Prolog

360 35 24
                                    

'tsk, dasar anak tak berguna!'

'kau seharusnya bersyukur kami mau merawatmu sialan! Tapi apa ini!? Mendapatkan nilai sempurna saja kau tak bisa!'

'saya menyesal telah melahirkan anak sepertimu!'

'dasar pembawa sial!'

'ma—maafin lio.. lio udah belajar giat mah..'

'halah! Belajar katamu!? Jangan percaya ma! Aku liat dia kemarin cuma tawuran sama temennya!'

'eng-enggak! lio gak pernah tawuran!'

'dasar! Kamu tuh harusnya sadar diri! Kamu itu cuma pembantu di sini! Dan kamu bilang saya mama kamu!? Saya saja gak sudi lahirin kamu waktu itu!'

'dasar cacat! Saya gak mau punya adik cacat seperti kamu!'

'dasar tak tahu di untung! Mati kau sialan!'

Bugh

Prang

'pa-pa...'

Bugh

'saya gak sudi di panggil papa sama kamu!' orang yang dipanggil papa itu hanya menatap dengan tatapan merendahkan.

Seolah olah lio hanya hama yang harus di singkirkan.

Seperti sampah yang harus di buang.

'm-mah... Kepala lio sakit..' ia memegangi kepalanya

Sakit,

Kenapa ia harus mengalami ini?

Apa karena dia memang pembawa sial?

Atau apa?

Keluarganya membencinya hanya karna satu alasan,

Cacat.

Dia tak bisa mendengar sehingga harus di pasangkan alat pendengar.

Itupun alat bantu itu adalah pemberian almarhum kakek dan neneknya.

Orang tuanya mana mau membeli alat itu untuknya.

Menggendongnya saja mereka tak pernah.

Ia hanya dirawat oleh para pembantu di rumah ini, orang tuanya hanya memedulikan kakaknya bahkan membela kakaknya yang melakukan pembunuhan.

Sedangkan dia? Bahkan saat dia di rundung mereka tak peduli.

Sangat tidak adil bukan?

"pa, biar aku saja yang menghabisi hama ini, dia sudah mencemarkan nama baik kita" rean (kakaknya) kemudian mengambil sebuah kayu dan memukul lio tepat di kepalanya dengan membabi buta

"argh..."

Ibunya? Hanya menonton tanpa niat membantu lio.

Ayah lio mengambil pisau dapur lalu tanpa aba aba menusukkannya tepat di dada kiri lio.

"MATI KAU SIALAN!"

Tepat di tusukan terakhir, lio menghembuskan nafas terakhirnya.

'kenapa? kenapa harus aku?'

Pembantu yang melihat itu hanya diam, meratapi nasib anak yang sudah mereka besarkan kini di bunuh oleh orang tuanya sendiri.

Anak yang malang.

Harus meregang nyawa di tangan ayahnya sendiri.

Hanya satu yang ia harapkan,

Semoga jikalau dia terlahir kembali, ia hidup bahagia bersama keluarganya.

Yah, semoga saja.

🍃

"dasar gila"

"kau ingin dia mati lagi?"

"tidak, biarkan dia merusak alurnya"

"kalau dia tidak bisa bagaimana? Kau mau dia berpindah lagi dan lagi?"

"tidak, aku akan memutar waktu terus menerus"

"kalau dia bunuh diri?"

"aku akan menempatkannya di dimensi lain"

"ck, cari orang lain sana! Kau ingin menyiksa anak itu? Bertransmigrasi terus menerus akan membuatnya gila"

"itu urusannya bukan urusanku"

"cih, dasar tak punya hati"

"dan si tak punya hati ini kakakmu"

"terserah! Aku ingin melanjutkan tugasku"

"tirsirih! Iki ingin milinjitkin tigiski"

"sialan"

"dasar sinting"

(。ŏ_ŏ)

"ukhh..."

"dimana?"

"halo tuan"

Deg

"siapa!?"

"saya sistem 730, akan mentransmigrasikan anda ke dalam dunia novel"

"tidak ada penolakan"

"saya akan mengirim anda dalam

3"

"tu—tunggu! sebenarnya apa yang kau—"

"2"

"dengarkan aku dul—"

"1"


"hei ap—"

Sebuah cahaya terang menyelimuti tubuh lio dan

Wushh~

Menghilang.

" berhasil"

"aku kasian dengan anak itu..."

"tapi ya sudahlah, mungkin dia akan bahagia di sana"

"mungkin..."

.

.

.

.

.

Tbc

Ku menangis~

Membayangkan~

Hidupku tanpa indomie di sampingku~

Harus slalu kau ingat~

Tuk turunkan harga indomieku~

Dahlah:)

Sayangnya indomie udah punya marjan:)

But it's okay

Gwenchana~

I'm fine~

Jangan lupa ketuk bintang di bawah๏︿๏

See you muach~

AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang