lo dari keluarga 'kinal pratama yuda' yang terpandang baik oleh orang"

Reva langsung menatap Gracia dalam memangnya kenapa? Reva tidak sebodoh itu dalam bertindak.

"Seburuk itu kah gw dimata lo, kak?"

Shani yang merasa situasi mulai memanas lantas menghentikan perdebatan mereka. Dia sedikit menatap tajam pada Gracia yang selalu memancing emosi. "Masih pagi ya, tolong jangan ribut. Reva, mending lo diem aja"

Reva merenggut merasa tersudutkan.

"Apasi? Gw dari tadi diem. Kak Gre pikirannya buruk banget tentang gw, sebenci itu kak?"

"Lo itu emang udah di cap buruk sama keluarga. Sifat lo gak ada cerminan keluarga Kinal sama sekali"

Sakit? Banget. Kalau diingat-ingat mereka sama buruknya dengan sikap Reva. Pilih kasih itu keliatan jelas banget, Reva bisa apa? Tidak ada yang di pihaknya, jadi dia akui dia kalah. Tanpa banyak bicara Reva langsung mengambil tas nya dan pergi dari sana. Dan yang lain hanya diam, tidak peduli Reva sudah sarapan atau belum.

...................

Saat waktu istirahat, Reva tak sengaja berpapasan dengan Christy yang berjalan acuh tanpa peduli akan kehadirannya. Rasanya sakit banget. Seburuk itu Reva sampai adiknya sendiri aja bersikap seolah-olah tak kenal dengan dia. Tapi Reva total acuh, berusaha membuang pikiran seperti itu agar hatinya tenang, Christy itu sama sekali tak mau keliatan dekat dengan Reva. Jahat memang, tapi Reva dengan bodohnya masih memperhatikan Christy.

"Woy, diem aja lo. Ke masukan pocong kaku?"

Reva terkejut ketika Flora dengan sepontan-nya menepuk pundak belakang Reva keras. Asli deh, ada tempat lelang sahabat gak? Reva bisa-bisa jantungan kalau dikagetin terus.

"Apa nying?" Tanya Reva dengan raut tidak bersahabat.

"Ikut gw!" Flora langsung menarik tangan Reva dan menuju kearah kantin.

Saat sampai kantin keduanya sontak terkejut karena tak biasanya kantin ramai jam segini. Dipaling pojok juga terlihat segerombolan siswi yang sedang ribut seperti arisan ibu-ibu. Reva dan Flora ingin tau, lantas menerobos kerumunan dan lagi-lagi dibuat terkejut.

Disana ada Christy yang sedang memegangi sudut bibirnya yang berdarah.

"Makanya jadi bocah itu jangan songong!" Seorang dengan seragam sekolah acak-acakan berujar keras dan mengambil perhatian Reva. Sekali liat saja dia sudah tau jika orang itu adalah kakak kelas.

ѕєνєη𝗕𝗮𝘁𝘁𝗹𝗲𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang