04

7K 42 0
                                    

Happy reading!

***

Seluruh tubuhku terasa sakit, kepalaku pusing, mulutku terasa pahit, perutku rasanya tidak nyaman. Aku membuka mata kemudian memicing saat merasakan cahaya lampu terlalu terang diatas langit-langit kamar.

"Elle.."

Pipiku ditepuk lembut, aku melirik. Apa-apaan! Nikolai kenapa bisa berada di sini! Dan.. tunggu! Ini dimana!?

"Elle.."

Aku kembali memejamkan mata, kepalaku benar-benar terasa sakit dan telingaku berdenging. Samar-samar aku mendengar suara langkah kaki yang banyak mendekat. Tubuhku diguncang beberapa kali, pipiku ditepuk sedikit keras, keningku disentuh, dan beberapa saat kemudian benda tajam menusuk lengan bagian kiriku. Lalu gelap datang menghampiri ku lagi.

Aku terbangun lagi saat langit sudah terang, aku mengangkat tangan sebelah kiriku saat merasa sesuatu mengganjal. Ohh itu infus-- what!? infus?

Aku melirik Bang Agas yang duduk di sofa pojok ruangan dengan lengan menutupi wajahnya.

"Abang.."

WTF! Suaraku kenapa begini, seperti tikus kejepit. Serak kecil dan terdengar aneh.

"Bang Agas!" Aku kembali memanggil karena tidak ada pergerakan dari Bang Agas, sepertinya tertidur.

"Udah bangun!" Aku dikagetkan dengan suara berat milik Nikolai yang baru saja masuk. Tidak terlihat karena pintu berada di sebelah kiriku, sedangkan aku menoleh ke kanan berusaha membangunkan Bang Agas.

Nikolai menarik kursi dan duduk di samping ranjang rumah sakit yang aku tempati. Aku menggeser tubuh berusaha untuk duduk, Nikolai yang melihat aku kesusahan segera membantu, bantal disusun supaya nyaman untuk tempatku bersandar.

"Kamu lemah banget, gitu aja udah tumbang tiga hari nggak bangun!" Nikolai menyeletuk.

Lemah? Dia meledekku!?

"Om siapa ya! Saya nggak kenal!" Aku menyahut sinis dengan suara yang aneh, yaa mirip tikus kejepit.

"Gaya pacaran lo jelek banget!" Bang Agas menyahut.

Tunggu! Pacaran!?

"Siapa yang pacaran?" Aku menoleh menatap bang Agas dengan mata melotot.

"Ya kamu lah!" Bunda menyahut dari arah pintu, ayah mengekor dari belakang lalu keduanya duduk di sofa bersama Bang Agas.

"Aku?"

"Iya.. kamu sama Niko pacaran, 'kan!?" Todong bunda.

"Pacaran sama orang tua ini!?" Aku menunjuk Nikolai yang keningnya ditembel kain kasa dan hansaplas. Pria itu mengambil tanganku yang menggantung di depan wajahnya kemudian digenggam, aku segera menepis. "Bunda bercandanya nggak lucu!" Tiga orang yang duduk di sofa itu menatapku malas.

"Makan dulu abis itu minum obat! Kepala kamu masih pusing?" Nikolai membuka kotak bento yang berisi bubur dan sayuran.

Aku melirik bunda yang senyam-senyum sendiri sambil melihat Nikolai.

"Perhatian banget mantu bunda!" Celetukan bunda membuat hatiku dongkol.

"Bunda kenapa sih!?" Aku bertanya sewot. "Nih orang mau jadi mantunya bunda, nikah sama siapa emang? Bang Agas?" Cibirku.

"Goblok!" Bang Agas mendengus.

"Ya sama kamu lah!" Bunda menyahut semangat.

"Woww.. emang dari awal gue udah curiga sama dua orang gila ini!" Bang Ares dan istrinya muncul dari pintu, membawa banyak sekali bingkisan.

"Curiga apa?" Sewotku.

"Lo pacaran sama Nikolai nggak bilang-bilang, dasar bocah setan!" Sungut Bang Ares.

"Aku nggak pacaran dan nggak kenal sama sekali sama nih orang!" Aku melirik sinis Nikolai.

"Ngaling terus!" Bang Agas mencibir. "Yah, temenin Agas ngopi!" Ayah mengangguk tanpa bersuara kemudian keluar bersama Bang Agas.

Aku menunduk, teringat.

Ayah menamparku karena orang gila yang duduk di sampingku ini.

"Kamu kenapa?" Nikolai bertanya, ia berdiri kemudian memegang pundak ku.

"Ada yang sa---"

Aku menepis sambil berteriak membentak. "JANGAN SENTUH!"

"Dek, Lo kenapa sih?!" Bang Ares geram dengan tingkahku.

"KALIAN YANG KENAPA?!" Aku berteriak.

"Berhenti bersikap kekanak-kanakan, dan bicarain baik-baik.. lama-lama Nikolai bakalan muak sama sikap lo yang labil ini!"

"Res.. jaga bicara Lo!" Nikolai menegur bang Ares untuk membelaku, menjijikkan.

Aku sakit hati mendengar bang Ares berkata ketus dan mencemooh ku.
Setelah ayah, sekarang bang Ares dan ini semua gara-gara Nikolai gila ini!

***

to be continue.

Anonymous Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang