Happy reading!
***
Menjadi pengangguran bukan berarti aku terus-terusan berleha-leha dan hanya rebahan di atas kasur. Didikan ayah dan bunda yang keras membuatku jadi seorang yang mandiri. Ayah dan bunda tidak memperkerjakan asisten rumah tangga, hampir semua pekerjaan rumah dilakukan sendiri.
Faktanya sejak aku nganggur, aku selalu ketinggalan dan absen saat sarapan pagi. Kata ayah, aku bangun terlalu siang. Padahal aku selalu bangun pagi, pukul 8 kadang lebih dikit.
Begadang selalu menjadi rutinitas yang biasa aku lakukan hampir setiap hari. Semalam setelah mengakhiri panggilan video dengan Nikolai, aku maraton menonton sweet home s2 dari episode 6-8. Lalu ketiduran sekitar pukul 4 pagi.
Dan.. ini gila!
Entah angin dari mana, hari ini aku bangun pukul 06.00! Yaa.. jam enam pagi aku bangun tidur. Butuh waktu setidaknya 15 menit untuk mengumpulkan nyawa. Aku melirik laptop yang belum tertutup di atas kasur disebelah tempatku tidur. Aku meraih benda itu, lalu menekan tombol daya. Banyak sekali notifikasi dari Nikolai, mulai dari sumpah serapah, kata-kata ancaman, kalimat permintaan maaf, dan lainnya.
"Gila nih orang!" Aku bergumam.
"Udah tua juga.. pake segala main Anom!"
Cklek!
Aku mendongak menoleh ke arah pintu saat mendengar suara handle dibuka. Muncul kepala bunda mengintip dari celah pintu.
"Masuk, Bun!" Kemudian bunda masuk, daster panjang semata kaki dengan lengan seperempat dan memakai celemek.
"Kamu nggak tidur!?" Bunda memicingkan mata menatap curiga ke arahku.
"Aku tidur kok Bun, ini baru bangun!" Jelasku.
"Buruan turun! Bantuin bunda masak!" Bunda berjalan mendekati meja, mengambil remote untuk membuka gorden.
Aku menutup laptop kemudian meletakkannya diatas meja samping tempat tidur. Aku turun dari kasur lalu berjalan ke pintu kamar mandi.
"Aku mandi dulu, ya Bun!"
45 menit untuk mandi dan berganti pakaian. Aku keluar dari kamar mandi lalu duduk di kursi didepan meja rias. Rambut dicepol asal, sedikit polesan bibir berwarna pink, semprot parfum, dan selesai. Aku keluar dari kamar berjalan menuruni tangga ke lantai satu dimana dapur berada.
"Tumben banget nih kebo bangunnya pagi." Bagas, kakak kedua ku menyindir dari ruang tamu yang letaknya di samping tangga agak jauh dikit.
Aku memutar bola mata malas kemudian menimpali. "Iyaa deh, babi yang bangunnya si paling pagi!"
"Isa!" Ayah yang sedang membaca koran dan duduk di sofa single menegur.
"Maaf bang, tapi emang bener! Para pendaki sering sebut babi sebagai Bagas!" Aku tertawa mencemooh.
"Anak setan!" Bagas mendengus.
"Maksud kamu.. Ayah setan?"
"Bukan gitu maksud Agas, Yah!" Bang Agas melotot seraya menggeleng ribut.
Dan itu menjadi perdebatan panjang antara ayah dan Bang Agas.
Didapur, bunda terlihat memasak banyak sekali makanan. Diatas meja makan terdapat dua buah rantang lima susun.
"Ada acara, Bun?" Aku bertanya kepada bunda yang sedang sibuk di depan kompor, terlihat mengaduk sesuatu di dalam wajan besar.
"Ada acara reuni di rumah Bang Ares, dia minta bunda masakin ayam rica-rica." Jawab bunda.
"Kenapa nggak pake jasa catering aja sih!" Aku mendumal.
"Udah pake, cuman Abang maunya bunda yang masakin makanan kesukaan dia." Tutur bunda.
Aku berdiri di samping meja makan lalu membongkar rantang, menata satu-satu diatas meja agar memudahkan bunda memasukkan masakannya.
"Kamu ikut juga!" Celetuk ayah yang ujuk-ujuk duduk di kursi samping aku berdiri.
"Ayah sama bunda juga!?"
"Iya, sama Bagas juga." Timpal bunda.
"Setengah jam lagi kita berangkat!" Tandas ayah.
"WHAT?!" aku memekik, "kenapa mepet banget sih! Bunda kenapa nggak bilang dari semalam!" Keluhku.
"Ayah udah bilang dari kapan hari waktu makan malam! kamu aja yang pelupa!" Sanggah bunda.
***
to be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous
Romance❗ Mature story | 21+ Berawal dari kegabutan Isa bermain anonymous. Bertemu dengan pria asing kemudian terjerat di dalam hubungan yang tidak pernah sekalipun terbayangkan dalam benaknya. Warning ❗ - penuh dengan kata-kata umpatan dan kalimat kasar ...