Eanraig berdiri di pinggir kolam. Ia menatap pantulan dirinya di permukaan air yang tenang. Angin bertiup lembut, membelai rambutnya.
“Eanraig.”
Suara yang didengar Eanraig membuat hatinya terasa perih. Ia menarik napas, lalu menoleh.
“Apa Kakak sudah tahu mengenai aku yang akan dilantik menjadi putra mahkota?”
Lashon mengangguk. “Sudah sebulan yang lalu.”
“Lalu kenapa Kakak tidak memberitahukanku? Kenapa Kakak hanya diam saja selama ini? Sebulan? Berapa kali kita bertemu dalam sebulan ini dan Kakak hanya diam?”
“Ayah melarangku, Eanraig. Kamu tahu seperti apa Ayah. Kalau Ayah sudah memberi perintah, tidak seorang pun yang bisa membantah.”
Eanraig mengepalkan tangannya. “Kenapa Ayah mencopot gelar putra mahkota dari Kakak? Apa Kakak berbuat salah? Bukankah Kakak lebih pantas daripada aku? Aku bahkan tidak punya kekuatan. Di antara kita berdua, hanya Kakak yang mewarisi kekuatan Ayah.”
Lashon menggembungkan pipinya. Ia kemudian menendang kerikil ke arah kolam.
“Maaf, Eanraig. Aku mengecewakanmu. Aku tidak bisa menjadi teladan untukmu. Untuk sekarang, aku tidak bisa menceritakan apa yang terjadi.”
“Karena Ayah melarang?”
“Kau tahu jawabannya.” Lashon menepuk pundak Eanraig. “Aku pergi dulu. Sepertinya, ada seseorang yang ingin bicara denganmu.”
“Siapa?”
Lashon tidak menjawab. Ia berbalik. Saat berpapasan dengan Roseanne, ia membungkuk memberi salam, kemudian lanjut melangkah.
Melihat gadis yang berjalan ke arahnya, rasanya Eanraig ingin meninggalkan kolam itu. Namun, sopan santun dalam dirinya menghalangi. Juga mengingat konsekuensi yang akan diterima dari sang ayah.
“Selamat sore, Pangeran Eanraig.” Roseanne membungkuk, memberi salam
“Selamat sore, Tuan Putri.”
Roseanne tersenyum canggung. “Apa ini tempat favorit Pangeran? Di sini sangat nyaman.”
“Maaf, Tuan Putri. Suasana hatiku sedang buruk. Bolehkah kita bicara nanti saja?”
Roseanne mengulurkan tangannya. Air kolam tiba-tiba beriak. Perlahan, tetes-tetes air naik ke udara. Air itu membentuk tangkai, daun, lalu kelopak. Mawar dari air. Ketika Roseanne meniupkan udara ke arah air berbentuk bunga itu. Dalam sekejap air itu membeku.
Tangan Roseanne terulur. Ia meraih setangkai mawar yang mendekat ke arahnya. Tiba-tiba air yang sudah membeku, mencair kembali.
Eanraig dan Roseanne serentak berjengit.
“Maaf, Pangeran. Aku belum terlalu mahir. Beberapa tahun lagi, mungkin aku bisa menggunakan kekuatanku lebih stabil."
"Apa kau ada di sini untuk memamerkan kekuatanmu? Oh ya, apa kau tahu aku tidak punya kekuatan seperti anggota kerajaan atau bangsawan lainnya?”
“Aku tahu, Pangeran. Tapi, aku tidak bermaksud memamerkan kekuatanku. Aku hanya ingin menghibur Pangeran dengan memberikan setangkai mawar air. Aku sudah sering berhasil membuatnya. Entah kenapa hari ini aku gagal. Mungkin aku terlalu gugup berada di samping Pangeran.” Roseanne memalingkan wajah, menyembunyikan pipinya yang memerah.
Eanraig bergeser beberapa langkah. Ia kemudian menatap Roseanne sepenuhnya. Gadis berambut ikal panjang itu sekitar sepuluh senti lebih pendek dari Eanraig. Bentuk wajahnya bulat, matanya besar, hidungnya tidak terlalu mancung, dan bibirnya terbilang tipis. Roseanne mungkin lebih cantik dari gadis yang telah ditunggu Eanraig belasan tahun ini. Namun, kecantikan Roseanne sama sekali tak punya daya pikat di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN OF TEARS
FantasyRoseanne jatuh cinta pada Pangeran Eanraigh sejak pandangan pertama. Tidak peduli Pangeran Eanraigh mengatakan sudah punya wanita yang dicintai, Roseanne tetap bersedia menemani pria itu. Di sisi lain, Kerajaan menghadapi pemberontak yang sudah mul...