Bian POV
Aku turun dari mobil jeep warna merahku dan berjalan menuju kelas dengan diikuti tatapan para gadis yang melihatku seperti tatapan memuja. Bukannya aku Ge-Er tapi memang seperti itulah kenyataannya. Namaku Fabian Nicholas Candrawijaya, biasa di panggil Bian. Aku adalah kapten basket disini. Walaupun bandel tapi boleh di uji kepinteran akademiknya.
Ketika aku ingin duduk di bangku ku tapi disana telah duduk seorang gadis yang tengah duduk sambil memainkan smartphone-nya tidak lain dan tidak bukan pasti gadis aneh itu. Tanpa pikir panjang aku merebut handphone tersebut dan memasukan kedalam kantong celanaku. Bisa kulihat tatapan berkilat tanda akan kemarahannya. "What the he... balikin hp gue!" Serunya kepadaku.
"Tidak secepat itu gadis manis." Kataku dengan senyum mengejek.
"Cepet balikin gak?!!!" Katanya mulai jengkel terhadap kelakuanku. Memang dia manis tapi tidak sesuai dengan tipeku.
"Angkat barang-barang busuk lo dari meja gue dan pergi dari tempat duduk gue, baru gue balikin hp lo. Atau lo mau duduk di pangkuan gue lagi seperti kemarin? Kalo gitu gue gak keberatan." Ucapku yang kembali membuat mukanya memerah menahan amarah. Dengan cepat dia mengambil barang-barang nya dan duduk di tempat dia semula. Dan aku menaruh hp nya diatas mejanya.
Selama guru menerangkan aku lebih memilih mendengarkan musik dari mp4 ku dan bermain games di smartphone-ku. Bukannya aku tidak menghargai guruku tapi buat apa juga aku mendengarkan kalau aku sudah sangat paham dengan materi tersebut.
Tidak sengaja aku melihat ada pergerakan di depanku yang ternyata gadis aneh itu sedang disuruh maju oleh bu ane yaitu guru fisikaku. Aku melihatnya kebingungan sendiri di depan dengan tangan kiri menggaruk lehernya dan tangan kanan yang memegang spidol tapi tidak tahu ingin menulis apa.
Lalu terdengar suara bu ane bertanya padaku "Fabian apakah kamu bisa membantu Emiliy menjawab soal ini?"
Tanpa menjawab aku berdiri melepas headset di telingaku dan berjalan menuju papan tulis. Tanpa izin aku merebut spidol dari tangan gadis yang baru ku ketahui namanya itu bernama Emily. Tanganku sibuk menuliskan rumus-rumus yang ku ketahui di papan tulis dan aku melirik gadis itu melalui ekor mataku sedang menatap takjub kearahku dengan mata melebar sempurna dan mulut terbuka sedikit. Aku hanya bisa mendengus geli. Dasar gadis aneh, pikirku.
"Wah Fabian kamu pintar jawabanmu sangat tepat sekali dan untuk kamu Emily sebaiknya lebih banyak memperhatikan ketika saya sedang menerangi materi." Jelas bu ane. Aku hanya tersenyum membalasnya sedangkan gadis itu hanya menganggukan kepalanya dan mendengus kesal kearahku.
*****
Jam berganti dan tibalah pelajaran olahraga. Pelajaran yang sangat malas Emily ikuti karna dia tidak pantai dalam olahraga. "Tan, ganti baju yuk." Ajak Emily pada gadis yang bernama Tania itu. Mereka berdua berjalan ber-iringan menuju toilet.
Setelah selesai berganti baju, semua anak 11 IPA 1 melakukan pemanasan. Lalu dibagi kelompok untuk melakukan olahraga volly.
Pak alex mulai menjelaskan permainan "Anak-anak jadi untuk hari ini kalian semua bermain volly setiap team berisi 3 putri 3 putra. Permainan kali ini memang campuran jadi kalian bermain secara sportif. Oke team pertama terdiri dari gita, yola, agnes, bagus, fatan dan bima.
Lalu team kedua hani, bunga, .....
Lalu team ketiga .......
Lalu team keempat Fabian, Jonathan, Tania, .....
Dan team terakhir Emily, Marcell, Galih, Gerry, Vita dan Vika. Oke yang pertama sekarang perwakilan ambil urutan main masing-masing team ke depan." Seru pak alex.
Marcell menjadi perwakilan kelompokku dan berjalan kedepan ternyata setelah mengambil kelompok kami akan tanding dengan kelompok yang menang istilahnya kaya nge-by.
Permainan pertama team 1 melawan team 3 berakhir dengan team 3 yang menang dengan perolehan skor 12-8. Dan permainan berlajut, team 2 melawan team 4 yaitu team Fabian. Permainan sudah setengah jalan dengan team 4 unggul 5 angka dari team 2.
"Gue yakin team Fabian pasti menang. Secara dia itu jago banget olahraga dan lihat mukanya kalo sudah begitu dia akan mengejar apa yang dia inginkan yaitu kemenangan." Ucap Marcell yang membuatku kesal dan takut sekaligus. Kesal karna dia memuji Fabian dan takut kalo kalo akan melawannya nanti.
Lalu tibalah teamku yaitu team 5 melawan team 3 setelah team 4 memenangkan permainan dengan skor 20-12. Dengan semangat aku mulai menservice bola dan permainan berlanjut dengan area yang semakin panas.
Dan permainan berakhir dengan teamku unggul 1 point.
Dan tibalah saatnya team ku melawan team Fabian. Permainan di dominasi oleh umpatan kesal ku karna Fabian selalu bisa membalas service ku.
Dan pada saat Jonathan mengambil alih bola tersebut untuk menservice tatapanku tidak sengaja terarah pada Fabian yang telah mengelap keringatnya dengan lengan baju olahraganya. Sexy, batinku.
Dan tanpa bisa di duga bola melayang kearahku dan terdengar suara teriakan dan gelap.
*****
Bian POV
Aku menatap aneh gadis yang telah menatapku dengan pandangan.. Err.. Mupeng. Tapi tanpa dia sadari bola melayang ke arahnya dan dia tetap memandangiku. "EMILY AWAS!" Teriakku mengingatkannya dan pada saat dia sadar dari lamunannya semuanya terlambat karna bola telah mengenai wajahnya dengan kerasnya. Dan tanpa terduga aku menghampirinya yang tergeletak di lapangan dengan hidung mengeluarkan darah.
Tanpa pikir panjang aku menggendongnya dan berlari menuju UKS. Aku membaringkannya di salah satu kasur di sana dan penjaga UKS mulai mengelap sisa darahnya dan memeri minyak angin di sekitar kepala dan hidungnya.
"Bian, bisakah kamu menggantikan ku memberi minyak angin ini? Aku harus pergi ada keperluan." Ucapnya yang langsung aku iyakan.
Disinilah aku duduk disamping tempat tidur dengan masih memberi minyak angin di kening dan hidungnya. Merasa lelah aku menaruh minyak angin tersebut dan mulai pergi ke alam bawah sadarku dengan kepala di tempat tidur dan tangan sebagai bantalan kepalaku.
*****
Typo? Sorry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescence
Teen FictionMasa remaja adalah masa pada saat seseorang mulai merasakan jatuh cinta dan patah hati.