[[MATE 5]]

1K 82 3
                                    

Air dingin yang bergerak tenang membasahi tubuh ramping berkulit pucat dari sosok yang berendam di sana. Kim Dokja tampak tengah membasuh dirinya. Menyelamkan seluruh tubuhnya hingga ke bahu kemudian membenamkan wajahnya ke dalam air. Dalam beberapa detik kedepan, Kim Dokja pun mengangkat wajahnya dan membuat bulir-bulir air jernih itu turun dari wajah yang basah ke dagu dan kembali ke dalam sungai.

Kim Dokja mengelap wajahnya dengan tangan. Rasa dinginnya tak seperti kemarin. Walaupun masih tetap dingin, tapi tak membuat tubuhnya menggigil. Kim Dokja kemudian membasuh area tubuhnya yang lain. Lengan, tangan, kemudian dada.

Wajah pucat itu tampak sedikit memanas ketika melihat sebuah bekas gigitan yang tampak terpantul ke permukaan sungai. Melingkari tonjolan dada nya yang sama memerah. Bekas gigitan lainnya juga membekas di beberapa tempat.

Kim Dokja mengamati bagian tubuhnya yang lain.

Ah, bekasnya tak hanya di dada, bahkan juga di leher dan bahu nya. Bekas-bekas gigitan dan cupangan memerah itu memenuhi kulit pucat nya dan terlihat sangat jelas di atas kulit pucat nya.

Rasa panas di wajahnya merembet hingga ke telinganya.

Jika bisa sebenarnya Kim Dokja ingin melupakan apa yang terjadi semalam. Tapi, hanya dengan melihat bekas-bekas cumbuan yang tertoreh di tubuhnya, ingatan akan persetubuhan panas semalam kembali berputar di dalam kepalanya seperti sebuah gambaran cerita.

Wajah tampan dengan bulir keringat yang berhadapan langsung dengannya. Mata hitam dengan kilat keemasan yang dipenuhi kabut nafsu. Kemudian bibir yang tak henti menggeram dan mengecupi tubuhnya dengan penuh kesenangan. Bagaimana lidahnya bergerak menelusuri setiap jengkal kulitnya yang merinding karena kenikmatan. Permukaan kenyal itu terus bergerak dari dadanya, mengirimkan jilatan dan hisapan pada putingnya, kemudian naik ke lehernya. Bahkan gigi nya tak lupa meninggalkan beberapa jejak di sana. Menggegat permukaan kulit yang meremang sensitif dan menghasilkan warna yang membekas di sana. Jilatannya naik ke telinga. Menggoda telinga sensitif dengan jilatan bersuara basah dan gigitan kecil yang meremangkan. Sebelum akhirnya naik lagi ke wajahnya.

Kim Dokja bahkan ingat ketika Pria Serigala itu menggigit pipinya dengan kuat sebelum akhirnya kembali mencumbui bibirnya yang gemetar dan memerah sembari melesakkan lidahnya dengan kesan tak sabar untuk mengeksploitasi seluruh isi mulutnya.

"Kim Dokja... "

Saat itu, lidahnya yang besar merangkul dan membungkus lidah Kim Dokja yang kaku.

"Ngh... Namaku. Panggil namaku sekali lagi, Kim Dokja... "

Suara itu terngiang. Suara dalamnya yang lembut namun begitu indah. Desah napasnya yang merebak di wajah Kim Dokja yang sesenggukan karena dibuat berantakan.

"Ah... Ya.. Ngh... Benar. Anak pintar. Terus panggil namaku. Hm.. Haha.. Terus desahkan namaku dengan manis... Ngh-ahh..."

Bahkan tawa kecilnya di sela-sela geraman nikmat dan penuh kepuasan ketika memasuki dirinya dan keluar di dalam--

Kim Dokja lantas menampar wajahnya dengan keras. Dia menjerit dalam hati sembari memegangi pipinya yang terasa panas dan sakit karena tamparannya sendiri.

Gilagilagilagila-- BAGAIMANA BISA HAL SEPERTI ITU TERJADI DUA KALI DALAM HIDUPNYA?!

"Aku.. Aku benar-benar orang bodoh tak tahu malu... " Gumam Kim Dokja. Merutuki dirinya sendiri dan mengumpat berkali-kali. Tapi lagi pula sejak awal bukan Kim Dokja yang MENGINGINKANNYA apa lagi MELAKUKANNYA!

"Ini gara-gara Ular itu! Jika saja dia tak meracuniku atau apapun itu. Kejadian semalam pasti--"

".. Milikku... Ngh... Kau milikku Kim Dokja... Ah... Kau milik Yoo Jonghyuk. Hanya... Ahh... Hanya milikku... "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Only MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang